Wuling Almaz Hybrid dibekali mesin berbeda dengan imbuhan teknologi hybrid yang fleksibel.
Wuling Almaz Hybrid diluncurkan hari ini di Ancol, Jakarta. Merupakan mobil hybrid pertama dari pabrikan Wuling di Indonesia. Dari sisi desain, identik dengan Wuling Almaz RS. Tapi kami tertarik dengan spesifikasi yang tertera. Apalagi Wuling pusat mengklaim konsumsi BBM 19 km/liter dengan metode pengujian NEDC.
Pada dasarnya, Almaz dibekali sistem hybrid yang tidak berbeda dengan mobil hybrid lain. Ada mesin konvensional, penggerak listrik, bisa jadi EV sepenuhnya untuk jangka waktu dan kondisi tertentu. Tidak ada yang istimewa. Seperti Toyota Prius, Almaz Hybrid memiliki mode hybrid Series/Parallel. Tergantung kondisi berkendara.
Serial akan sangat berguna saat berkendara di dalam kota. Mesin bakar akan memberikan daya untuk mengisi baterai, yang kemudian menghidupi motor listrik dan menggerakan roda. Untuk kecepatan rendah, ini akan bermanfaat, saat harus jalan kencang di tol, kurang efisien karena perlu daya lebih besar.
Paralel hybrid adalah jawaban untuk kondisi berkendara yang memerlukan energi gerak lebih besar. Mesin bakar akan bekerja paralel dengan motor listrik untuk memberikan kecepatan. Karena bekerja sama, konsumsi BBM bisa ditekan secara signifikan. Atau, saat deselerasi, motor listrik bisa membantu mengisi baterai.
Menurut Danang Wiratmoko, Product Planning Wuling Motors Indonesia, Almaz Hybrid bisa melakukan kedua mode diatas. “Secara bawaan, hingga kecepatan 40 km/jam, bisa jadi EV. Tapi tergantung kondisi. Jadi komputernya yang akan memutuskan apakah bisa jadi EV atau perlu menghidupkan mesin bakar.” Jadi, di kepadatan lalu lintas kota, Almaz bisa bergerak tanpa menenggak bensin dan menghasilkan emisi. Seperti mobil hybrid pada umumnya.
Yang beda
Mesin pembakaran internal berkapasitas 2.0 liter bertenaga 123 hp, dengan dinamo listrik berdaya setara 174 hp. Ini mesin terbaru dari Wuling yang memang didesikasikan untuk mobil hybrid. Teknologi di balik moncongnya ini terbilang berbeda untuk sebuah mobil hybrid kelas menengah. Jarang ada yang mengusung kapasitas 2.0 liter. Biasanya 1,5 liter. Pesaing terdekatnya, Innova Zenix yang akan meluncur akhir bulan November ini, dikatakan mengusung mesin 2.0 liter.
Layaknya mesin yang dipasangkan dengan sistem hybrid, Almaz baru ini juga memiliki penggerak cetus api dengan siklus Atkinson. Mesin pembakaran internal dengan siklus ini dikenal dengan efektifitasnya dan memiliki thermal efficiency tinggi. Ini yang membuat mesin memiliki tingkat efisiensi konsumsi BBM yang layak diacungi jempol.
Penerus daya Dedicated Hybrid Transmission (DHT) dengan single speed bertugas untuk mengalirkan tenaga ke roda depan. Dan, menurut Danang, penggunannya tidak perlu pusing memikirkan harus series atau paralel. “Semua diatur sama mobilnya,” tegas pemain saksofon ini. DHT juga diklaim memerlukanlebih sedikit oli karena bentuknya yang lebih ringkas.
Pertanyaan kami selanjutnya adalah. Posisi baterai yang diletakan di bagasi pastinya akan mempengaruhi akomodasi di bagian tersebut. Tapi hal ini dibantah. “Memang baterainya di bagasi. Tapi perubahan kemampuan akomodasi tidak berubah banyak. Baterainya tidak terlalu besar (dimensinya),” kata Danang.
Ban cadangan? Tidak ada. Kehadiran baterai menghilangkan ban serep. Gantinya, ada tire repair kit yang bisa digunakan kalau ban bocor. Nah, itulah Wuling Almaz Hybrid. Sistem hybrid-nya seperti kebanyakan. Baterainya diberikan garansi delapan tahun atau 120.000 km. Seperti baterai Air ev.