Perjalanan waktu merupakan sebuah katalisator. Cita-cita yang pada awalnya masih abu-abu kini sudah menemukan bentuknya, Segala usaha yang diperjuangkan sebelumnya sudah memperlihatkan hasilnya. Tentu saja banyak faktor yang mendukungnya. Mulai dari perencanaan yang matang, memperhatikan segala aspek detail, hingga penggunaan material yang berkualitas. Mercedes-Benz pun menerapkan semua hal tersebut ketika ingin merancang sebuah produk.
Aspek keselamatan maksimal, tingkat kenyamanan memadai, dan kemudahan perawatan, menjadi tiga pilar utama yang dipegang teguh oleh para desainer Mercedes-Benz. Termasuk saat mulai menggores pensil di atas sketsa rancangan pada tahun 1968, dalam menciptakan konsep sebuah saloon segmen menengah. Hasilnya dikenal dengan sebutan 123 series.
Persiapan Super Serius
Studi desain generasi penerus Mercedes-Benz 114/115 series yang telah dijual di tahun tersebut meliputi visi yang futuristis dengan aksen bersudut tajam. Overhang atap bagian belakang yang cukup terlihat, sudut kaca belakang agak landai, hingga penggunaan material karet di sekeliling bodi. Beberapa sketsa awal disimpan secara rahasia dan baru di tahun 1973 sosok 123 series mulai terlihat.
Salah satu prioritas utama dalam pengembangan 123 series ialah meningkatkan faktor keselamatan penumpangnya. Para engineer sudah memikirkan pengaplikasian airbag yang terintegrasi pada lingkar setir dan sistem anti-lock braking system (ABS). Aspek keselamatan pasif juga ditingkatkan melalui perpaduan antara ruang kabin kokoh dengan area crumple zone besar. Komponen pintu pun diperkuat guna memberikan tingkat proteksi terbaik saat terjadi benturan.
Tak ketinggalan penyematan batang kemudi yang akan patah secara simultan saat terjadi benturan keras dari bagian depan (collapsible steering column). Gunanya agar tidak akan menghujam tubuh pengemudi. Fitur ini diciptakan oleh Béla Barényi, engineer asal Hungaria dan telah dipatenkan sejak tahun 1963. Tangki bahan bakar diletakkan di atas as roda belakang, sehingga tidak beresiko saat ada benturan dari belakang.
Zero Scrub Radius
Komponen teknis yang modern yang berasal dari S-Class 116 series pun diadopsi pada 123 series ini. Yakni suspensi depan double-wishbone yang menganut teknik zero scrub radius. Desain dari 123 series juga berkiblat menuju masa depan dari Mercedes-Benz, tak hanya meningkatkan aspek keselamatan saja namun juga memperhatikan faktor estetika melalui gaya eksteriornya. Nilai desain yang berasal dari S-Class 116 series dan SL-Class 107 series diterapkan pada 123 series ini, seperti lampu depan yang kini diposisikan secara horizontal.
Di tahun 1974, beberapa prototipe awal 123 series mulai diuji jalan dan diuji benturan. Saat itu faktor keselamatan tengah menjadi topik utama dalam industri otomotif global, sehingga pemerintah Jerman mengeluarkan peraturan terkait standarisasi penggunaan sabuk pengaman untuk penumpang depan. Mercedes-Benz pun memasang fitur sabuk pengaman sebagai kelengkapan standar.
Persiapan matang dilakukan sebelum produksi mulai berjalan, untuk pertama kalinya Mercedes-Benz melakukan aktivitas ‘pilot line’. Aktivitas yang mirip dengan gladi resik ini dilakukan oleh para pekerja fasilitas perakitan sebagai simulasi produksi 123 series. Selama musim panas tahun 1975, sebanyak 16 unit saloon 123 series berhasil dibuat.
Ragam Pilihan Mesin
Mercedes-Benz memberikan beragam pilihan mesin yang dapat disesuaikan oleh kebutuhan pengguna 123 series. Untuk mesin bensin, tersedia mesin M 115 4 silinder dengan sistem bahan bakar karburator, yang berkapasitas 2.0 liter (model 200) dan 2.3 liter (model 230). Sedangkan untuk versi 6 silinder, terdapat mesin M 110 2.8 liter karburator (model 280) dan 2.8 liter injeksi (model 280 E). Sebagai opsi baru, diciptakan mesin bensin 6 silinder M 123 2.5 liter untuk model 250.
Mercedes-Benz terkenal dengan mesin diesel yang bandel. Maka pada 123 series ini tersedia mesin diesel 4 silinder OM 615 berkapasitas 2.0 liter (model 200 D), 2.2 liter (model 220 D), dan 2.4 liter (model 240 D). Selain itu tersedia pilihan mesin diesel 5 silinder OM 617 3.0 liter untuk model 300 D. Transmisi manual 4-speed sebagai kelengkapan standar, namun disediakan opsi transmisi manual 5-speed dan otomatis 4-speed.
Mercedes-Benz mengundang sejumlah jurnalis dari media terpilih untuk menghadiri acara spesial di Circuit Paul Ricard, Prancis Selatan, pada tanggal 22 hingga 28 Januari 1976.
Beragam model Mercedes-Benz 123 series dibawa untuk debutnya di bawah sinar matahari Mediterania. Tanggapan positif langsung diberikan oleh para jurnalis tersebut, tak lain karena aspek teknik pembuatan dan rancangan produk yang dihasilkan.
Akibatnya, Mercedes-Benz W 123 (W untuk Wagen) untuk tahun produksi 1976 langsung habis terjual alias mendapat respons amat positif dari publik.
Bukan Cuma Sedan
Kurang lebih satu tahun setelah peluncurannya, Mercedes-Benz memperkenalkan tiga varian bodi untuk 123 series, yakni Coupe (C 123) pada Geneva Motor Show di bulan Maret 1977, Long-wheelbase (V 123) di bulan Agustus 1977, dan Station wagon (S 123) pada Frankfurt Motor Show di bulan September 1977. Dengan adanya ragam varian bodi, Mercedes-Benz sekali lagi memperlihatkan keunggulan produk yang mampu menjawab segala kebutuhan penggunanya. Bahkan untuk S 123 merupakan varian station wagon pertama Mercedes-Benz yang diciptakan langsung secara ‘in-house’.
Mercedes-Benz 123 series mengalami penyegaran pertama pada bulan September 1979. Yang paling lazim terlihat adalah pada bagian interior, yakni setir dengan model baru, interior yang lebih bagus dan bergaya lebih segar (baik desain headrest maupun material jok), serta masih banyak lagi. Di tahun 1980, aspek mesin diperbaharui, khusus untuk yang menggunakan mesin 4 silinder bensin. Mesin M 115 2.0 liter dan 2.3 liter digantikan oleh mesin M 102 2.0 liter karburator (model 200) dan 2.3 liter injeksi (model 230 E).
Hadir Turbodiesel
Di bulan Oktober 1980, Mercedes-Benz menghadirkan mobil penumpang pertama di Jerman yang menggunakan mesin turbodiesel, yaitu 300 D Turbodiesel, 300 CD Turbodiesel, dan 300 TD Turbodiesel. Penyegaran kedua kembali dilakukan oleh Mercedes-Benz pada bulan September 1982, di antaranya adalah sistem power steering dan lampu depan ‘wide-band’ sebagai kelengkapan standar di semua model, indikator Economy di panel instrumen, material interior model baru, serta panel deflektor di pilar bodi yang lebih aerodinamis.
Sebagai pelengkap artikel kali ini, kami menjumpai satu unit W 123 240 D lansiran 1980 yang begitu unik. Mengapa istimewa? Yang pertama, mobil ini pernah menjadi unit display pada Pekan Raya Jakarta atau Jakarta Fair di tahun 1980. Selanjutnya, karena memang menjadi unit display pameran, maka sejumlah opsi pun disematkan pada 240 D ini. Mulai dari electric sliding roof, power window, sabuk pengaman untuk penumpang belakang, hingga speedometer dengan satuan MPH (mil/jam).
Mercedes-Benz yang akrab dipanggil dengan ‘Tiger’ ini turut merasakan manisnya angka penjualan di pasar Tanah Air. Mercedes-Benz menjual resmi W 123 di Indonesia dalam beberapa model, yaitu 200, 230, 240 D, 280, dan 280 E. Namun tak sedikit 123 series yang menyandang status completely built-up, terutama untuk varian C 123 Coupe dan S 123 Stationwagon. Mercedes-Benz W 123 rakitan lokal telah mengaspal sejak tahun 1977 dan produksinya berakhir di tahun 1986.
Keren om artikelnya…. ditunggu artikel selanjut yang berkaitan dengan restorasi w123 dan mobil lainnya yaaa salam sehat selalu