Kemacetan di Jepang? Lazim Terjadi di Okinawa

Stereotipe negeri dengan transportasi umum terbaik, lalu lintas lancar, dan warga yang tertib berlalu lintas, ternyata tidak berlaku di Okinawa, Jepang. Karena di wilayah ini, kemacetan sudah berlangsung sejak lama.

Prefektur paling selatan ini ibarat remahan biskuit di lautan. Dengan lebih dari 150 pulau, tapi cuma 49 yang berpenghuni, dan 90 persen penduduknya tinggal di Pulau Okinawa dengan kepadatan sekitar 1.077 jiwa per km². Bandingkan dengan Tokyo yang lebih dari 6.400 jiwa per km². Nah, ada hal yang tidak lazim. Okinawa dikenal sebagai prefektur dengan lalu lintas termacet di Jepang. Kok bisa?

Pembangunan infrastruktur transportasi di Okinawa, dari dulu memang tertinggal dibanding prefektur lain. Karena letaknya yang jauh dari peradaban utama Jepang di Pulau Honshu. Kereta api sebagai alat transportasi modern mulai dioperasikan tahun 1914, tapi cuma menghubungkan beberapa daerah di Pulau Okinawa.

Sistem Transportasi ala Amerika

Pada 1 April 1945, militer Amerika Serikat menginvasi Okinawa lewat Operasi Iceberg. Lalu menyerahkan pemerintahan sipil ke Jepang sepenuhnya pada tahun 1972. Jaringan kereta api hancur total dan tidak pernah dibangun lagi sampai sekarang. Pemerintahan militer ini juga memaksakan sistem transportasi darat ala Amerika.

Kendaraan yang awalnya berjalan di kiri dipindahkan ke kanan demi alasan keamanan, menyesuaikan truk dan jip militer yang setirnya di kiri. Baru pada 30 Juli 1978, Okinawa balik lagi ke sistem jalur kiri seperti wilayah Jepang lainnya. Pemerintahan militer AS juga lebih mementingkan pembangunan jalan untuk kendaraan militer, dengan membuat jalan raya super lebar di sekitar pangkalan, daripada mengembangkan transportasi massal. Karena itulah mobil pribadi menjadi moda transportasi utama di sana.

Rasio mobil pribadi di Okinawa sebesar 31 mobil per 100 penduduk sebenarnya masih di bawah rata-rata nasional (59 mobil per 100 penduduk). Tapi karena warga lebih mengandalkan mobil pribadi daripada kendaraan umum, ditambah kapasitas jalan yang terbatas dan banyak kendaraan parkir sembarangan, kemacetan menjadi permasalahan yang belum juga teratasi.

Perpaduan Budaya Antara Amerika dan Jepang 

Gaya berkendara yang santai tapi ceroboh (misalnya sambil main ponsel) juga sering ditemui. Tidak seperti di wilayah lain di Jepang, melaju melebihi batas kecepatan juga cenderung ‘dimaklumi’, karena jumlah polisi dan kamera pengawas yang terbatas.

Kehadiran tol Okinawa Expressway dan monorel Yui Rail belum cukup ampuh mengurangi kemacetan, karena tidak menjangkau seluruh wilayah Pulau Okinawa. Pangkalan militer AS yang menguasai lebih dari 15 persen wilayah Pulau Okinawa, dianggap juga menghambat pengembangan jalur transportasi publik.

Jadi, jangan kira semua Jepang bebas macet. Okinawa ini memang sudut Jepang yang berbeda. Transportasi publik minim, mobil di mana-mana, macet pun jadi hal biasa. Tapi, jangan takut berlibur ke Okinawa. Sebab di sini ada perpaduan antara budaya Amerika dan Jepang. Suasana yang lebih mirip di Florida daripada di Tokyo. Ditambah lagi iklim subtropis juga jadi daya tarik tersendiri.

 

Teks: Anton Musthafa

Kemacetan Jalan Punya Pengaruh Pada Performa Mobil

Lalu lintas padat berujung pada kemacetan, karena volume kendaraan di jalan terhitung begitu banyak. Berkendara dalam kondisi stop and go akibat lalu lintas yang padat juga termasuk dalam kategori ‘severe driving’ atau mengemudi dalam keadaan yang parah atau tidak ideal, yang di antaranya juga termasuk mengemudi dalam cuaca ekstrem.

Mobil harus bekerja lebih ekstra saat digunakan di kemacetan jalanan, karena mesin, transmisi dan rem harus berhenti dan bekerja secara tiba-tiba. Kondisi stop and go juga dapat mempengaruhi sirkulasi udara pada bagian mesin, sistem transmisi dan pengereman yang dapat mengakibatkan terjadinya overheating.

Saat mobil dalam kondisi berhenti dan berjalan terus-menerus, mesin tidak dalam kondisi optimal untuk mengeluarkan sisa pembakaran dan sisa bahan bakar yang sudah terpakai. Kedua sisa endapan produk tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin mobil. Mungkin anda pun belum mengetahuinya, bagian tapak ban juga menjadi lebih rawan mengalami keausan dini.

Untuk mencegah dan mengatasi potensi kerusakan lebih besar, para pemilik mobil perlu cermat dalam merawat mobil demi menjaga kondisi mesin agar tetap optimal serta memperpanjang usia pemakaian komponen-komponen lainnya. Sejumlah tips perawatan ini juga perlu dilakukan apabila mobil digunakan secara rutin setiap harinya.

Pertama, selalu memeriksa dan mengganti oli mobil secara rutin mengikuti anjuran pedoman penggunaan dari pabrikan. Mengganti oli secara berkala dapat membantu pergerakan mesin mobil yang lebih halus sehingga dapat mencegah terjadinya keausan hingga overheat pada mesin. Posisi stop dan go dapat mengakibatkan pergesekan yang terjadi antara komponen mesin, yang dapat diatasi dengan pemilihan oli atau pelumas yang sesuai dengan tipe mobil yang dikendarai.

Kedua, para pemilik dan pengendara mobil juga diarahkan untuk selalu melakukan pengecekan pada bagian sistem transmisi. Dalam hal ini kopling sebagai salah satu bagian dari sistem transmisi yang menghubungkan antara putaran mesin dengan transmisi, menjadi bagian yang membutuhkan ekstra perawatan. Pada mobil bertransmisi manual, kopling menjadi bagian yang bekerja keras saat melakukan perpindahan gigi, terutama saat mobil berubah dari keadaan berhenti ke kondisi berjalan.

Sedangkan pada mobil bertransmisi otomatis, ddianjurkan untuk memindahkan transmisi dalam kondisi netral atau N, saat mobil sedang dalam keadaan berhenti di tengah kemacetan dalam waktu yang lama. Kondisi oli juga memiliki peran vital dalam usia pakai transmisi otomatis, karena kinerjanya sangat bergantung pada kualitas oli tersebut.

Ketiga, selalu periksa kondisi rem mobil Anda secara berkala. Kondisi mobil yang berhenti dan berjalan secara terus-menerus dapat mengakibatkan menipisnya kampas rem, yang diakibatkan suhu tinggi dan gesekan saat mobil berhenti. Jika tidak segera diganti, hal ini dapat berakibat fatal seperti rem blong atau bahkan kecelakaan seperti tabrakan beruntun.

Jangan lupa kondisi ban

Agar dapat mengurangi laju kendaraan dengan optimal, jangan lupa tekanan udara dari tiap ban harus selalu seimbang dan sesuai takaran yang dianjurkan. Ban dengan tekanan angin berlebih akan mengurangi kemampuan cengkeraman, yang dapat mempengaruhi traksi atau kontak dengan permukaan jalanan menjadi tidak optimal.

Akibatnya mobil akan menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. Sementara itu, jika ban kurang angin maka akan berdampak boros pada konsumsi bahan bakar, apalagi jika mobil banyak melakukan pengereman. Struktur ban juga menjadi lebih rentan rusak, akibat beban yang ditanggung mobil tidak sepadan dengan tekanan ban.

Dengan menjaga kondisi kendaraan dengan seksama, Anda tidak hanya dapat memperpanjang usia pakai kendaraan saja, namun juga berperan dalam mendukung keselamatan berkendara. Baik untuk Anda sendiri, maupun bagi pengguna jalan yang lainnya.