Jelajah Pesisir Timur Jawa Bersama Jaecoo J8 SHS ARDIS (Part II)

Perjalanan kami kembali berlanjut ke etape II menuju kota Surabaya. Jika sebelumnya kami mengandalkan jalan tol, kali ini kami akan mencoba menyusuri ruas jalur Pantura.

Di sinilah kami mulai merasakan kondisi lalu lintas Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang sebenarnya. Selepas tapal batas kota Semarang, kami pun menuju kota Demak dan Kudus. Kecepatan berkendara rerata bermain di rentang 40-65 km/jam. Walau pada prakteknya, kecepatan kami tak lebih dari 50 km/jam.

Arus lalu lintas jalan utama penghubung antara provinsi Jawa Tengah menuju Jawa Timur di wilayah pesisir Utara Jawa ini terbilang ramai dan cukup padat. Kami kerap kali terpaksa harus mengikuti di belakang “Optimus Prime” yang sulit untuk disalip. Terlewat satu.. eeh.. di depan masih ada beberapa lagi. Ditambah lagi iringan para “Albert” alias dump truck bermuatan extra berat yang merayap ultra selow sambil getar-getar. Kami harus banyak bersabar dengan kondisi yang sulit untuk bermanuver, apalagi mengembangkan kecepatan.

Itu belum seberapa. Kondisi jalan aspal dan cor beton yang ada di rute ini kadang mulus, lalu mendadak muncul lubang atau retakan. Tentunya kami harus selalu waspada serta berhati-hati agar tak terperosok jika ada jalan yang berlubang. Sungguh menguras tenaga dan titik fokus kami.

Kinerja Sistem ARDIS dan CDC Active Suspension

Perihal kondisi permukaan jalan yang rusak dan berlubang, justru bagi kami membawa berkah. Kami jadi bisa merasakan seperti apa kinerja dari sistem penggerak semua roda/all-wheel drive ARDIS (All-road Drive Intelligent System) serta sistem suspensi magnetik CDC (Continuous Damping Control) Active Suspension.

Teknologi sistem penggerak ARDIS yang dibekalkan kinerjanya dibantu oleh sensor pendeteksi. Sistem secara otomatis akan mengatur pembagian torsi yang disalurkan ke masing-masing roda sesuai kebutuhan beban traksi roda dan berdasarkan kondisi jalan yang dilintasi. Jika roda terdeteksi kehilangan grip ke permukaan jalan akibat kurangnya traksi, maka sistem ARDIS akan menyalurkan torsi lebih besar.

Kadang agak sulit untuk melihat apakah ada rekahan atau lubang pada permukaan jalan yang ada di depan. Bagian depan mobil ini cukup panjang dan tinggi, sehingga ada sedikit blind spot ke arah depan bila sedang berada di belakang kendaraan berukuran besar. Inilah fungsi kamera pemantau yang terpasang di depan. Visibilitas pengemudi jadi lebih jelas tanpa perlu melongok keluar jendela untuk melihat kondisi jalan. Rekaman gambar dari kamera ditampilkan pada layar 12.3 inci model lengkung di dashboard.

Sejumlah sensor dan radar pendeteksi yang terintegrasi dengan sistem terpadu Advance Driver Assistace System (ADAS). Yang paling serimg berfungsi adalah fitur Front Collision Warning. Berada di belakang kendaraan besar seperti truk tentu perlu kewaspadaan extra. Kami harus selalu menjaga jarak aman agar bisa mengerem tepat waktu saat truk tiba-tiba berhenti. Jika telat mengerem bisa fatal akibatnya. Sensor dam radar akan mendeteksi serta mengukur jarak aman dengan kendaran yang ada di depan. Jika terindikasi jarak terlampau dekat atau mepet, maka sistem secara otomatis akan memberi peringatan untuk jaga jarak aman berkendara. Sistem rem pun akan bekerja secara otomatis mengurangi kecepatan dan laju kendaraan secara bertahap.

Kemampuan melintasi berbagai kondisi jalan juga didukung sistem suspensi magnetik CDC (Continuous Damping Control) Active Suspension. Sejumlah sensor yang terdapat pada kendaraan akan mendeteksi kondisi jalan. Sistem akan mengatur secara otomatis kinerja ayunan suspensi sesuai kontur permukaan jalan setiap 100 kali per detik.

Meskipun kami sempat beberapa kali apes melintasi jalan yang agak sedikit ambles dan berlubang, namun kinerja suspensi mampu meredam guncangan dengan sangat baik. Pada kondisi jalan yang jelek sekalipun, kami merasakan ayunan redaman suspensi tetap terasa cukup empuk. Ditambah lagi dimensi bodi mobil ini cukup besar dan lebar, jadi guncangan tak terlalu terasa. Oh ya, dengan jarak ground clearance 190 mm, kami tak risau maupun khawatir melintasi jalan yang berlubang. Konstruksi baterai dan motor elektrik penggerak yang ada di kolong bodi pun sangat kokoh sehingga dijamin aman dan terlindungi.

Setelah melewati para Optimus Prime dan kondisi jalan yang agak kurang bersahabat di wilayah Demak, kami pun akhirnya tiba di Alun Alun kota Pati yang menjadi check point pertama di etape ini.

Seusai berhenti sejenak untuk cek kondisi kendaraan, kami pun berlanjut melintasi pesisir Utara Jawa via Batangan menuju kawasan wisata Pantai Balongan. Akhirnya… kami bisa melihat pemandangan laut yang indah dengan hembusan angin sejuk nan menyegarkan. Aroma hawa laut yang khas.

Perjalanan pun berlanjut ke arah Selatan menuju Tuban, lalu ke arah Timur melintasi Lamongan, Gresik hingga akhirnya sampai di kota Surabaya. Pada etape II ini kami sukses menempuh jarak akumulasi 756 km. Daya baterai tersisa 20 persen dengan kapasitas BBM tersisa untuk jarak jelajah 685 km. Baru separuh jalan. Perjalanan kami masih akan terus berlanjut hingga tetes bensin terakhir. Stay tuned di etape III…

Jelajah Pesisir Timur Jawa Bersama Jaecoo J8 SHS ARDIS (Part I)

Jaecoo Indonesia kembali mengajak kami berpetualang. Mobil yang akan kami coba kali ini adalah J8 SHS ARDIS. Rutenya tak seekstrem di Afrika Selatan seperti saat kami menjajal Jaecoo J7 SHS. Rute yang akan kami jelajahi adalah menuju ujung timur Pulau Jawa.

Tim kami terdiri dari 4 jurnalis yang mewakili media otomotif, yakni dari Motomobinews, Autonetmagz, Otodriver dan Lugnutz Auto Junkie. Kami berempat pernah menjelajahi Afrika Selatan bersama J7 SHS dan berhasil menempuh jarak 1.228 km. Uji yang dilakukan di Indonesia menempuh rute Jakarta-Bali sukses membukukan jarak jelajah 1.377 km. Kesemuanya dicapai hanya dalam satu kali pengisian bahan bakar full tank dan sekali pengecasan daya baterai.

Jika jarak jelajah yang bisa ditempuh Jaecoo J7 SHS cukup jauh, maka J8 SHS ARDIS pun pasti bisa. Keduanya dibekali teknologi yang hampir serupa, dan kami akan membuktikan kemampuan yang dimiliki J8 SHS ARDIS.

Jaecoo J8 SHS ARDIS

Yang membedakan Jaecoo J8 SHS ARDIS dari J7 SHS adalah sistem penggerak semua roda/all-wheel drive ARDIS (All-road Drive Intelligent System). Teknologi ARDIS yang dibekalkan pada J8 mengatur pembagian torsi yang disalurkan ke masing-masing roda sesuai kebutuhan beban traksi roda dan kondisi jalan yang dilintasi.

Kemampuan melintasi berbagai kondisi jalan didukung oleh 7 mode berkendara serta sistem suspensi magnetik CDC (Continuous Damping Control) Active Suspension.

Sensor yang terdapat pada kendaraan akan mendeteksi lalu mengatur secara otomatis kinerja ayunan suspensi sesuai kontur permukaan jalan setiap 100 kali per detik.

Desain kendaraan pun turut menunjang kemampuan lintas medannya. Dengan ground clearance 190 mm, JAECOO J8 SHS ARDIS mampu melintasi tanjakan dengan sudut hingga 24 derajat serta kubangan dan genangan dengan ketinggian air 600 mm.

Pada sektor performa J8 SHS ARDIS dibekali mesin plug-in hybrid Super Hybrid System (SHS) dengan tiga motor elektrik (tri-motor).

Teknologi SHS memanfaatkan mesin bensin 4-silinder turbo 1.500 cc, serupa dengan J7 SHS. Pada sistem SHS, mesin berfungsi sebagai generator pengisi daya listrik baterai. Yang menjadi penggerak roda adalah motor elektrik yang terpasang di depan dan belakang. Output daya total yang dihasilkan mencapai 395 kW (530 HP) dengan torsi puncak 650 Nm.

Motor elektrik ketiga berfungsi sebagai sistem transmisi hybrid yakni Dedicated Hybrid Transmission (DHT) dengan tiga percepatan.

Output performa yang besar membuat J8 SHS ARDIS mampu mencapai kecepatan 100 km/jam hanya dalam waktu 5,4 detik.

Pasokan daya listrik bersumber dari baterai lithium-iron phosphate (LFP) M3P berdaya 34,4 kWh. Baterai yang diusung telah lulus serangkaian pengujian dengan standar keselamatan IP68. Stabilitas, daya tahan, dan keamanan baterai jadi prioritas utama.

Pengisian daya baterai dengan perangkat fast charger DC dikatakan sangat efisien. Dari 30% hingga 80% hanya perlu waktu sekira 25 menit. Efisiensi waktu yang sangat tinggi jadi poin plus dari J8 SHS ARDIS.

Dalam mode EV yang hanya mengandalkan daya baterai, jarak jelajah mampu mencapai hingga 180 km. Sedangkan kombinasi sistem hybrid SHS membuat jarak jelajah menjadi lebih jauh yakni mencapai hingga 1.400 km. Tentunya daya jelajah maksimum yang diraih bergantung pada kondisi berkendara dan teknik mengemudi.

Konsumsi BBM rata-rata tanpa mode hybrid dikatakan hanya butuh 6 liter bensin untuk menempuh jarak 100 km. Sedangkan jika pakai mode hybrid, konsumsi BBM jauh lebih ekonomis lagi, hanya 1,2 liter per 100 km.

Etape I: Jakarta – Semarang

Start dimulai dari showroom Jaecoo Jakarta di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Para petugas dan teknisi Jaecoo melakukan pengecekan menyeluruh pada kendaraan sebelum pemberangkatan. Mulai dari kondisi ban, daya baterai hingga sistem berkendara. Kapasitas BBM pun dipastikan full tank, lalu tutup inlet pengisian BBM disegel.

Kami mulai melakukan perjalanan etape I dengan rute menyusuri pesisir Pantura. Titik finish etape I adalah kota Semarang

Kondisi lalu lintas kota Jakarta di pagi hari dari kawasan Kelapa Gading memang cukup menguji kesabaran. Selepas ruas tol dalam kota hingga tol Cikampek baru agak bisa bernafas lega. Bila di dalam kota kami harus melaju stop and go, di ruas tol kami harus mengikuti batas kecepatan berkendara.

Pit stop pertama di Rest Area KM 102 A Tol Cipali Subang untuk pengecekan berkala kondisi daya baterai dan kapasitas BBM. Pit stop kedua di Rest Area Travoy KM 207 Tol Palikanci untuk makan siang dan beristirahat sejenak. Sedangkan tim dari Jaecoo kembali melakukan pengecekan kondisi kendaraan. Pengecekan kendaraan kembali dilakukan di Rest Area KM 287 A. Semua dilakukan demi menjaga kelancaran perjalanan tentunya.

Sepanjang perjalanan melintasi tol, kami pun harus berkonsentrasi penuh. Mengemudi konstan di jalan tol yang cenderung lurus dengan jarak sangat jauh tentu sangat melelahkan dan rawan kantuk. Kami harus menjaga kecepatan berkendara agar tetap konstan. Memacu laju mobil lebih kencang hanya saat harus bermanuver dan menyalip kendaraan. Hmm…harus bisa tahan godaan untuk tak menginjak pedal gas hingga rebah.

Akhirnya, Welcome to Semarang. Kami sampai di titik finish etape I. Pengecekan pun kembali dilakukan. Selama perjalanan menempuh jarak berkisar 420 km, sisa BBM diestimasi cukup untuk menempuh jarak 898 km. Daya baterai tersisa 23 persen.

Etape II bersama Jaecoo J8 SHS ARDIS akan menempuh rute Semarang menuju Surabaya. Sabar…perjalanan kami masih jauh dan banyak keseruan yang akan kami kisahkan selama perjalanan. Stay tuned…