Kenalan Sama Stiker Khusus JDM Ini!

26 June 2025 | 4:30 pm | Aldi Prihaditama

Pernah lihat mobil di Jepang yang ditempeli stiker segitiga hijau-kuning di bagian belakang atau depan? Atau stiker berbentuk hati yang dibelah dua warna jingga dan kuning? Bagi sebagian pencinta mobil-mobil JDM (Japanese Domestic Market), stiker tersebut mungkin dianggap sekadar aksesoris pemanis tampilan. Padahal, di Jepang, masing-masing stiker khusus ini punya arti penting, bahkan punya dasar hukum.

Buat Anda yang menggandrungi car culture Jepang, memahami makna stiker-stiker khusus ini bukan cuma soal gaya, tapi juga soal respek dan konteks. Jangan sampai salah kaprah saat ikutan menempelkannya.

Wakaba Mark (若葉マーク)

Simbol daun muda berwarna hijau dan kuning ini wajib ditempelkan oleh pengemudi pemula (kurang dari satu tahun memiliki SIM Jepang). Nama resminya adalah Shoshinsha Mark (初心者マーク), atau New Driver Symbol. Di balik desainnya yang simpel, stiker ini bertujuan memberi peringatan pada pengendara lain agar lebih sabar, dan tidak melakukan manuver berisiko terhadap mobil yang mungkin belum piawai sepenuhnya.

Stiker ini mulai diwajibkan pada tahun 1972. Jika pengemudi pemula tidak memasangnya, mereka bisa dikenai denda ¥4.000 (sekitar Rp 520 ribu) dan tambahan 1 poin pelanggaran SIM. Sedangkan, pengemudi lain yang melakukan manuver agresif (aori unten) terhadap mobil dengan stiker ini, bisa didenda hingga ¥6.000 (sekitar Rp 780 ribu), juga disertai potongan poin.

Baca juga :  Kemacetan di Jepang? Lazim Terjadi di Okinawa

Koreisha Mark (高齢者マーク)

Disebut juga momiji mark atau autumn leaf mark, stiker ini berbentuk hati dua warna (jingga dan kuning). Ditujukan bagi pengemudi lansia (usia di atas 70 tahun), yang secara sukarela mengaku perlu perhatian ekstra. Sejak 2022, pengemudi usia 75 tahun ke atas diwajibkan untuk memasangnya, terutama setelah menjalani evaluasi kognitif saat perpanjangan SIM. Awalnya, desain stiker ini sempat diprotes karena dianggap mirip daun layu, yang menyinggung martabat lansia. Karena itu, sejak 2011 desainnya diubah jadi dua warna cerah dan bentuk hati.

Choukaku Shougai Mark (聴覚障害者マーク)

Bentuknya seperti kupu-kupu hijau dan kuning. Ini adalah simbol bagi pengemudi dengan gangguan pendengaran. Penggunaannya diwajibkan oleh hukum mulai 2008, terutama bagi mereka yang mendapatkan SIM dengan pengecualian, karena keterbatasan pendengaran. Pengemudi lain harus memberi ruang ekstra dan tidak membunyikan klakson sembarangan. Melanggar aturan ini bisa dikenai denda sekitar ¥6.000 (sekitar Rp 780 ribu).

Shintai Shougai Mark (身体障害者マーク)

Stiker berwarna biru dengan simbol semanggi putih ini mulai diperkenalkan tahun 2001, ditujukan untuk pengemudi penyandang disabilitas fisik selain pendengaran. Misalnya kelumpuhan, keterbatasan gerak tangan atau kaki, dan sebagainya. Meski tidak selalu diwajibkan, penggunaan stiker ini bisa membantu pengemudi lain lebih waspada dan mendapatkan akses parkir prioritas. Penyalahgunaan fasilitas ini bisa memicu sanksi ringan hingga teguran resmi.

Baca juga :  MaxDecal Bersama EKRAF dan Sekuya, Ramaikan Panca Fest 2025

Semua stiker ini tersedia di toko aksesoris mobil, juga bisa dibeli di beberapa konbini (mini market) tertentu. Harganya bervariasi, mulai dari ¥150 hingga ¥500 (sekitar Rp 20 ribu–Rp 65 ribu) per stiker, tergantung bahan dan desain. Lebih lanjut, sebagian besar stiker ini berbahan magnet atau suction cup. Alasannya agar bisa mudah dilepas dan dipindahkan, saat pengemudi berganti kendaraan. Namun, meski bentuknya fleksibel, penggunaannya tetap harus taat aturan dan sesuai kondisi si pengemudi.

Jangan Sampai Asal Tempel Stiker

Sayangnya, ada juga orang-orang yang menyalahgunakan stiker-stiker ini. Ada yang menempelkannya agar dapat parkir di tempat khusus atau terhindar dari tilang, meski tidak termasuk kategori yang berhak. Bahkan sempat viral di media sosial, turis asing di Jepang menempel semua jenis stiker sekaligus (Wakaba, Koreisha, dan disabilitas) di mobil sewaan mereka. Aksi ini menuai kritik di forum Jepang, karena dianggap tidak menghargai makna simbolik yang penting bagi masyarakat Jepang.

Kalau Anda di Indonesia sekiranya ingin menambah aura JDM di mobil, boleh-boleh saja pasang stiker seperti Wakaba atau Koreisha ini.  Tapi pahami dulu maknanya, jangan cuma ikut-ikutan. Apalagi sampai menempel semua jenis stiker, termasuk stiker khusus untuk penyandang disabilitas atau gangguan pendengaran. Bukannya lucu, tapi malah jadi terlihat ‘tidak pintar’.

 

Teks: Anton Musthafa

4.7 3 votes
Article Rating

Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x