Penutupan pameran Gaikindo Indonesia Jakarta Auto Week (GJAW) 2025 tidak serta-merta mengubah situasi pasar otomotif nasional. Harapan agar pameran besar tersebut mampu mendorong penjualan menjelang akhir tahun ternyata belum terwujud. Hingga awal November, performa pasar mobil Indonesia masih bergerak melambat, memaksa Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mempertimbangkan penyesuaian target penjualan untuk 2025 sekaligus membuka ruang evaluasi untuk proyeksi 2026.

Di awal tahun, Gaikindo menetapkan target penjualan wholesales sebesar 850.000–900.000 unit, mengacu pada realisasi 2024 yang mencapai 865.000 unit. Namun sepanjang Januari–Oktober 2025, penjualan wholesales justru stagnan dan hanya mencatat 635.844 unit, turun 10,6% year-on-year dibandingkan periode yang sama di 2024 (711.064 unit). Persentase ini baru memenuhi sekitar 70% dari target bawah, menandakan tantangan besar di dua bulan terakhir.
Dari sisi retail, penurunan juga terjadi. Total penjualan retail hingga Oktober 2025 berada di angka 660.659 unit, melemah 9,6% dibandingkan capaian tahun lalu yang mencapai 731.113 unit. Untuk mengejar ketertinggalan, industri harus mendorong penjualan 132.078 unit per bulan selama November–Desember untuk mencapai target wholesales minimal. Sementara di lini penjualan retail, dibutuhkan sekitar 95.000 unit per bulan, sebuah angka yang relatif berat di tengah tingginya tekanan ekonomi terhadap daya beli masyarakat.

Meski merek-merek asal Tiongkok menunjukkan pertumbuhan signifikan dan mulai mendapat tempat di pasar nasional terutama di segmen EV dan SUV kompak, namun kontribusinya belum cukup mengangkat performa pasar secara keseluruhan. Sektor otomotif masih dibayangi isu utama berupa melemahnya daya beli, tingginya beban kredit, serta ketidakpastian kondisi ekonomi secara umum.
Gaikindo pun memastikan akan menggelar rapat koordinasi bersama seluruh anggota untuk menetapkan target baru yang lebih realistis. Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, menegaskan bahwa revisi target penjualan 2025 hampir pasti akan dilakukan. Keputusan ini diambil untuk menyesuaikan dinamika pasar yang menunjukkan tren penurunan sepanjang tahun.

Sementara itu, penyelenggaraan GJAW 2025 masih membawa sedikit optimisme. Panitia menargetkan tingkat kunjungan melebihi capaian tahun sebelumnya, yakni 148.000–150.000 pengunjung, serta berharap nilai transaksi dapat melampaui Rp5,1 triliun yang dicatatkan pada GJAW 2024. Namun pelaku industri menegaskan bahwa ekspektasi harus tetap terukur, mengingat perubahan tren pasar membutuhkan stimulus yang lebih kuat serta pemulihan ekonomi yang lebih stabil.