40 Tahun Toyota Berkiprah di Balapan Le Mans 24 Hours 

20 May 2025 | 12:58 pm | Rizky Dermawan

Tahun ini bertepatan dengan 40 tahun Toyota  berpartisipasi di balapan Le Mans. Sebuah mobil istimewa pun telah disiapkan dengan livery yang istimewa pula.

Mobil balap Toyota GR010 no.7 dihiasi livery yang terinspirasi dari mobil balap Toyota GT-One yang berlaga di Le Mans pada akhir era ’90an. Mobil balap no.8 tetap dengan livery standar berkelir hitam. Siapa tahu kali ini Toyota berhasil menaklukkan rivalnya di sirkuit La Sarthe.

Seperti apa kiprah Toyota di balap Le Mans selama 4 dekade dan apa yang membuat mobil balap Toyota GT-One begitu istimewa?

4 Dekade Toyota di Le Mans 24 Hours 

Perjuangan yang harus dilalui Toyota sangat panjang sebelum akhirnya berhasil meraih gelar juara Le Mans di tahun 2018.

Kiprah perdana Toyota di balap ketahanan dimulai pada tahun 1985. Saat itu Toyota berhasil menempati posisi 12. Bukan awalan yang buruk. Hanya saja saat itu ajang balap Le Mans sedang di masa keemasannya. Jika balap Formula 1 adalah liga para raja, balap Le Mans 24 Hours adalah laga para dewa!

Walau prestasi di balap ketahanan semalam suntuk tak terlalu gemilang, namun Toyota tetap gigih. Ya, ajang balap ini jadi lab uji berjalan bagi para ahli sasis dan mesin Toyota.

Memasuki era ’90an, persaingan pun makin ganas. Era kejayaan para monster Group C bermesin besar dan bertenaga beringas.

Tahun 1992 dan 1993 tim Toyota jadi rival kuat bagi Peugeot bermesin V10 di Group C. Tahun 1993 adalah akhir era Group C, karena dianggap sangat berisiko tinggi.

Baca juga :  Delapan Brand Mobil Paling Tua Yang Masih Hidup

Lalu 1994, tahta Le Mans beralih pada Dauer Porsche 962 yang jadi seteru di trek lurus bagi Toyota. Mobil balap Toyota Supra jadi momok bagi tim balap lainnya di tahun 1995 dan 1996.

Toyota GT-One 

Namun, Toyota perlu rehat sejenak untuk melakukan riset yang lebih intens. Mereka memutuskan untuk tidak ikut balap 24 Hours of Le Mans tahun 1997.

Toyota Team Europe menggandeng Dalarra, spesialis sasis mobil balap Formula 1. Riset pun dilakukan untuk menghasilkan mobil balap yang akan diterjunkan di regulasi GT1 yang baru pada tahun 1998.

André de Cortanze adalah perancang dari mobil balap Toyota GT-One. Karena lama berkiprah di balap Le Mans, tampilan dan desain GT-One pun lebih condong ke kelas Group C ketimbang sebuah mobil balap grand touring (GT). Sejumlah penyesuaian pun dilakukan agar bisa lolos syarat regulasi balap GT1. Salah satunya yakni harus ada ruang bagasi yang bisa memuat koper.

Toyota GT-One pun akhirnya debut perdana di balap Le Mans 24 Hours tahun 1998. Rival yang dihadapi pun kelas berat, yakni BMW, Mercedes, Nissan, dan Porsche.

Tidak Mulus Jalannya

Mercedes dan BMW mungkin rajanya balap FIA GT di era ’90an, tapi tak bisa merajai La Sarthe. Ini Le Mans 24 Hours, kelas para dewa yang adu kuat bertahan dipacu 24 jam. Rontok mesin dan transmisi di balap Le Mans adalah pemandangan lumrah. Hanya tersisa Toyota dan Porsche, dua seteru yang kembali bertemu.

Toyota GT-One no.29, yang dipiloti Thierry Boutsen, Ralf Kelleners, dan Geoff Lees berpacu melawan Porsche no.25 di menit terakhir perebutan podium pertama.

Baca juga :  Delapan Brand Mobil Paling Tua Yang Masih Hidup

Sayangnya, girboks GT-One mendadak ngadat sehingga gagal finish. Porsche pun berhasil jadi juara. Beruntung, GT-One no.27 yang dipiloti veteran F1 Ukyo Katayama, Toshio Suzuki, dan legenda drift Keiichi Tsuchiya berhasil finish dan menempati posisi 9. Tertinggal 25 lap dari Porsche yang berada di podium pertama.

Tak patah semangat, Toyota kembali ke Le Mans di tahun 1999. 

Sayangnya, GT-One no.1 yang dipiloti veteran F1 Martin Brundle mengalami kecelakaan di tikungan chicane pertama Mulsanne. chicane. GT-One no.2 dieliminasi saat pereli asal Belgia, Thierry Boutsen menyenggol mobil yang lebih pelan hingga terpental. Karir balapnya pun ikutan tamat.

Hari itu hanya tersisa GT-One no.3, harapan terakhir Toyota untuk bisa meraih juara Le Mans. Katayama pun melesat dan berhasil menempel ketat BMW no.17 yang berada di posisi terdepan. Nasib apes, kedua mobil bersenggolan dan GT-One pun melintir liar walau akhirnya masih bisa dikendalikan

Walau bodi GT-One bisa diperbaiki di pit sembari ganti ban, tapi peluang Toyota untuk jadi juara Le Mans 1999 pupus sudah.

Toyota akhirnya memensiunkan GT-One dari balap ketahanan di penghujung 1999. Fokus dialihkan ke balap F1 yang akan mulai digeluti Toyota pada tahun 2002. Karena di laga para raja tak membuahkan satupun kemenangan, Toyota pun mundur dari F1 di akhir musim balap tahun 2009.

Baca juga :  Mengenal Polytron G3 dan G3+ Serta Memahami Apakah Menarik Untuk Dibeli 

Kembali Ke La Sarthe 

Setelah vakum beberapa tahun dari balap F1, Toyota pun akhirnya kembali berkiprah di kejuaraan balap World Endurance Championship (WEC) pada tahun 2012.

Karena mulai lagi dari awal, Toyota pun perlu beradaptasi dan melakukan penyesuaian terhadap regulasi serta perkembangan teknologi balap.

Kemenangan besar baru berhasil dicapai Toyota pada tahun 2018, dan sangat epic. Mobil balap no.8 yang dipiloti trio Sebastien Buemi, Kazuki Nakajima, dan veteran juara dunja Formula 1 Fernando Alonso berhasil finish di urutan 1.

Dibelakangnya pada posisi kedua menyusul mobil Toyota no.7. Ya, kemenangan epic dan sangat bersejarah. Toyota akhirnya berhasil menyapu gelar juara 1 dan 2 di laga balap ketahanan 24 jam Le Mans yang diikuti sejak tahun 1985.

Kemenangan di tahun 2018 hanya sebuah awalan. Toyota kembali menjadi juara Le Mans 24 Hours pada periode 2019 – 2022.

Tahun 2023 giliran Ferrari yang menjadi juara setelah berpuasa podium selama 58 tahun. Tim Kuda Jingkrak kembali jadi juara Le Mans di tahun 2024. Apakah para tifosi Ferrari bakal kembali bersorak pada tahun ini? Mungkin iya… mungkin juga kini giliran Toyota yang jadi juara..

5 2 votes
Article Rating

Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x