Iya, Anda tidak salah baca. Nissan Motor Corporation, raksasa otomotif asal Jepang itu sedang mengalami masalah signifikan. Mengutip dari Financial Times, salah satu anggota manajemen seniornya menegaskan hal tersebut.
Awal November lalu, kami juga membaca laporan penjualan Nissan yang mereka rilis, untuk semester pertama tahun fiskal 2024 (yang berakhir September 2024 lalu). Tidak bagus. Mereka bahkan harus merevisi target pendapatan bersih dari 14 triliun Yen menjadi 12,7 triliun Yen.
Penyebabnya? Penjualan yang menurun, biaya meningkat. Menurut sumber yang dikutip Financial Times, Nissan sekarang sedang berada di emergency mode. Kalau tidak ada yang bantu, dalam 12-14 mendatang bisa berbahaya bagi mereka.
Melihat ke beberapa bulan lalu, antara Juni hingga Agustus, penjualan mereka tergerus hingga menghasilkan kerugian sebesar 9,3 milyar Yen. Periode yang sama tahun sebelumnya, mereka untung hingga 190,7 milyar Yen.
Nissan tidak tinggal diam, mereka melangkah dengan memangkas jumlah pekerja hingga 9.000 orang di berbagai negara. Kemudian, produksi juga dipangkas hingga 20 persen. Bahkan para jajaran top executive harus rela digaji setengahnya.
Disebutkan juga bahwa Nissan mencoba menelaah semua opsi. Termasuk restrukturisasi aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi. Dan dari sini, jadi semakin menarik.
Bersatu Dengan Honda?
Kalau Anda ingat, beberapa bulan lalu Nissan dan Mitsubishi mengumumkan beberapa kerjasama dengan Honda di bidang teknologi dan pengembangan komponen mobil. Terutama untuk menghadapi pasar otomotif RRC.
Sejak Renault mengurangi jumlah sahamnya dari 43 persen menjadi 36 persen pada 2023 lalu, hubungan Nissan – Honda jadi lebih mesra.
Renault mengatakan, mereka tidak keberatan untuk menjual saham Nissan yang masih dimiliki, kepada Honda. Tapi, menurut sumber Financial Times, Honda adalah ‘pegangan’ terakhir mereka. Pastinya, tidak ada yang mau berkomentar soal kemungkinan Honda menguasai saham Nissan.
Toh, krisis Nissan ini juga menarik perhatian perusahaan investasi raksasa Asia macam Effissimo Capital Management yang berbasis di Singapura dan Oasis Management dari Hongkong.
Sementara ini, langkah kongkrit lainnya adalah, Nissan menjual saham Mitsubishi sebanyak 10 persen, menyisakan pegangan 24 persen untuk menghasilkan dana segar.
Tapi kalau memang Honda dan Nissan bersatu ditambah ada Mitsubishi, aliansi ini mungkin bisa jadi ujung tombak yang tajam dalam menghadapi persaingan dengan pabrikan Tiongkok.
Dan pastinya, tidak ada yang mau melihat pabrikan legendaris ini lenyap.
Sumber: Financial Times