Hoonipigassus, Monster Pink Pelahap Pikes Peak Yang Tersisa Dari Ken Block

Setiap mobil yang pernah dikendarai oleh mendiang Ken Block dalam aksinya memiliki kisah unik tersendiri. Salah satu yang fenomenal adalah sebuah Porsche warna pink yang dipersiapkan untuk balap Pikes Peak International Hill Climb ke-100 pada tahun 2022 lalu. Dijuluki Hoonipigassus. 

Event balap yang populer dengan sebutan “Pikes Peak” ini merupakan salah satu yang tertua di Amerika Serikat. Meski mirip balap rally, namun para peserta berlaga tanpa co-driver alias single fighter.

Dari garis START di ketinggian 1.920,2 mdpl (meter di atas permukaan laut), para pebalap melintasi rute menanjak nan ekstrem sepanjang 19,8 km pada kecepatan tinggi dan harus melibas 156 tikungan! Tentunya cukup sulit untuk berkonsentrasi di suhu udara dingin dengan kadar oksigen yang tipis. Sungguh menantang untuk dapat mencapai garis FINISH yang berada di ketinggian 4.282,4 mdpl.

Ken Block terakhir kali berlaga di Pikes Peak 2005 dengan mobil rally kelas Group-N. Pada event Pikes Peak ke-100 yang akan diikutinya ia menargetkan untuk dapat mematahkan rekor 7 menit 57,148 detik yang ditorehkan oleh mobil listrik Volkswagen I.D. R pada event ke-99 di tahun 2021. Anda tentu penasaran, Porsche seperti apa yang dipersiapkannya.

Hoonipigasus, Monster Pink Bertenaga 1.400 HP!

Mobil berkelir Pink ini merupakan hasil rancangan Trevor “Trouble” Andrew yang beken dengan julukan Guccighostas.

Hoonipigassus, monster porsche untuk Pikes Peak

Livery mobil ini terinspirasi dari Porsche 917/20 “Pink Pig” 1971 yang berkompetisi di balap ketahanan 24 Jam Le Mans. Konstruksi teknis digarap oleh Betim Berisha dari BBi Autosport bersama Hoonigan Racing Division dengan disponsori olehMobil 1. Monster yang hanya satu-satunya di dunia ini oleh Porsche diberi kode SV RSR. Tampilannya sepintas memang mirip Porsche 911 RSR. Namun ternyata rancang bangun mobil ini benar-benar berbeda dan digarap dari nol.

Di balik body serat karbon komposit Hoonipigassus, tersembunyi mesin 4.0-liter 6-silinder flat dari Porsche 911 GT3 (992). Dipasang pada sasis bagian tengah. Dengan sepasang turbo besar lansiran Garret yang dicangkokkan, peminum methanol ini memuntahkan tenaga 1.400 hp dengan torsi 1.400 Nm!  Bobot total mobil berpenggerak AWD ini pun sangat ringan, hanya 1.000 kg.

Transmisi 6-speed sequential SC90-24 milik Hoonipigassus disediakan SADEV Racing seperti yang digunakan pada Hoonicorn. Sistem ECU pengontrol mesin diadopsi dari Motec. Sebagai penghenti lajunya, seperangkat rem cakram khusus lansiran Brembo terpasang di balik velg balap Rotiform yang berbalut ban slick Toyo RS1. Sementara, suspensi aktif otomatis terkomputerisasi berteknologi F1 terpasang pada sasis berbahan serat karbon. Ayunan suspensi dan ketinggian mobil diatur oleh komputer sesuai kontur permukaan jalan yang diinput oleh sensor dan GPS.

Gagal Sebelum Berlaga

Hasil uji di sirkuit Pueblo Motorsports Park, Colorado sebulan sebelum Pikes Peak berjalan mulus. Sayang, pada sesi uji coba trek Pikes Peak, mesin mobil pecah. Target pemecahan rekor waktu di Pikes Peak pun gagal, bahkan sebelum lomba dimulai.

Ken Block menuturkan bahwa problem mesin disebabkan oleh klep mesin yang macet. Akibatnya sangat fatal. Tak hanya silinder, bahkan blok mesin pun pecah. “Soal mesin, Betim jauh lebih paham,” sahutnya sambil tertawa bersama Betim sang engineer.

“Target di Pikes Peak ke-100 memang belum tercapai. Namun masih ada waktu setahun kedepan untuk membenahi Hoonipigasus. Semoga saya bisa kembali berlaga pada Pikes Peak ke-101 di tahun 2023,” tambahnya.

Akhir 2022 lalu Hoonipigasus telah rampung direvisi. Namun sayang, Ken Block keburu pergi untuk selamanya. Hoonipigasus dan Audi S1 Hoonitron pun menjadi peninggalan terakhir dari sang “Hoonigan King”.