Saat Honda, Nissan dan MItsubishi sibuk untuk merger, Toyota juga tidak kalah sibuk menggelontorkan uang dan usaha. Hal tersebut dilakukan untuk pengembangan dan pembangunan pabrik.
Dikabarkan oleh Bangkok Post, Chairman Toyota, Akio Toyoda melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra di Bangkok Rabu (18/12) lalu. Salah satu bahasannya adalah, pengembangan pabrik Toyota di negara itu.
Menurut menteri perindustrian setempat, Akanat Promphan, investasi Toyota ini tidak tanggung. Pabrikan Jepang tersebut akan menggelontorkan hingga 55 milyar baht atau setara lebih dari Rp 26 triliun untuk modernisasi fasilitas produksi. Khususnya sarana pembuatan mesin dan motor listrik untuk kendaraan hybrid.
Tentunya, ini membawa banyak manfaat bagi Thailand. Mulai dari terbukanya lapangan kerja baru, transfer teknologi hingga pengembangan sumber daya manusia.
Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra juga menegaskan pihaknya akan selalu mendukung investasi di negara itu. Termasuk menumbuhkan keyakinan para pengusaha asing yang bergerak di bidang manufaktur. Bahkan, Shinawatra juga menegaskan kembali kesiapan pemerintah untuk menyelaraskan kebijakannya, dengan kebutuhan industri otomotif. Melalui penyeimbangan kepentingan produsen dan konsumen guna mencapai manfaat ekonomi yang saling menguntungkan.
Di Tiongkok Beda Lagi
Selain Thailand, Toyota juga sedang pendekatan dengan pemerintah Tiongkok. Ini karena mereka berniat untuk membangun pabrik di negara itu. Bukannya sudah ada? Iya, tapi itu bersifat kerjasama dengan perusahaan lokal. Ini mereka mau buat sendiri di sekitar Shanghai.
Raksasa otmotif ini dikatakan sedang menjajaki kemungkinan untuk mendapatkan keringanan perpajakan, hibah tanah, hingga izin untuk mendirikan dan menjalankan sendiri proses produksinya. Persis seperti yang diberikan pemerintah Tiongkok untuk Tesla.
Dikutip dari harian Nikkei, pabrik ini akan merakit mobil listrik untuk Lexus. Diharapkan tahun 2027 mendatang sudah bisa operasional. Namun Toyota juga tidak kukuh pabrik ini hanya untuk EV. Tapi bisa mengakomodir kebutuhan untuk pembuatan mobil konvensional. Tergantung kebutuhan dan situasi pasar EV.