Lalu Lintas Makin Semrawut, Waktunya Terapkan Defensive Driving
Melihat makin semrawutnya lalu lintas di kota besar, ada baiknya kita menjunjung tinggi tingkat keselamatan berkendara. Ingat, kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di jalan raya, yang repot bukan hanya pengendara yang terlibat. Ada kepentingan orang lain dan bahkan keluarga kita juga akan terganggu.
Untuk menumbuhkan rasa aman dan selamat di perjalanan, coba terapkan mentalitas defensive driving. Ini adalah mentalitas yang berlawanan dengan cara berkendara agresif, dan meningkatkan kenyamanan serta keselamatan.
Bagaimana caranya? Beberapa tips untuk defensive driving ada di bawah ini. Intinya, kalau meminjam perkataan Sony Susmana, pakar keselamatan berkendara, “Jangan menabrak, jangan sampai ditabrak dan jangan menyebabkan tabrakan.” Sekali lagi, berkendaralah dengan aman dan selamat.
Terapkan mentalitas keselamatan berkendara. Hindari cara mengemudi yang agresif dan abai terhadap sekitar. Ini akan menempatkan Anda pada posisi yang lebih pasti untuk menghadapi perilaku mengemudi orang lain yang tidak wajar (agresif, ceroboh, dan sebagainya.)
Selalu Waspada
Perhatikan kondisi lalu lintas di sekitar. Dengan lebih waspada, Anda bisa lebih antisipatif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Biasanya, karena berkendara mobil atau motor sudah jadi kebiasaan, secara alami kita akan lebih abai. Ini yang harus dihindari.
Juga, jangan percaya orang lain juga berkendara dengan aman. Ini bagian dari kewaspadaan. Saat Anda sudah merasa berkendara dengan aman, jangan terlalu yakin kalau mobil di sekeliling Anda juga melakukan hal serupa.
Tetap Fokus
Saat berkendara, jangan sampai terdistraksi. Pastikan pandangan dan pikiran selalu ke jalan. Lupakan telepon genggam untuk sesaat. Jangan sampai film yang diputar di head unit atau bahan obrolan dengan penumpang, menjadi pengalih perhatian.
Aturan Tiga Detik
Jaga Jarak. Contoh mereka yang sulit menjaga jarak dan berujung tabrakan sudah banyak. Ingat, antara aksi pengemudi dan reaksi alat (rem, setir dan lainnya) ada jeda waktu.
Di kalangan test driver dan pemerhati keselamatan berkendara di mana pun, ada istilah ‘Tiga Detik’. Itu adalah jarak minimal antara Anda dengan kendaraan lain di depan. Contoh praktik paling mudah, saat kendaraan depan mulai beranjak, hitung tiga detik, baru Anda bergerak.
Kalau Anda merasa kendaraan di belakang terlalu dekat, jangan lalu tancap gas dan menjauh. Pindah jalur saat memungkinkan adalah langkah paling aman. Intinya, kalau yang belakang terlihat agresif, jangan terpancing.
Tidak Perlu Emosi
Jangan terpancing untuk ikut berkendara agresif. Apalagi sampai ribut di jalan raya (road rage). Contohnya, di beberapa posting media sosial. Bahkan sampai ada yang mengeluarkan senjata api. Tidak ada gunanya. Segera mengalah demi keselamatan bersama. Hindari kontak mata dan coba melambat atau menepi.
Hindari Pengemudi Tidak Jelas
Menjauhlah dari pengemudi yang berkendara dengan tidak beraturan. Atau menjalankan kendaraannya dengan tidak beraturan. Bisa jadi karena yang bersangkutan kelelahan, dibawah pengaruh alkohol atau narkoba, atau memang lalai.
Perhatikan Kecepatan
Kecepatan adalah musuh keselamatan. Itulah kenapa negara memiliki peraturan batas kecepatan yang aman. Lebih dari itu, kemungkinan terjadi kecelakaan makin besar. Dan ingat di Indonesia ada aturan kecepatan minimal (60 km/jam), terutama di jalan tol.
Selain itu, banyak yang berkendara terlalu pelan di jalur yang tidak semestinya. Istilahnya road hogging. Contoh, berkendara 60 km/jam di jalur paling kanan, tanpa ada niat untuk mendahului. Atau sebaliknya, berkendara 200 km/jam di jalur paling kiri. Sama bahayanya, dan ingat, itu serupa dengan merampas hak orang lain.