Indonesia merupakan negeri yang memiliki sumber daya alam melimpah. Salah satu sumber daya alam tersebut ialah minyak bumi, yang selanjutnya dapat diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM), di antaranya termasuk bensin. Namun, dengan harga minyak bumi yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, tentu terus mempengaruhi harga bahan bakar minyak, tak terkecuali di Indonesia. Sejumlah penelitian pun dilakukan untuk mencari bahan bakar alternatif, di antaranya ialah bioetanol.
Etanol mampu menggantikan timbal
Etanol sendiri merupakan bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Dengan pencampuran etanol dengan bensin, maka dapat mengoksigenasi campuran bahan bakar, sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi emisi gas buang. Sebab etanol memiliki fisik berupa cairan bening tak berwarna dan mampu terurai secara biologis. Etanol yang terbakar akan menghasilkan karbondioksida (CO2) serta air.
Singkong jadi bahan bakar
Etanol dapat dibuat dari material alami atau menggunakan bahan dasar tumbuh-tumbuhan, yang dalam pembuatannya memanfaatkan mikroorganisme melalui proses fermentasi. Hasilnya ialah bioetanol. Keunggulan bioetanol adalah meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi zat yang dihasilkan seperti Hidrokarbon dan Karbon Monoksida (CO). Salah satu bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat bioetanol adalah singkong. Ya, singkong…
Bioetanol dapat digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk bahan bakar bensin maupun hidrogen. Interaksi bioetanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional.
Singkong yang juga disebut sebagai ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman yang sangat populer di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Singkong sendiri memiliki peran penting dalam aspek ekonomi dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain. Selain itu, kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25-30 persen sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif.
Dengan demikian, singkong adalah jenis umbi-umbian daerah tropis yang berpotensi menjadi sumber energi paling murah sedunia, sebagai bahan baku utama pembuatan bioetanol. Penggunaan bioetanol berbahan singkong sebagai bahan bakar akan berdampak positif terhadap perekonomian nasional dan lingkungan. Sebab subsidi BBM akan berkurang secara signifikan sehingga bisa dialokasikan ke sektor lain. Lebih lanjut, penggunaan bioetanol bisa mereduksi polusi udara, terutama di kota-kota besar.