Gelar supercar pertama kali diberikan kepada Lamborghini Miura. Mobil yang penuh inovasi, mesin besar dengan tenaga kencang dan enak dilihat. Kurang lebih, setelah Miura lahir, tiga hal itu jadi resep utama.
Ingat yang penting kencang dan enak dilihat. Daya tahan, biaya perawatan apalagi konsumsi bahan bakar tidak masuk dalam hitungan saat membuat mobil super. Era 80-an juga bisa dibilang hanya dua pabrikan yang menjulang: Ferrari dan Lamborghini. Ferrari F40, Testarossa, Lamborghini Countach, Diablo. Semua kencang dan enak dilihat. Enak dipakai? Tidak juga.
Tapi semua itu akan berubah saat tahun 1990-an, sebuah pabrikan pembuat mobil jalan raya biasa, dengan pintarnya mengamati bagaimana perkembangan kelas supercar. Kemudian mengacak-acak dan membuat pabrikan Italia itu sadar kalau hidup mereka terlalu nyaman.
Inilah Honda NSX. Mobil yang menuliskan ulang aturan kalau mobil, apapun status dan bentuknya, harus enak dipakai, bisa diandalkan serta kalau bisa harganya masuk akal.
Kemampuan Tersembunyi Honda
Coba lihat ke belakang. Di Indonesia saja, tahun 1980-an Honda dikenal dengan Honda Civic, Accord, Life atau mobil angkutan mungil Honda TN360, TN7 dan N360 hatchback. Cukup bisa diandalkan untuk penggunaan harian.
Tapi di balik mobil-mobil biasa itu, Honda punya kiprah di balapan. Di era tersebut mereka merajai balapan Formula 2. Tahun 1981, 1983 dan 1984 Honda jadi juara di balapan ini. Masalahnya, waktu itu mereka tidak tahu cara bikin supercar. Honda terbiasa dengan membuat mobil bermesin depan, gerak roda depan juga.
Beberapa engineer yang sedang jenuh kemudian iseng mencoba bereksperimen. Di gudang ada Honda City (ini Honda City tahun 80-an, bukan yang seperti sekarang) hatchback. Mereka lepas mesinnya. Kemudian, dipasang kembali. Di belakang.
Selesai pasang, para insinyur ini mencoba City eksperimen tersebut di parkiran kantor. Hasilnya, mereka terkagum-kagum dengan karakter mobil yang sangat berbeda dari yang biasa dibuat. Handling sangat tajam dan presisi.
Supercar Hutang Budi Kepada Honda City
Nah, kemudian segalanya bergulir. Tepat saat Honda perlu penetrasi lebih dalam di pasar Amerika Serikat. Mereka perlu mobil untuk menggebrak. Kemampuan Honda bisa menghasilkan apa saja. Mobil sport gerak roda belakang, bahkan bikin divisi tuning khusus juga oke. Intinya untuk pasar Amerika, Honda sudah siap.
Tapi para engineer punya pikiran lain. “Kita bikin supercar!” “Kita tidak mau mengalahkan Nissan. Ferrari yang harus kita taklukan!” Mungkin begitu teriakan mereka waktu itu. Shigeru Uehara jadi orang yang bertanggung jawab memimpin proyek baru ini. Ia pasang target mobilnya harus bisa mengalahkan Ferrari 328.
Dengan syarat, NSX harus mengusung filosofi Honda. Yaitu tidak ribet, harus reliable, mudah dikendarai. Supercar Honda harus seperti mobil sportnya. Hari sabtu dibawa ‘nongkrong’ jadi harus mudah diparkir. Minggu balapan di sirkuit jadi mobilnya harus kencang. Senin dipakai lagi untuk mencari nafkah. Semua harus tanpa keluhan atau kerusakan. Dan kalau kecelakaan, penumpangnya harus terlindungi.
Intinya, NSX ini nantinya harus bisa jadi mobil betulan. Bukan cuma kencang dan eksentrik. Apa yang dipertimbangkan Honda tidak pernah dipikirkan oleh yang lain. Dan ini semua gara-gara Honda City mungil yang diisengi oleh sekelompok engineer bosan yang mungkin kebanyakan minum Sake.
Shinkansen Memberi Jawaban
Uehara dan timnya mengumpulkan data soal seperti apa kemampuan mobil kencang yang ada saat itu. Mulai dari ukuran, bobot dan performa. Termasuk, data teknis mobil F1. Ditampilkan dalam bentuk grafik.
Hasilnya, disimpulkan kalau mobil supercar harus punya keseimbangan bobot, dimensi dan tenaga mendekati F1. Ini jadi masalah baru karena belum pernah ada contohnya. Dalam arti, mobil dengan faktor keseimbangan seperti itu belum ada yang membuat.
Jadilah Honda merancang segalanya dari nol. Dan kalau Anda paham cara kerja pabrikan Jepang, mereka tidak asal membesarkan mesin untuk mengejar performa. Itu caranya produsen Amerika dan Italia. Meskipun akhirnya Honda kerepotan sendiri.
Bingung, tim R&D rupanya kerap bolak balik menggunakan kereta api cepat Shinkansen. Saat naik kereta itu, baru terpikirkan jalan keluarnya. Bullet train Jepang tersebut bisa berlari kencang dan stabil, salah satunya karena badan yang terbuat dari aluminium.
Shigeru Uehara langsung memerintahkan untuk bikin platform monokok bermaterial aluminium. Dan ini jadi terobosan Honda. Hingga saat itu, tidak ada pabrikan yang pernah menggunakan aluminium untuk rangka mobil jalan raya.
Masalah bobot pun teratasi. Dibandingkan dengan menggunakan bahan metal seperti baja, embrio supercar ini beratnya terpangkas hingga 100 kg. Tidak hanya itu, Honda merevolusi penggunaan bahan baku otomotif non-baja. Hebat. Mesinnya? Pakai punya Accord saja, diletakan diantara kabin dan as roda belakang (mid-engine).
Dimaki CEO Honda
Semua beres, paling tidak itulah yang ada di pikiran tim desain dan pengembangan. Mereka siap menampilkan mobilnya di Chicago Auto Show 1989. Saat para peserta pameran membuka selubung, Presiden Honda, Tadashi Kume menyalakan mesin NSX. Dan ia kecewa.
Karena sudah waktunya presentasi, acara berlangsung sesuai rencana. Para penonton dan jurnalis terkagum-kagum melihat NSX untuk pertama kali. Tapi setelahnya, tim desain dan pengembangan kena makian. Kume kecewa berat karena mesinnya tidak ada teknologi VTEC, di mobil yang harusnya jadi pencitraan Honda. Mana mesinnya pakai punya Accord pula, yang biasa saja.
Timnya berkilah kalau VTEC baru dikembangkan untuk mesin empat silinder saja. Makin sebal, Kume memerintahkan tim NSX untuk mengembangkan mesin enam silinder dengan VTEC. Itu perintah Tadashi Kume yang tepat. Karena kemudian lahir mesin Honda C30 legendaris. Konfigurasi V6 DOHC, 3,0 liter, 24 valve, VTEC.
C30 mampu berputar hingga 8.000 rpm. Setang pistonnya dibuat dari titanium dan menghasilkan daya hingga 270 hp. 0-100 km/jam diselesaikan kurang dari tujuh detik (6,6 detik). Top speed 256 km/jam. Mesin ini yang akhirnya memberikan NSX senjata terakhir untuk diakui sebagai supercar terbaik (waktu itu).
Selesai? Belum. Honda NSX yang tahun tersebut masih berstatus prototype, diuji oleh Ayrton Senna di Suzuka. Ia cuma bilang, “Mobilnya bagus. Tapi ringkih.”
Tim NSX pun balik putar otak. Sebulan kemudian, protoype-nya keluar lagi. Kali ini dengan chassis yang 50 persen lebih kokoh. Ini berkat penggunaan metode baru yang didukung proses desain menggunakan Cray Supercomputer.
Usaha Yang Memuaskan
Akhirnya, tahun 1990 dunia menerima sebuah supercar yang segar. Supercar yang mengubah peta persaingan dan cara memproduksi sebuah mobil. Total ada 400 hal baru yang dipatenkan oleh Honda. Biaya yang dikeluarkan menyentuh US $160 juta.
Terbayar? Pasti. Honda NSX dijual US $60.000 saat meluncur tahun 1990. Konsumen otomotif dunia terpana, bagaimana bisa sebuah pabrikan mobil biasa bikin mobil hebat. Ferrari dan Lamborghini kebakaran jenggot. Bagaimana caranya Honda bisa mengalahkan produk mereka, hanya dengan satu mobil? Harganya murah pula.
Itulah, akhirnya pabrikan mobil dunia sadar, supercar jangan cuma kencang dan enak dilihat. Harus seperti NSX. Kini, Honda NSX mungkin bukan siapa-siapa. Tapi mobil ini menginspirasi dunia otomotif dalam segala hal.
Honda NSX hadir dari 1990 hingga 2005, dengan sekali facelift. Kodenya NA 1 untuk versi awal, NA 2 yang facelift tahun 2001. Secara visual dibedakan dari lampu depan. Versi awal lampu depan pop-up, setelahnya seperti yang terlihat di foto atas. Transmisinya ada yang manual dan otomatis.
Setelah NA 2, NSX menghilang. Generasi kedua muncul sebagai prototype pada januari 2012. Resmi dijual tiga tahun kemudian. Mengusung mesin V6 3,5 liter yang sekarang dibekali turbocharger dan teknologi hybrid. Sayang, tahun lalu Honda memutuskan untuk menghentikan produksi mobil legendaris ini.
Disarikan dari berbagai sumber
Suka banget sama artikel ini! Good job team Motomobinews.