Mazda MR90: Sempat Tak Dilirik, Kini Malah Jadi Unik

Pada pertengahan era 1980an hingga menjelang tahun 1990, kendaraan roda empat yang memiliki harga terjangkau oleh mayoritas keluarga di Indonesia ialah Suzuki Carry dan Toyota Kijang. Namun, kedua mobil tersebut berbasis kendaraan komersial yang juga dapat dimuat oleh beberapa orang penumpang. Mengamati hal tersebut, Indomobil Group yang sempat dinahkodai oleh Soebronto Laras, berencana untuk menghadirkan mobil rakyat yang berupa sedan dan menggandeng Mazda.

Bukan model baru

Studi pun dilakukan untuk mengetahui produk yang tepat sebagai mobil rakyat berwujud sedan tersebut. Sebab, mobil sedan yang dirakit di Indonesia saat itu bakal tetap terkena Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) sebesar 30 persen dan Bea Masuk kendaraan. Oleh karenanya, suka tidak suka, mobil yang nantinya dibuat dan dipasarkan, bukanlah produk yang benar-benar baru.

Akhirnya Indomobil Group, Mazda Motor Corporation, dan Sumitomo Trading Company pun bersinergi untuk membentuk PT Mazda Indonesia Manufacturing (MIM). PT MIM inilah yang akan memproduksi mobil rakyat dengan harga terjangkau dan dapat mulai dijual pada tahun 1990. Nama yang diusung ialah Mazda MR90. Akronim MR90 berasal dari Mobil Rakyat yang diperkenalkan pada tahun 1990.  

Berbasis Mazda 323 FA4

MR90 berbasis Mazda 323 generasi ketiga (dengan kode internal FA4) yang sempat diproduksi selama tahun 1977 hingga 1980. Bentuk bodi dipilih ialah hatchback 5 pintu, dengan beberapa bagian yang dimodifikasi, supaya tidak terlihat ketinggalan zaman. Sebut saja bumper depan dan belakang dengan model baru, tak ketinggalan lampu depan milik Mazda 626 generasi ketiga.

Namun tetap saja, mobil ini jauh dari kesan modern. Teknologinya juga masih menggunakan ‘sisa-sisa’ perjuangan masa lalu. Mesin empat silinder UC berkapasitas 1.4 liter SOHC dengan karburator dan sistem pengapian platina. Tenaga yang dihasilkan sekitar 69 hp. Setidaknya, transmisi manualnya sudah 5-speed. Masuk ke interiornya, maka terasa benar bahwa mobil ini sebenarnya bukan lahir di era 1990an.  

Gagal dapat keringanan PPnBM

Apesnya, Mazda MR90 gagal mendapat keringanan dari PPnBM 30 persen, karena wujud fisiknya yang tergolong kategori sedan. Sebab ketika itu belum ada peraturan mengenai mobil nasional. Hasilnya, harga Mazda MR90 tetap di atas Toyota Kijang, apalagi Suzuki Carry. Wajar saja jika angka penjualannya pun tidak sesuai ekspektasi Indomobil Group. Di awal tahun 1990an, Mazda MR90 tidak sukses menggaet hati banyak orang dan saat itu pun populasinya tidak banyak lalu-lalang di jalanan.

Langkah penyegaran dilakukan dengan menghadirkan varian Mister Ninety, dengan bumper depan lebih sporty, side skirt, spoiler belakang, dan velg alloy 13 inci model palang enam. Lalu sempat ada model peralihan di tahun 1993, Mister Ninety dengan dashboard model baru yang disertai panel instrumen buatan VDO. Sebab pada produk buatan tahun 1990 hingga sebagian di 1993, bentuk dashboard masih model klasik dan panel instrumennya lansiran Aichi Tokei.

Berubah menjadi Baby Boomers

Menjelang tahun 1994, nama mobil ini berubah menjadi Baby Boomers. Semakin banyak ubahan yang dilakukan, mulai dari bumper depan model baru, wiper kaca belakang, velg alloy 14 inci model palang lima, sistem electric power steering (EPS), dan sistem pengapian elektronis (Fully Transistorized Ignition atau FTI).

Kiprah perjalanan produksi Mazda MR90 hingga berubah menjadi Baby Boomers, berakhir ketika memasuki tahun 1997. Menariknya, Mazda MR90 memiliki ‘saudara kandung’ berbentuk station wagon, yang dipasarkan di Indonesia sejak tahun 1993 hingga 1997. Mobil tersebut ialah Mazda Vantrend. Namun, itu lain cerita…

Pickup lead

Mengenal Tiga Mobil Pickup Nasional Yang Gagal dan Terkubur Waktu

Mobil komersial dalam bentuk pikap (pickup) memang banyak jasanya. Terutama dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Jaman sekarang mungkin mobil pickup dibuat lebih manusiawi. Contoh produk terkini adalah Wuling Formo Max dengan power steering dan AC. Jaman dulu, Mobil angkutan, ya seadanya saja. Yang penting mendatangkan untung.

Didasari kebijakan pemerintah Indonesia yang bernama Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS) di masa 1970-an, ada mobil rakitan Indonesia yang dicap sebagai kereta angkutan kuat, tangguh dan mengklaim mereka adalah mobil nasional. Mobil-mobil ini datang dari beberapa pabrikan dunia, tapi lalu terlupakan oleh waktu. Kecuali Toyota Kijang, yang malah melambung namanya seperti sekarang.

Kami akan bahas mobil-mobil yang lantas menghilang. Soal Kijang ‘buaya’, sepertinya harus dibuatkan artikel sendiri karena panjang ceritanya.

VW Mitra

VW Mitra

Ini adalah salah satu wujud dari program KBNS. VW Mitra adalah mobil yang unik. Hasil kolaborasi PT Garuda Mataram Motor (GMM) selaku APM VW dan PT Pindad.

GMM menyediakan mesin, penggerak dan body. Sementara Pindad membuat chassis berbasis VW EA489. Ini mobil yang unik. Body, terutama bagian muka mengambil dari VW Transporter T2b. Atau dikenal sebagai VW Kombi. Bedanya, Mitra punya kisi-kisi udara besar di mukanya. Kenapa? Karena jantung mekanisnya memang dipasang di depan.

VW Mitra Kombi

Tidak seperti mobil komersial tanpa moncong lain, penggeraknya bukan diletakan di bawah jok, tapi lebih ke depan. Mesin berpendingin udara, boxer empat silinder dengan kapasitas 1,6 liter. Meski menduduki posisi sebagai mobil KNBS berkapasitas terbesar, tapi tenaganya hanya 45 hp dengan torsi 98 Nm. VW Mitra tersedia dalam bentuk pikap ataupun minibus. Panjangnya empat meteran, dengan wheelbase 2,4 meter.

VW Mitra yang lebih banyak dipakai instansi pemerintah kemudian hilang begitu saja di awal 1980-an. GMM kemudian memasuki masa vakum pada 1984, kiprah VW pun sempat menghilang sebelum GGM diambil alih oleh Indomobil Group.

Datsun Sena

Datsun Sena

 

Sena adalah penterjemahan peraturan KNBS dari Datsun. PT Indokaya, APM Datsun di masa itu, mengklaim komponen lokalnya hingga 75 persen. Ini dimungkinkan karena kebijakan Datsun Jepang yang meminta mitra mereka di Thailand untuk membuat kit mobil serbaguna yang murah.

Datsun Thailand akan menyediakan komponen berupa panel bodi, aki. Sisanya yang membuat adalah rekanan negara yang akan memasarkan. Termasuk Indokaya. Bentuknya tidak macam-macam. Lupakan paras dinamis atau aerodinamik. Hanya mobil pickup kotak dengan sepasang lampu dan satu lubang ventilasi udara di depan.

Datsun 1200AX

Mesin menggunakan keluarga mesin Datsun A12 yang terkenal bandel. Di Indonesia, terpasang juga di sedan 120Y. Chassisnya memanfaatkan milik Datsun Sunny Cab C20. Indokaya tinggal memasang kabin dan tidak mengubah banyak hal.

Sempat sukses dengan produksi hingga 250 unit per bulan. Jumlah yang besar di waktu itu. Namun Sena kemudian menghilang setelah Indokaya dicaplok oleh Indomobil pada 1980-an. Datsun Sena pun tutup buku, dan sepertinya semua lupa dengan mobil ini.

Vauxhall Morina

Vauxhall Morina

Morina mungkin terdengar mewah karena ada nama Vauxhall. Namun jangan salah, ini tidak berbeda dengan dua mobil lainnya di atas. General Motors (GM) yang membawahi merek Vauxhall, punya juga konsep mobil sederehana yang bisa mengakomodir ketentuan KBNS di Indonesia.

Mereka membuat kit yang di dalamnya hanya ada mesin dan chassis beserta komponennya. PT Garmak Motor kemudian memasarkan mobil pickup sederhana ini dengan nama Vauxhall Morina. Banyak yang bilang ini singkatan dari Mobil Rakyat Indonesia.

Morina

Garmak Motor mengklaim 40 persen yang ada di Morina adalah komponen lokal. Seperti chassis, body, ban dan aki. Sisanya seperti mesin, gardan, shock breaker serta instrumen dibuat di Inggris oleh Vauxhall. Desainnya diserahkan kepada negara yang menjual, tapi Garmak Motor sepertinya mengikuti bentuk GM El Chato yang dipasarkan di Amerika Latin.

Diluncurkan pada Juni 1976, Morina jadi KBNS yang kurang sukses. Menurut beberapa sumber, kurang dari 1.000 unit yang terjual. Salah satu penyebabnya adalah harganya yang mahal. Waktu itu, dibanderol Rp 1.250.000. Lebih mahal Rp 250 ribu dari Toyota Kijang.