Tembus Jarak 1.660 Km Bersama Jaecoo J8 SHS ARDIS!

Perjalanan kami terus berlanjut bersama dua unit Jaecoo J8 SHS ARDIS meninggalkan kota Surabaya yang lalu lintasnya tak jauh beda dengan Jakarta.

Jalur yang kami pilih kali ini adalah ruas Tol Surabaya – Probolinggo. Rute ini kami pilih untuk menghindari padatnya iringan para “Optimus Prime” penguasa jalur Surabaya, Sidorarjo, Gempol hingga Pasuruan. Tetap saja kami masih bertemu dengan kendaraan bertonase berat yang kerap bikin was-was seperti dalam adegan film Final Destination.

Rest Area 833 A yang tak terlampau ramai jadi titik pit stop pertama kami untuk cek kondisi kendaraan. Selepas Tol Probolinggo, kami melintasi rute Pantura bagian pesisir Timur via Besuki menuju Situbondo. Sesekali maih kami temui truk yang melintas perlahan di depan. Butuh timing yang pas untuk bisa menyalip truk di kondisi ruas jalan yang tak terlalu lebar. Akhirnya kami tiba di pit stop kedua yakni lokasi wisata Pantai Pasir Putih. Beberapa perahu Cadik yang terparkir di bibir pantai merupakan pemandangan khas di tenpat ini.

Seusai melepas lelah sejenak, kami lanjut tancap gas menuju Taman Nasional Baluran. Start dari Situbondo via Lewung hingga ke Baluran, kami melintasi ruas jalan berkelok yang menantang dengan pemandangan hutan lebat di kiri-kanan jalan. Kalau lewat sini saat malam hari dijamin spooky…

Karena di Taman Nasional Baluran banyak satwa dilindungi, maka kami diwanti agar tak membuat suara bising. Inilah poin plus dari sistem hybrid SHS yang dimiliki J8. Selama di hutan Baluran kami pakai mode EV. Mobil ini melaju perlahan dengan kecepatan sangat rendah. Suara motor elektrik penggeraknya sangat halus dan tidak berisik. Benar-benar senyap seperti pakai mode Stealth.

Kenyamanan Interior Kelas Wahid

Karena kami melakukan perjalanan dengan jarak jelajah sangat jauh, kenyamanan kabin jadi penunjang utama saat berkendara.

Poin plus dari Jaecoo J8 SHS ARDIS ada pada interiornya yang mewah dan nyaman. SUV 7-seater dengan tiga baris bangku ini punya kabin yang sangat lapang. Desain jok depan sangat ergonomis dan terasa empuk dengan balutan kulit Nappa. Nah, jok depan dilengkapi fitur penghangat, dan lima mode pemiijat. Bagai duduk di sofa lounge VIP.

Oh ya, kami mencoba duduk di baris bangku paling belakang dan tak terass kesempitan. Semburan hawa sejuk AC pun tetap terasa hingga ke belakang.

Plafon berlapis bahan suede memberi kesan eksklusif. Kabin mobil terasa kedap berkat lapisan peredam kabin yang terbilang tebal. Insulasi kaca kabin pun mampu meredam getaran serta rembesan suara dari luar.

Saat melintasi jalan yang bikin bodi mobil berguncang, sistem suspensi aktif magnetik CDC pun meredam dengan sempurna.

Dashboard dilengkapi layar dual-curved 12,3 inch untuk penampil sistem multimedia dan fungsi panel instrumen. Sistem komputer terpadu pada J8 SHS ARDIS dikendalikan chip prosesor Snapdragon 8155 yang bisa mengoperasikan sejumlah aplikasi maupun perintah secara simultan dan bersamaan.

Sepanjang perjalanan kami sangat terhibur oleh alunan musik dari sistem audio Sony dengan 14-speaker surround. Berkendara pun terasa aman, karena kabin mobil ini dilengkapi 10 airbag plus beragam fitur penunjang keselamatan berkendara.

Setelah melakukan beberapa sesi foto di Baluran, kami melanjutkan perjalanan menuju Jember. Nah, tantangan berikutnya telah menanti selepas check point di Pelabuhan Ketapang. Perjalanan melintasi rute Banyuwangi via Rogojampi dan jalur Gumitir yang penuh kelokan extreme dan turunan cukup curam di malam hari bikin jantung deg-degan. Ya, lebar ruas jalan yang terbatas dengan pemandangan sisi kiri tebing terjal dan di sisi kanan jurang yang cukup dalam. Inilah saatnya semua fitur sistem ADAS beserta sensor radar dan kamera 360° beraksi.

Kami pun akhirnya tiba di kota Jember. Pada instrumen tertera akumulasi jarak jelajah di angka 1.162,6 km. Sisa BBM diestimasi masih cukup untuk menempuh jarak hingga 381 km. Daya baterai masih tersisa 19 persen. Kami pun optimis bisa menembus target 1.400 km pada etape berikutnya.

Tembus Rekor 1.660 Kilometer!

Dengan semangat dan optimisme tinggi, kami lanjut tancap gas dari Jember menuju resto Bromo Hillside. Trek penuh tanjakan curam dan lebar ruas jalan yang terbatas kembali bikin jantung berdebar. Agak susah menghindar jika apes berpapasan dengan mobil dari lawan arah.

Dari kawasan Bromo kami turun gunung menuju kota Malang dan langsung bablas melaju menuju kota Solo. Pokoknya tancap gas terus hingga tetes bensin terakhir!

Satu unit J8 SHS ARDIS yang jadi tandem petualangan kami terpaksa harus menepi. Posisi bensin habis tandas dan daya baterai hanya tersisa di angka 7 persen. Mobil pun sudah tak bisa digas lagi.

Panitia sepakat agar daya baterai pada mobil kami jangan sampai tersisa kurang dari 10 persen. Jika daya baterai kurang dari angka 10 persen, akan muncul indikator mirip kura-kura yang menandakan mobil tak bisa lagi melaju, dan sistem akan mereset data perjalanan.

Karena bensin dan sisa daya baterai mobil kami di kota Solo masih cukup, kita tancap gas terus sampai bensin kami habis di sekitar Prambanan.

Daya baterai sebenarnya masih ada sisa 10 persen yang cukup untuk jarak 18 km, tapi kami memutuskan stop sesuai arahan tim panitia. Yes… kami pun bersorak gembira saat melihat layar instrumen. Akumulasi jarak jelajah yang kami capai tembus rekor 1.660 kilometer! Mematahkan catatan rekor 1.603 kilometer dari hasil uji yang dilakukan tim internal Jaecoo.

Terbukti jika Jaecoo J8 SHS ARDIS mampu menjelajah lebih dari 1.400 kilometer hanya dengan sekali isi bensin full tank. Itu bukan hisapan jempol belaka, kami telah membuktikannya!

Rekor yang kami raih bahkan dinyatakan valid dan disahkan oleh tim dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Rasa haru dan bangga kami rasakan seusai menempuh perjalanan panjang bersama Jaecoo J8 SHS ARDIS. Sungguh suatu pengalaman yang tak akan terlupakan…

Jelajah Pesisir Timur Jawa Bersama Jaecoo J8 SHS ARDIS (Part II)

Perjalanan kami kembali berlanjut ke etape II menuju kota Surabaya. Jika sebelumnya kami mengandalkan jalan tol, kali ini kami akan mencoba menyusuri ruas jalur Pantura.

Di sinilah kami mulai merasakan kondisi lalu lintas Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang sebenarnya. Selepas tapal batas kota Semarang, kami pun menuju kota Demak dan Kudus. Kecepatan berkendara rerata bermain di rentang 40-65 km/jam. Walau pada prakteknya, kecepatan kami tak lebih dari 50 km/jam.

Arus lalu lintas jalan utama penghubung antara provinsi Jawa Tengah menuju Jawa Timur di wilayah pesisir Utara Jawa ini terbilang ramai dan cukup padat. Kami kerap kali terpaksa harus mengikuti di belakang “Optimus Prime” yang sulit untuk disalip. Terlewat satu.. eeh.. di depan masih ada beberapa lagi. Ditambah lagi iringan para “Albert” alias dump truck bermuatan extra berat yang merayap ultra selow sambil getar-getar. Kami harus banyak bersabar dengan kondisi yang sulit untuk bermanuver, apalagi mengembangkan kecepatan.

Itu belum seberapa. Kondisi jalan aspal dan cor beton yang ada di rute ini kadang mulus, lalu mendadak muncul lubang atau retakan. Tentunya kami harus selalu waspada serta berhati-hati agar tak terperosok jika ada jalan yang berlubang. Sungguh menguras tenaga dan titik fokus kami.

Kinerja Sistem ARDIS dan CDC Active Suspension

Perihal kondisi permukaan jalan yang rusak dan berlubang, justru bagi kami membawa berkah. Kami jadi bisa merasakan seperti apa kinerja dari sistem penggerak semua roda/all-wheel drive ARDIS (All-road Drive Intelligent System) serta sistem suspensi magnetik CDC (Continuous Damping Control) Active Suspension.

Teknologi sistem penggerak ARDIS yang dibekalkan kinerjanya dibantu oleh sensor pendeteksi. Sistem secara otomatis akan mengatur pembagian torsi yang disalurkan ke masing-masing roda sesuai kebutuhan beban traksi roda dan berdasarkan kondisi jalan yang dilintasi. Jika roda terdeteksi kehilangan grip ke permukaan jalan akibat kurangnya traksi, maka sistem ARDIS akan menyalurkan torsi lebih besar.

Kadang agak sulit untuk melihat apakah ada rekahan atau lubang pada permukaan jalan yang ada di depan. Bagian depan mobil ini cukup panjang dan tinggi, sehingga ada sedikit blind spot ke arah depan bila sedang berada di belakang kendaraan berukuran besar. Inilah fungsi kamera pemantau yang terpasang di depan. Visibilitas pengemudi jadi lebih jelas tanpa perlu melongok keluar jendela untuk melihat kondisi jalan. Rekaman gambar dari kamera ditampilkan pada layar 12.3 inci model lengkung di dashboard.

Sejumlah sensor dan radar pendeteksi yang terintegrasi dengan sistem terpadu Advance Driver Assistace System (ADAS). Yang paling serimg berfungsi adalah fitur Front Collision Warning. Berada di belakang kendaraan besar seperti truk tentu perlu kewaspadaan extra. Kami harus selalu menjaga jarak aman agar bisa mengerem tepat waktu saat truk tiba-tiba berhenti. Jika telat mengerem bisa fatal akibatnya. Sensor dam radar akan mendeteksi serta mengukur jarak aman dengan kendaran yang ada di depan. Jika terindikasi jarak terlampau dekat atau mepet, maka sistem secara otomatis akan memberi peringatan untuk jaga jarak aman berkendara. Sistem rem pun akan bekerja secara otomatis mengurangi kecepatan dan laju kendaraan secara bertahap.

Kemampuan melintasi berbagai kondisi jalan juga didukung sistem suspensi magnetik CDC (Continuous Damping Control) Active Suspension. Sejumlah sensor yang terdapat pada kendaraan akan mendeteksi kondisi jalan. Sistem akan mengatur secara otomatis kinerja ayunan suspensi sesuai kontur permukaan jalan setiap 100 kali per detik.

Meskipun kami sempat beberapa kali apes melintasi jalan yang agak sedikit ambles dan berlubang, namun kinerja suspensi mampu meredam guncangan dengan sangat baik. Pada kondisi jalan yang jelek sekalipun, kami merasakan ayunan redaman suspensi tetap terasa cukup empuk. Ditambah lagi dimensi bodi mobil ini cukup besar dan lebar, jadi guncangan tak terlalu terasa. Oh ya, dengan jarak ground clearance 190 mm, kami tak risau maupun khawatir melintasi jalan yang berlubang. Konstruksi baterai dan motor elektrik penggerak yang ada di kolong bodi pun sangat kokoh sehingga dijamin aman dan terlindungi.

Setelah melewati para Optimus Prime dan kondisi jalan yang agak kurang bersahabat di wilayah Demak, kami pun akhirnya tiba di Alun Alun kota Pati yang menjadi check point pertama di etape ini.

Seusai berhenti sejenak untuk cek kondisi kendaraan, kami pun berlanjut melintasi pesisir Utara Jawa via Batangan menuju kawasan wisata Pantai Balongan. Akhirnya… kami bisa melihat pemandangan laut yang indah dengan hembusan angin sejuk nan menyegarkan. Aroma hawa laut yang khas.

Perjalanan pun berlanjut ke arah Selatan menuju Tuban, lalu ke arah Timur melintasi Lamongan, Gresik hingga akhirnya sampai di kota Surabaya. Pada etape II ini kami sukses menempuh jarak akumulasi 756 km. Daya baterai tersisa 20 persen dengan kapasitas BBM tersisa untuk jarak jelajah 685 km. Baru separuh jalan. Perjalanan kami masih akan terus berlanjut hingga tetes bensin terakhir. Stay tuned di etape III…

Jelajah Pesisir Timur Jawa Bersama Jaecoo J8 SHS ARDIS (Part I)

Jaecoo Indonesia kembali mengajak kami berpetualang. Mobil yang akan kami coba kali ini adalah J8 SHS ARDIS. Rutenya tak seekstrem di Afrika Selatan seperti saat kami menjajal Jaecoo J7 SHS. Rute yang akan kami jelajahi adalah menuju ujung timur Pulau Jawa.

Tim kami terdiri dari 4 jurnalis yang mewakili media otomotif, yakni dari Motomobinews, Autonetmagz, Otodriver dan Lugnutz Auto Junkie. Kami berempat pernah menjelajahi Afrika Selatan bersama J7 SHS dan berhasil menempuh jarak 1.228 km. Uji yang dilakukan di Indonesia menempuh rute Jakarta-Bali sukses membukukan jarak jelajah 1.377 km. Kesemuanya dicapai hanya dalam satu kali pengisian bahan bakar full tank dan sekali pengecasan daya baterai.

Jika jarak jelajah yang bisa ditempuh Jaecoo J7 SHS cukup jauh, maka J8 SHS ARDIS pun pasti bisa. Keduanya dibekali teknologi yang hampir serupa, dan kami akan membuktikan kemampuan yang dimiliki J8 SHS ARDIS.

Jaecoo J8 SHS ARDIS

Yang membedakan Jaecoo J8 SHS ARDIS dari J7 SHS adalah sistem penggerak semua roda/all-wheel drive ARDIS (All-road Drive Intelligent System). Teknologi ARDIS yang dibekalkan pada J8 mengatur pembagian torsi yang disalurkan ke masing-masing roda sesuai kebutuhan beban traksi roda dan kondisi jalan yang dilintasi.

Kemampuan melintasi berbagai kondisi jalan didukung oleh 7 mode berkendara serta sistem suspensi magnetik CDC (Continuous Damping Control) Active Suspension.

Sensor yang terdapat pada kendaraan akan mendeteksi lalu mengatur secara otomatis kinerja ayunan suspensi sesuai kontur permukaan jalan setiap 100 kali per detik.

Desain kendaraan pun turut menunjang kemampuan lintas medannya. Dengan ground clearance 190 mm, JAECOO J8 SHS ARDIS mampu melintasi tanjakan dengan sudut hingga 24 derajat serta kubangan dan genangan dengan ketinggian air 600 mm.

Pada sektor performa J8 SHS ARDIS dibekali mesin plug-in hybrid Super Hybrid System (SHS) dengan tiga motor elektrik (tri-motor).

Teknologi SHS memanfaatkan mesin bensin 4-silinder turbo 1.500 cc, serupa dengan J7 SHS. Pada sistem SHS, mesin berfungsi sebagai generator pengisi daya listrik baterai. Yang menjadi penggerak roda adalah motor elektrik yang terpasang di depan dan belakang. Output daya total yang dihasilkan mencapai 395 kW (530 HP) dengan torsi puncak 650 Nm.

Motor elektrik ketiga berfungsi sebagai sistem transmisi hybrid yakni Dedicated Hybrid Transmission (DHT) dengan tiga percepatan.

Output performa yang besar membuat J8 SHS ARDIS mampu mencapai kecepatan 100 km/jam hanya dalam waktu 5,4 detik.

Pasokan daya listrik bersumber dari baterai lithium-iron phosphate (LFP) M3P berdaya 34,4 kWh. Baterai yang diusung telah lulus serangkaian pengujian dengan standar keselamatan IP68. Stabilitas, daya tahan, dan keamanan baterai jadi prioritas utama.

Pengisian daya baterai dengan perangkat fast charger DC dikatakan sangat efisien. Dari 30% hingga 80% hanya perlu waktu sekira 25 menit. Efisiensi waktu yang sangat tinggi jadi poin plus dari J8 SHS ARDIS.

Dalam mode EV yang hanya mengandalkan daya baterai, jarak jelajah mampu mencapai hingga 180 km. Sedangkan kombinasi sistem hybrid SHS membuat jarak jelajah menjadi lebih jauh yakni mencapai hingga 1.400 km. Tentunya daya jelajah maksimum yang diraih bergantung pada kondisi berkendara dan teknik mengemudi.

Konsumsi BBM rata-rata tanpa mode hybrid dikatakan hanya butuh 6 liter bensin untuk menempuh jarak 100 km. Sedangkan jika pakai mode hybrid, konsumsi BBM jauh lebih ekonomis lagi, hanya 1,2 liter per 100 km.

Etape I: Jakarta – Semarang

Start dimulai dari showroom Jaecoo Jakarta di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Para petugas dan teknisi Jaecoo melakukan pengecekan menyeluruh pada kendaraan sebelum pemberangkatan. Mulai dari kondisi ban, daya baterai hingga sistem berkendara. Kapasitas BBM pun dipastikan full tank, lalu tutup inlet pengisian BBM disegel.

Kami mulai melakukan perjalanan etape I dengan rute menyusuri pesisir Pantura. Titik finish etape I adalah kota Semarang

Kondisi lalu lintas kota Jakarta di pagi hari dari kawasan Kelapa Gading memang cukup menguji kesabaran. Selepas ruas tol dalam kota hingga tol Cikampek baru agak bisa bernafas lega. Bila di dalam kota kami harus melaju stop and go, di ruas tol kami harus mengikuti batas kecepatan berkendara.

Pit stop pertama di Rest Area KM 102 A Tol Cipali Subang untuk pengecekan berkala kondisi daya baterai dan kapasitas BBM. Pit stop kedua di Rest Area Travoy KM 207 Tol Palikanci untuk makan siang dan beristirahat sejenak. Sedangkan tim dari Jaecoo kembali melakukan pengecekan kondisi kendaraan. Pengecekan kendaraan kembali dilakukan di Rest Area KM 287 A. Semua dilakukan demi menjaga kelancaran perjalanan tentunya.

Sepanjang perjalanan melintasi tol, kami pun harus berkonsentrasi penuh. Mengemudi konstan di jalan tol yang cenderung lurus dengan jarak sangat jauh tentu sangat melelahkan dan rawan kantuk. Kami harus menjaga kecepatan berkendara agar tetap konstan. Memacu laju mobil lebih kencang hanya saat harus bermanuver dan menyalip kendaraan. Hmm…harus bisa tahan godaan untuk tak menginjak pedal gas hingga rebah.

Akhirnya, Welcome to Semarang. Kami sampai di titik finish etape I. Pengecekan pun kembali dilakukan. Selama perjalanan menempuh jarak berkisar 420 km, sisa BBM diestimasi cukup untuk menempuh jarak 898 km. Daya baterai tersisa 23 persen.

Etape II bersama Jaecoo J8 SHS ARDIS akan menempuh rute Semarang menuju Surabaya. Sabar…perjalanan kami masih jauh dan banyak keseruan yang akan kami kisahkan selama perjalanan. Stay tuned…