Setelah mengebu-gebu beralih ke mobil listrik (EV), pabrikan dunia sepertinya menyadari lambatnya EV diserap oleh konsumen otomotif global. VW Group jadi contoh terbaru yang mengoreksi pandangannya soal mobil listrik.
Tahun 2022 lalu mereka dengan mantap mencanangkan tahun 2033 semua produknya adalah EV. Dana yang dikucurkan untuk misi itu pun tidak sedikit. Mencapai US $196 milyar.
Mengutip Automotive News, 5 Juli lalu Chief Financial Officer sekaligus Chief Operating Officer VW Group, Arno Antlitz mengatakan, sekitar US $65 miliar dari kucuran dana tersebut, kini akan digunakan untuk menjaga agar mobil-mobil bermesin konvensional mereka tetap kompetitif di pasaran.
Masa Depan adalah e-Fuel?
Tentunya ini sangat bertentangan dengan pernyataan CEO VW Thomas Schaefer yang bilang ICE (Internal Combustion Engine, mesin konvensional) adalah barang ‘jadul’. Bahkan ia menganggap e-Fuel yang dikembangkan oleh Porsche sebagai angin lalu.
Namun pada kenyataanya, merek-merek mewah di bawah naungan VW kini memperhatikan betul bagaimana perkembangan teknologi e-Fuel. Bugatti mulai menyusun kemungkinan untuk memasangkan pompa e-Fuel untuk konsumennya, di rumah.
Lamborghini juga sejalan. Mereka yakin ICE masih punya celah untuk ramah lingkungan, asal tidak menggunakan bahan bakar fosil.
Penjelasan singkatnya, cara mendapatkan e-Fuel atau bahan bakar sintetis adalah dengan electrolysis menggunakan listrik dari sumber alami seperti tenaga angin dan sebagainya. Proses ini memisahkan unsur air menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen kemudian digabungkan dengan CO2 yang ditangkap dari udara bebas. Selanjutnya, menggunakan kimia sintetis untuk menghasilkan e-Fuel.
Di luar VW Group, Aston Martin memundurkan niat membuat mobil listrik sampai dekade depan. Ford sudah jelas menyatakan kondisinya tidak memungkinkan untuk menjual deretan produk mobil listrik di Eropa mulai 2030 nanti.
Toyota sudah jelas, mereka yang paling skeptis soal mobil listrik ini.
Sumber: Automotive News