Review Wuling BinguoEV, Dilema Harga dan Fitur

25 January 2024 | 7:00 am | Indra Alfarisy

Wuling BinguoEV sempat membuat heboh pasar mobil listrik di Indonesia. Kami katakan sempat karena setelah mobil ini buka harga, rivalnya langsung banting banderol atau datang saingan baru. Impresi pertama kami pun cukup memuaskan. Waktu itu. 

Yang pasti, kini di markas Motomobi kedatangan satu unit Wuling BinguoEV varian Premium Range (410 km) untuk kami coba. Saat kami kendarai, odometer menunjukan 150 km, yang artinya mobil ini belum lama keluar dari pabrik di Cikarang, Jawa Barat.

Bentuk melengkung aerodinamis yang minim tekukan mengundang perdebatan. Ada yang suka, ada yang bilang terlalu ‘imut’ tapi kami merasa biasa saja. Lebih penasaran dengan apa yang bisa disuguhkan selama perjalanan.

Jarak total yang ditempuh untuk pengujian ini kurang lebih 250 km dengan beragam kondisi lalu lintas dan kontur jalan di Jabodetabek.

Tendangan Balik

Wuling BinguoEV

Begitu berjalan, Anda tidak akan keliru kalau ini mobil listrik. Segalanya hening dan ringan. Membuat mobil seperti melayang. Akselerasinya juga spontan di mode Normal, namun terasa kalau mobil berusaha untuk mengurangi efek sentrifugal berlebihan dengan memainkan lontaran daya ke roda depan.

Hingga mencapai kecepatan 20 km/jam, kesunyian dipecah oleh suara ban menggilas permukaan jalan. Seiring dengan peningkatan kecepatan, peredamannya masih cukup masuk akal untuk di jalanan aspal. Catat, aspal. 

Melindas lubang yang tidak terlalu dalam tanpa peduli kecepatan menancap di 40 km/jam masih meyakinkan. Tidak ada bunyi suspensi yang protes dan membuat khawatir. Pendek kata, di perjalanan perkotaan cukup meyakinkan.

Baca juga :  Hyundai Palisade 2.2 D Signature AWD, Nyamannya Bikin Nagih

Yang terasa kurang membuat kami percaya diri adalah saat dilajukan pada kecepatan 100 km/jam di tol. Bagian belakang terasa terlalu antusias saat melewati permukaan jalan beton bebas hambatan. Proses rebound shockbreaker belakang terlalu cepat, akibatnya yang duduk di ruang ini terkadang protes, “Belakangnya keras!”

Bagian depannya cukup baik memberikan handling yang mumpuni. Ban terasa mencengkram dengan baik saat tikungan ramp exit tol dengan radius besar diselesaikan pada kecepatan 50 km/jam. Meski efek body roll cukup terasa. Mungkin karena atapnya yang tinggi, titik gravitasinya jadi jadi lebih ke atas.

Yang tidak mengejutkan adalah, pergerakan kemudi terasa kosong, khas mobil listrik. Ini serius, para pembuat mobil listrik harus mulai memikirkan kualitas pergerakan setir. Supaya tidak dianggap ‘seperti mobil mainan’. Meski begitu, respon kemudi jauh dari kesan lambat. Bahkan terbilang sangat cepat. Gerakkan sedikit, BinguoEV akan langsung menanggapi. Kadang malah pengemudinya yang kebablasan dan harus melakukan koreksi.

Posisi Duduk EV

Interior BinguoEV

Harus diakui, posisi duduk di mobil ini agak lain. Baterai yang tebal di dek menjadikan posisi lantai agak naik. Sayangnya, Wuling tidak mengatur ulang ketinggian jok yang jadi terlalu rendah. Walhasil, lutut menekuk dan paha tidak tersangga sepenuhnya, saat duduk di depan ataupun di belakang. Sepertinya, mereka fokus mempertahankan keluasan ruang kepala dengan posisi jok seperti ini.

Baca juga :  Lima Hari Bersama BYD Atto 3, Ternyata Kami Keliru

Hal tersebut dikompensasi dengan ruang yang lega baik di depan ataupun belakang. Lantai yang rata membuat kaki bebas bergerak. Di depan, absennya konsol pemisah penumpang dan pengemudi memberikan kesan serupa. Tidak kalah menyenangkan adalah material dan desain dashboard yang digunakan. Nyaman dan enak dilihat.

Yang harus kami puji adalah bidang pandang yang luas. Terutama ke depan. Ini karena BinguoEV dibekali dashboard yang rendah dan kaca lebar. Untuk pengemudi pemula, akan sangat dimudahkan. Lagi pula, segalanya terasa ergonomis di kabin. Mudah dijangkau dan dioperasikan. Masih ada tombol fisik untuk AC dan pengaturan mode berkendara. Tidak semua diletakan di display 10.25 inci. 

Fitur Langka

Binguo

Wuling BinguoEV Premium Range saat diluncurkan, dibekali harga Rp 408 juta. Kini, dengan adanya insentif PPn dari pemerintah Indonesia, harganya turun jadi Rp 372 juta (perkiraan OTR DKI).

Dengan harga tersebut, Anda mendapatkan EV hatchback dengan jarak tempuh 410 km. Sangat masuk akal. Namun, kami mencatat beberapa hal yang sepertinya tidak biasa dilakukan Wuling.

Seperti yang Anda tahu, fitur ADAS yang lengkap adalah salah satu value yang diberikan oleh Wuling Motors terhadap produk yang harganya di atas Rp 290 juta. Tapi sepertinya ini tidak berlaku untuk BinguoEV.

Memang, fitur khas macam perintah suara dengan ‘Halo Wuling’ masih ada. Tapi jujur, kami sempat berharap akan ada paling tidak cruise control adaptif atau lane keeping alert. Absennya fitur ADAS yang paling minimum ini agak mengecewakan.

Baca juga :  Uji Karakter Khas Mitsubishi Xpander Cross di Mudik 2024

Okelah, masih ada ABS, EBD atau rem parkir elektrik dengan fitur auto hold. Jadi kaki tidak cepat lelah menekan pedal rem di kemacetan.

Untuk membantu kondisi berkendara yang beragam, Wuling BinguoEV dibekali mode berkendara Sport, ECO, ECO+ dan Normal. Masing-masing memberikan sensasi sendiri, terutama dalam hal akselerasi dan tentunya konsumsi listrik.

Bicara konsumsi baterai, lagi-lagi, Wuling layak dipuji. Dengan jarak pengujian 250 km, dengan menghitung manual karena kami gagal menemukan dimana MID yang menginformasikan konsumsi listrik, tercatat 10,8 km/kWh.

Akan Ada Peningkatan?

Review Wuling BinguoEV

Melihat pasar mobil listrik sekelas BinguoEV yang diperkirakan akan makin padat, pastinya Wuling tidak akan lengah. Kompetitor di kelas hatchback EV seperti MG4 EV dan BYD Dolphin akan ‘menggencet’ BinguoEV kalau tidak ada peningkatan dari sisi kelengkapan. Terutama di varian tertinggi seperti Premium Range ini.

Kami menyayangkan absennya ADAS di mobil ini, yang harusnya jadi nilai lebih sebuah Wuling. Untuk harga, kami yakin ini sudah cukup. Apalagi sekarang ada varian paling bawah, BinguoEV AC dengan jarak tempuh 333 km. Layak dibeli? Tentu. Utamanya untuk varian tengah ke bawah, dengan penggunaan lebih sering di kawasan urban. Premium Range, kami harus berpikir lagi.

5 1 vote
Article Rating

Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x