Regulasi standar emisi gas buang yang berlaku di berbagai negara dalam beberapa tahun mendatang bakal kian ketat. Hal ini berdampak langsung pada produk kendaraan bermotor yang mengkonsumsi BBM fosil. Sepeda motor ikonik Honda Super Cub 50 dan Cross Cub 50 adalah yang terkena imbas ketatnya regulasi emisi di negara itu.
Honda Super Cub yang muncul pada tahun 1958 awalnya ditujukan bagi pengendara pemula dan kalangan konsumen ekonomi kelas menengah bawah.
Pada tahun 2023, Super Cub dan sejumlah varian model sejenisnya atau berkapasitas mesin setara 50-cc yang masih diproduksi di Jepang hanya terjual 92.824 unit.
Sangat kontras bedanya dengan era kejayaannya yang laku jutaan motor.
Ganti Fokus
Aturan batas emisi membuat pihak pabrikan harus merombak teknologi mesin agar bisa memenuhi regulasi. Harga jual pun jadi tidak ekonomis alias makin mahal.
Honda Super Cub di Jepang dipasarkan di kisaran ¥ 247.500 hingga ¥ 308.000 atau sekira rentang Rp 25,4 jutaan hingga Rp 31,6 jutaan. Label harga ini lebih mahal dari skuter listrik yang saat ini tengah booming.
Pembelinya pun lebih sebatas nostalgia atau lifestyle. Bukan lagi jadi kendaraan harian atau kuda beban tahan siksa seperti beberapa dekade lalu.
Selain itu, ada peraturan baru, sepeda motor yang akan diproduksi dibatasi dengan kapasitas mesin 125 cc sebagai model terkecil.
Ditambah lagi, Honda bakal fokus untuk beralih ke energi alternatif termasuk tenaga listik dan hidrogen.
Super Irit
Sebenarnya pemerintah Jepang telah melakukan pengujian pada Honda Super Cub 50. Dengan mematuhi batas kecepatan berkendara maksimum 30 km/jam untuk motor 50cc, Super Cub 50 hanya butuh 1 liter bensin untuk menempuh jarak 90!
Sangat irit dan cocok untuk pengendaraan harian jarak dekat dalam kota maupun area perumahan dan pedesaan. Namun takdir berkata lain.
Pihak pabrikan rencananya akan menghentikan produksi Super Cub 50 mulai tahun 2025 mendatang. Kiprah sang legenda bakal segera usai, hanya tinggal menghitung hari…