Di era awal 90-an yang namanya motor keren, pasti ada fairing, punya tenaga besar dan mahal. Contohnya Honda Fireblade. Memang, ada motor tanpa fairing yang juga sukses. Tapi desainnya sudah mulai membosankan dan malas membuat orang melirik. Lalu Ducati Monster datang.
Awalnya, suatu hari di tahun 1990, seorang desainer motor bernama Miguel Angel Galluzzi mengemukakan kepada atasannya di pabrikan Cagiva, bahwa ia bosan dengan desain motor yang begitu-begitu saja. Saat itu, Cagiva adalah pemegang saham mayoritas Ducati. Dan bos teknisnya adalah Massimo Bordi. Engineer galak yang tidak mudah diyakinkan.
Ide Galluzzi yang kelahiran Buenos Aires, Argentina itu disambut datar. Namun pria yang juga pernah bekerja untuk rumah desain Honda di Milan ini tidak menyerah, Akhirnya Bordi yang sebal didesak terus, memerintahkan, “Coba kamu ke Ducati dan buat dulu konsepnya seperti apa.”
Agustus 1990, saat Italia libur panjang, ia dipinjami Ducati 888 Strada yang digunakan untuk liburan. Di benaknya, “Ini motor enak. Mesinnya bisa dipakai untuk motor baru nanti. Frame-nya pakai 851.” Setelah itu, tidak perlu waktu lama untuk Galluzzi keluar dengan motor berbentuk yang tidak lazim.
Dibantu oleh fabrikator Fabio Montanari, yang bertanggung jawab membuat tangki untuk motor balap Paris-Dakar Cagiva. Karena pekerjaan Montanari berisik, melibatkan besi dan palu, ia punya bengkel sendiri, jauh dari studio desain Cagiva. Apa yang mereka kerjakan di bengkel itu juga dirahasiakan.
Bengkel Ribut
“Ngapain Galluzzi di tempat Montanari?” Itu pertanyaan yang terlontar dari salah satu petinggi Cagiva, Claudio Castiglioni. Hari itu, beberapa senior manajer dipanggil untuk rapat soal motor pendanaan untuk motor baru Ducati.
Tidak lama, bengkel ‘terisolir’ ini didatangi dan Galluzzi mau tidak mau menceritakan niatnya. Castiglioni terpana melihat motor yang belum sempurna tapi sudah selesai digarap itu. “Ini sudah selesai? Ada tambahan apa lagi?” tanya Castiglioni. Galluzzi menjawab, tidak ada. Sudah begini saja. Tatapan kagum dari petinggi, termasuk Bordi yang menyambangi bengkel ribut tersebar merata di permukaan motor garapan Galluzzi dan Montanari.
Karena mereka juga sedang tanggung mempersiapan produk baru bernama Ducati Paso, motor Galluzzi ditunda dulu. Sambil prototype-nya disempurnakan. Hingga akhirnya pada suatu hari pada tahun 1991, Galluzzi mencoba meyakinkan Claudio Castiglioni untuk membawa prototype Ducati garapan ‘bengkel ribut’ ke rapat para dealer dan importir Cagiva Group.
Saat Castiglioni membuka selubung, reaksi berbeda-beda. Tapi maknanya sama, motor apa ini? Kenapa fairingnya tidak ada dan sebagainya. Tapi dealer Cagiva dari Perancis bernama Marcel Seurat langsung bilang, “Sudah jadikan saja motornya. 1.000 pertama saya yang borong!”
Itulah, motor yang dirancang menggunakan komponen Ducati yang sudah ada supaya murah dan desainnya segar, mengundang antusiasme berbagai kalangan. Tahap berikutnya mereka harus memperlihatkan ke khalayak umum.
Brembo Ngambek
Publik tidak kalah terkagum-kagum di Cologne Motorcycle Show 1992, dengan bentuk baru motor Ducati yang tidak biasa. Dinamai hanya Monster M900, atau Il Munstro. Mesin dan chassis dibiarkan terumbar mata, bentuknya seperti cafe racer. Penyuka motor bagai diingatkan, kalau kendaraan roda dua tidak selalu perlu fairing untuk terlihat keren. Dan ingat, waktu itu belum ada istilah naked bike atau street fighter.
Deretan panjang pesanan langsung masuk ke kantor Ducati, yang waktu itu keuangannya sedang sesak nafas. Banjirnya order jadi masalah baru. Kemampuan produksi Ducati mentok bukan karena lini yang terbatas. Tapi karena mereka tidak punya biaya untuk membayar supplier. Sering terjadi motor lama di lini produksi karena komponen tidak ada. Contohnya rem yang menggunakan buatan Brembo. Mereka tidak mau menyediakan komponen karena belum dibayar oleh Ducati.
Lalu kualitas. Kerap terjadi motor pindah ke fasilitas pemasangan yang berbeda di pabrik saat catnya masih basah. Ini tidak lain karena mengejar waktu produksi. Hasilnya, motor yang diterima kadang bermasalah di kualitas pewarnaan.
Meski begitu, pemesan yang bosan dengan desain motor yang begitu-begitu saja, menelan semua kekurangan itu. Toh motornya enak dilihat. Dan dengan performa, handling serta segala yang ada, menunjukan ini adalah Ducati. Lebih dari itu, karena tidak menggunakan komponen baru, ongkos produksi tertekan lalu harga jual jadi lebih terjangkau.
Kompetitor Panik
Kehadiran M900 (diikuti M400 dan M750) membuat produsen motor menyadari. Ada pangsa pasar baru yang wajib diisi, kalau tidak mau kalah dari Ducati. Sepertinya semua baru sadar, desain motor tidak perlu ribet. Lihatlah apa yang dibuat oleh Galluzzi.
Tahun 1994, dari Inggris hadir Triumph Speed Triple. Setahun kemudian Suzuki mengeluarkan Bandit 1200 yang tidak kalah menggiurkan. Lalu istilah naked bike, street bike atau street fighter bergulir hingga bentuk pangsa pasarnya seperti sekarang.
Dan yang penting, sejak kehadiran motor ini, pundi keuangan Ducati jadi lebih berisi. Sang Monster pun berdiri tegak di pasar naked bike, sampai saat ini..