Yamaha Indonesia kembali melakukan studi pasar terkait ekosistem sepeda motor listrik. Sebelumnya, Yamaha sukses menggelar uji kendara skuter listrik (skutrik) Yamaha E01 dengan sistem baterai tetap (fix battery) di empat area yakni Jakarta, Bandung, Bali, dan Medan. Kali ini pabrikan berlogo garpu tala tersebut melangkah ke fase baru, yakni adalah pengujian pasar sepeda motor listrik jenis swap battery atau tukar baterai. Proyek ini menjadi bukti komitmen Yamaha dalam menghadirkan kendaraan ramah lingkungan berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Melalui proyek ini kami akan melihat bagaimana efektivitas kendaraan EV Yamaha dalam mendukung mobilitas masyarakat perkotaan dan juga potensi bisnisnya,” ungkap Satoshi Takagi, Direktur PT Yamaha Indonesia Motor Mfg dalam keterangan resminya (10/09).
Ekosistem Battery Swap
Pada studi kali ini Yamaha bekerjasama dengan perusahaan penyedia layanan ride sharing atau ojek online (ojol). Hal tersebut memungkinkan unit skuter listrik (skutrik) Yamaha dengan sistem swap battery (tukar baterai) digunakan secara langsung oleh para mitra pengemudi untuk mendukung mobilitas sehari-hari masyarakat perkotaan.
Yamaha tak hanya dapat mengevaluasi parameter performa kendaraan dalam kondisi nyata. Terdapat berbagai potensi bisnis yang mungkin untuk dikembangkan dari proyek ini kedepannya. Selain itu, studi ini diharapkan bisa menghasilkan informasi terkait kendaraan ramah lingkungan yang terbaik untuk konsumen Indonesia.
Untuk mendukung operasional proyek studi ini, Yamaha juga menggandeng berbagai mitra dalam hal penyediaan fasilitas stasiun tukar baterai mandiri. Saat ini, fasilitas tukar baterai tersebut tersedia di berbagai titik strategis seputar kawasan Jabodetabek.
Keberadaan ekosistem jaringan tukar baterai ini diharapkan membuat para pengguna jadi lebih mudah mengakses baterai siap pakai tanpa perlu menunggu proses pengecasan.
Di saat yang sama, Yamaha mempelajari ekosistem penanganan baterai secara menyeluruh, mulai dari hulu hingga hilir. Dengan demikian, aspek keberlanjutan tidak hanya berhenti pada penggunaan skuter listrik, tetapi juga mencakup pengelolaan dan proses daur ulang limbah baterai agar tetap ramah lingkungan.
Yamaha Neos
Model yang akan digunakan dalam studi adalah Yamaha Neos. Skuter listrik (skutrik) jenis swap battery ini sebenarnya sudah diperkenalkan di Indonesia dalam beberapa kesempatan.
Dengan panjang 1.875 mm, lebar 695 mm, 1.120 mm, tinggi jok 795 mm, serta Ground Clearance 148 mm, posturnya cukup ideal untuk orang Indonesia. Bobotnya yang 98 kg (termasuk baterai) terbilang ringan.
Sistem penggeraknya memanfaatkan motor dinamo dengan output daya 2,3 kW serta torsi puncak 138,3 Nm pada 40 rpm.
Berbekal baterai portable swapable BMF1 jenis Lithium-ion beroutput 51,1 V, 23,2Ah, jarak tempuh maksimum mencapai sejauh 72 km dalam kondisi daya baterai penuh.
Untuk pengecasan dengan sumber listrik standar berarus AC dengan voltase 220V, butuh waktu delapan jam. Baterai dengan mudah bisa dilepas-pasang, sehingga cukup praktis. Pengendara tidak perlu kehilangan waktu terlalu lama untuk mengisi daya.
Studi dan evaluasi yang dilakukan kali ini kian memperkuat reputasi Yamaha sebagai pelopor keberlanjutan di industri otomotif Tanah Air.
Komitmen tersebut telah diakui pemerintah Indonesia melalui penghargaan GREEN PROPER Award 2025 yang dianugerahkan Kementerian Lingkungan Hidup. Yamaha menjadi satu-satunya produsen sepeda motor yang meraih penghargaan ini untuk seluruh fasilitas produksinya di Jakarta dan Karawang.
Tujuan utama studi swap battery ini tidak hanya menguji performa kendaraan listrik. Namun visi yang ingin dicapai Yamaha yakni membangun ekosistem jaringan mobilitas berkelanjutan yang memberi nilai tambah.
Secara perlahan akan berkembang, mulai dari jaringan fasilitas infrastruktur hingga pemberdayaan dan dukungan sektor sosial termasuk penyediaan lapangan kerja.
Langkah ini menjadi bukti nyata transformasi Yamaha dalam menghadirkan ekosistem mobilitas cerdas, ramah lingkungan, dan relevan bagi masyarakat Indonesia.