Kondisi industri pendukung otomotif di Eropa khususnya Jerman saat ini sedang tidak baik-baik saja. Tak cuma brand jok legendaris Recaro yang mengalami pailit di Jerman. Pabrikan pelek legendaris asal Jerman yakni BBS pun mengumumkan kondisi serupa. Bangkrut.
Siapa yang tak kenal BBS? Pelek yang kondang di kalangan pecinta otomotif dunia, dan juga di Indonesia. Pelek BBS bahkan jadi sebuah penanda status sosial. Ada pemeo,”Mobil belum terlihat gaul dan keren kalau belum pakai pelek BBS”.
Kiprah 50 Tahun Akan Berakhir?
Usia brand BBS memang tak selawas Recaro yang telah berdiri sejak tahun 1906. Mungkin tak banyak yang paham jika BBS adalah singkatan dari Baumgartner, Brand, Schiltach. Perusahaan yang awalnya bernama BBS Kraftfahrzeugtechnik AG didirikan tahun 1970 oleh dua punggawa otomotif, Heinrich Baumgartner dan Klaus Brand di kota Schiltach, Jerman. Jelas sudah arti dari nama BBS yang mendunia.
Produk pelek buatan BBS yang kondang di berbagai ajang balap termasuk Formula 1 membuat namanya kian mendunia. BBS pun naik level jadi perusahaan go public di tahun 1980. Aliran dana investasi dari para pemegang saham membuat jaringan industri BBS kian besar dan berkembang.
Ekspansi pun dilakukan untuk memperluas rantai jaringan penjualan produk pelek BBS. Tak hanya membangun pabrik cabang di Jepang, tapi juga di Amerika Serikat dan Italia.
Krisis keuangan pertamakali dialami oleh BBS di tahun 2007. Perusahaan investasi Punch International pun mengakusisi BBS. Bukannya tambah sehat, restrukturisasi manajemen perusahaan yang dilakukan justru bikin BBS tambah runyam. Pada tahun 2011 BBS kembali mengalami krisis keuangan dan bangkrut untuk kedua kalinya. Saat itu BBS mempekerjakan 1.200 tenaga kerja yang tersebar di berbagai negara. Restrukturisasi pun kembali dilakukan.
Seiring waktu berjalan, kondisi BBS mulai mengalami kemajuan. Namun pandemi Covid-19 membuat BBS kembali mengalami kebangkrutan pada Juli 2020. Tahun 2021 BBS Kraftfahrzeugtechnik AG pun berganti nama jadi BBS Autotechnik GmbH. Struktur manajemen berganti sejalan kepemilikan baru di bawah naungan KW Automotive, spesialis suspensi asal Jerman.
Meski pandemi mulai reda, namun di tahun 2023 kondisi keuangan BBS tak kunjung membaik. Kini 270 pekerja bahkan sempat tak mendapat upah pada Mei dan Juni lalu. Kondisi BBS benar-benar sedang di ujung tanduk.
BBS telah cukup lama menjadi pemasok pelek original (OEM) untuk Audi, Bentley, BMW, Ford, Mercedes-Benz and AMG, Porsche, Stellantis, dan Volkswagen Group. Bahkan BBS jadi pemasok pelek balap eksklusif di ajang balap Formula One sejak 2022.
Dihajar Pelek Palsu
Lantas di mana letak salah urus manajemen dan keuangan yang membuat BBS kerapkali mengalami krisis keuangan? Apakah kian maraknya pelek BBS palsu yang beredar menjadi salah satu dampak merosotnya penjualan pelek BBS dan berujung bangkrut?
Thomas Oberle selaku pengacara dan administrator yang menangani kasus BBS mengatakan bahwa banyak hal yang harus direstrukturisasi.
“Kita sedang mengalami perubahan zaman, sehingga banyak penyesuaian yang harus dilakukan”, papar Oberle dalam keterangan resminya mewakili petinggi perusahaan dan para pemegang saham di BBS.
Tak dapat dipungkiri jika desain yang ikonik serta nama yang tersohor membuat pelek BBS banyak dijiplak dan dipalsukan. Semoga saja pelek BBS tak tutup buku. Akan sangat disayangkan jika hal itu sampai terjadi.