Penghapusan Kendaraan Bermesin Konvensional Uni Eropa Dijegal Jerman

9 March 2023 | 1:25 pm | Indra Alfarisy

Judulnya agak lain, tapi itulah yang terjadi. Kalau Anda ingat, Uni Eropa akan melarang penjualan kendaraan dengan bahan bakar fosil mulai 2035 nanti. Salah satu pendukung kuat kebijakan tersebut adalah Jerman. Tapi sejak akhir Februari lalu keadaannya berubah.

Bagaikan petir di siang bolong, parlemen Uni Eropa tidak menyangka Jerman akan merubah pandangannya soal pelarangan kendaraan bermesin konvensional berbahan bakar fosil. Kini, pemungutan suara untuk pengesahan kebijakan tersebut dipastikan terhambat.

e-fuel

 

Pemerintah Jerman menuntut agar mobil bermesin konvensional, tapi menggunakan bahan bakar minyak sintetis atau yang lebih dikenal sebagai e-Fuel, dikecualikan dalam aturan larangan tadi.

Untuk informasi, BBM sintetis adalah bahan bakar cair buatan manusia. Diproduksi menggunakan listrik untuk menggabungkan hidrogen yang diekstraksi dari air/limbah bio dengan CO2 yang ditangkap. Hasilnya bahan bakar cair berenergi tinggi. Saat diproduksi dengan proses netral karbon, bahan bakar sintetis juga dikenal sebagai e-fuel.

Tidak Akan Bersih Semalam Saja

Kembali ke soal sikap pemerintah Jerman, pertimbangan mereka untuk banting setir tadi adalah karena mobil berbahan bakar fosil terakhir dijual 2035. Mobil-mobil itu masih akan beredar paling tidak selama 15 tahun. Jadi baru 2050 negara tersebut benar-benar bebas polusi.

Menteri transportasi Jerman Volker Wissing mengkritik seruan Komisi Uni Eropa untuk perlindungan iklim yang ketat sekaligus membuatnya lebih sulit untuk mencapai target tersebut tanpa solusi alternatif seperti bahan bakar ramah lingkungan.

Baca juga :  Kawasaki Ninja Edisi 40 Tahun Mulai Dijual di Indonesia

Knalpot Aston Martin

“Bahkan setelah 2035, armada kendaraan Eropa tidak akan sepenuhnya bertenaga listrik dalam semalam,” kata Wissing. Ia juga secara retoris menanyakan manfaat pengurangan karbon dunia nyata bahkan jika itu meningkatkan penjualan EV.

“Dengan keterbukaan terhadap teknologi, kami ingin agar berbagai jalur menuju mobilitas yang ramah lingkungan tetap terbuka dan mengandalkan kompetisi antar teknologi terbaik,” tambahnya.

Atau dengan kata lain, jangan terlalu mengandalkan energi listrik untuk menggerakkan mobil. Energi alternatif seperti e-fuel juga bisa dipertimbangkan.

Toyota Menang

Dikutip dari WAPCar, inilah yang dilakukan oleh Presiden Toyota (sekarang Chairman) Akio Toyoda saat turun balapan ketahanan di Buriram, Thailand beberapa waktu yang lalu. Di balapan itu ia punya misi untuk memperkenalkan bahan bakar cair alternatif. Toyota memang rajin menggali apa yang bisa dijadikan sumber energi alternatif, selain listrik.

Di Thailand itu, Akio Toyoda mengatakan kepada media bahwa perusahaan mobil lain pada akhirnya setuju bahwa pendekatan Toyota adalah yang benar. Tetapi karena tekanan, jadi ragu untuk mengatakan kebenaran.

Akio Toyoda GR

“Orang-orang yang terlibat dalam industri otomotif mayoritas diam,” katanya. “Yang diam itu bertanya-tanya apakah alternatifnya hanya EV? Tapi mereka pikir itu tren sehingga mereka tidak bisa berbicara dengan lantang,” ujar Master Test Driver Toyota ini.

Dan sekarang, terbukti. Jerman yang tadinya setuju untuk melarang peredaran mobil konvensional pada 2035 di Eropa, akhirnya berpikir ulang.

Baca juga :  Volvo Stop Bikin Mobil Bermesin Diesel

Apakah karena tekanan industri otomotif di negara itu? Tidak juga. Contohnya Audi. Mereka memastikan 2033 tidak akan membuat lagi mobil bermesin konvensional. Tapi Porsche, sedang giat membuat e-fuel sebagai bahan bakar alternatif sahabat lingkungan. 

Yang pasti, netralitas karbon adalah sebuah keharusan kalau Anda ingin anak cucu nanti hidup di planet ini. Apapun caranya.

0 0 votes
Article Rating

Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x