Lotus Bakal Relokasi Dari Inggris Ke AS?

Hampir semua pabrikan otomotif di dunia pernah mengalami miskalkulasi. Prediksi dan ekspektasi ternyata meleset. Demikian pula dengan Lotus, para konsumen ternyata tak menyukai mobil sport bertenaga listrik. Angka penjualan brand asal Inggris ini pun terjun bebas.

Kwartal pertama tahun ini merek mobil legendaris tersebut hanya bisa menjual 1.274 unit mobil. Anjlok 42 persen dari tahun lalu. Angka pendapatan pun hanya tercatat £67,8 juta atau sekira Rp 1,5 trilyun. Drop 46 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai kerugian pun ditaksir telah mencapai £133,4 juta atau setara Rp 2,96 trilyun. Jelas bukan nilai yang sedikit.

Pihak manajemen pusat Lotus saat ini tengah berupaya untuk melunasi dan menyelesaikan kontrak kerja dengan para pemasok suku cadang dan bahan baku produksi. Lotus saat ini tengah mengalami krisis keuangan yang cukup berat.

Relokasi Dari Inggris ke AS

Selaku pemilik saham mayoritas di Lotus, Geely pun segera melakukan perencanaan strategis. Salah satunya yakni bakal merelokasi proses produksi dari Inggris ke Amerika Serikat. Ya, pabrik mereka di Hethel, Inggris rencananya akan ditutup. Imbasnya tak main-main, bakal ada 1.300 orang di Inggris yang bakal kehilangan pekerjaan.

Fasilitas manufaktur yang mungkin bakal digunakan Lotus adalah pabrik Volvo yang berlokasi di Ridgeville, South Carolina, AS.

Tak perlu heran, saham mayoritas Volvo yang notabene brand asal Swedia saat ini juga menjadi milik Geely. Pabrik yang nanti bakal digunakan Lotus saat ini menjadi basis produksi Volvo EX90 dan Polestar 3. Lotus berupaya untuk ‘mengakali’ tarif pajak produk import di AS yang lumayan tinggi. Walau sebenarnya saat ini pemerintah Inggris telah mencapai kata sepakat dalam hal perdagangan dan tarif pajak.

Dengan tingginya tarif pajak produk import di Negeri Paman Sam dan minimnya permintaan, mereka terpaksa menghentikan produksi Emira sejak Mei lalu. Agak ‘berat’ untuk bisa menjual mobil di AS dengan pajak sebesar 25 persen. Ditambah lagi terjadi kenaikan biaya pengiriman unit mobil dari Inggris ke AS yang besarannya mencapai 2,5 persen per unit.

“Kami terus berupaya untuk bisa bermain di pasar strategis seperti Amerika Serikat. Ada pertimbangan jangka panjang perihal masa depan Lotus,” terang Qingfeng Feng, CEO Lotus dalam keterangan persnya.

Plug-in Hybrid Jadi Penyelamat?

Lantas bagaimana nasib mobil sport plug-in hybrid perdananya, 900V Hyper Hybrid EV yang bakal mulai dipasarkan? Tentu saja Lotus harus sedikit menunda tanggal tayangnya hingga urusan relokasi selesai dilakukan. Bukan hal mudah untuk merelokasi dari Inggris ke AS. Walau fasilitasnya sudah tersedia, namun tetap saja perlu persiapan untuk jalur produksi baru. Biayanya pun pastinya tak sedikit.

Saat pertamakali diperkenalkan November tahun lalu, pabrikan Inggris ini menggadang jarak jelajah maksimum mobil tersebut dalam kombinasi mode hybrid dan EV mencapai 1.100 km. Jauh melampaui Lotus Eletre yang jarak jelajahnya cuma di kisaran 400-600 km (berdasarkan standar WLTP).

Nantinya, teknologi Hyper Hybrid juga akan dibekalkan pada produk yang telah ada yakni Eletre dan Emeya. Pembaharuan di segi teknis produksi memang harus bisa mereka jalankan dengan cepat.

Apakah teknologi Hyper Hybrid EV bakal jadi langkah penyelamat untuk bisa memikat kembali konsumen yang sudah terlanjur ‘melengos’ dari Lotus?

Jikalau relokasi dari Inggris ke Amerika Serikat terjadi, maka sejarah Lotus yang didirikan oleh Colin Chapman sejak tahun 1948 bakal benar-benar berubah dan memasuki babak baru. Tentunya Lotus tak akan lagi menyandang label sebagai brand Inggris yang made in UK.