Perjalanan kami kembali berlanjut ke etape II menuju kota Surabaya. Jika sebelumnya kami mengandalkan jalan tol, kali ini kami akan mencoba menyusuri ruas jalur Pantura.
Di sinilah kami mulai merasakan kondisi lalu lintas Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang sebenarnya. Selepas tapal batas kota Semarang, kami pun menuju kota Demak dan Kudus. Kecepatan berkendara rerata bermain di rentang 40-65 km/jam. Walau pada prakteknya, kecepatan kami tak lebih dari 50 km/jam.
Arus lalu lintas jalan utama penghubung antara provinsi Jawa Tengah menuju Jawa Timur di wilayah pesisir Utara Jawa ini terbilang ramai dan cukup padat. Kami kerap kali terpaksa harus mengikuti di belakang “Optimus Prime” yang sulit untuk disalip. Terlewat satu.. eeh.. di depan masih ada beberapa lagi. Ditambah lagi iringan para “Albert” alias dump truck bermuatan extra berat yang merayap ultra selow sambil getar-getar. Kami harus banyak bersabar dengan kondisi yang sulit untuk bermanuver, apalagi mengembangkan kecepatan.
Itu belum seberapa. Kondisi jalan aspal dan cor beton yang ada di rute ini kadang mulus, lalu mendadak muncul lubang atau retakan. Tentunya kami harus selalu waspada serta berhati-hati agar tak terperosok jika ada jalan yang berlubang. Sungguh menguras tenaga dan titik fokus kami.
Kinerja Sistem ARDIS dan CDC Active Suspension
Perihal kondisi permukaan jalan yang rusak dan berlubang, justru bagi kami membawa berkah. Kami jadi bisa merasakan seperti apa kinerja dari sistem penggerak semua roda/all-wheel drive ARDIS (All-road Drive Intelligent System) serta sistem suspensi magnetik CDC (Continuous Damping Control) Active Suspension.
Teknologi sistem penggerak ARDIS yang dibekalkan kinerjanya dibantu oleh sensor pendeteksi. Sistem secara otomatis akan mengatur pembagian torsi yang disalurkan ke masing-masing roda sesuai kebutuhan beban traksi roda dan berdasarkan kondisi jalan yang dilintasi. Jika roda terdeteksi kehilangan grip ke permukaan jalan akibat kurangnya traksi, maka sistem ARDIS akan menyalurkan torsi lebih besar.
Kadang agak sulit untuk melihat apakah ada rekahan atau lubang pada permukaan jalan yang ada di depan. Bagian depan mobil ini cukup panjang dan tinggi, sehingga ada sedikit blind spot ke arah depan bila sedang berada di belakang kendaraan berukuran besar. Inilah fungsi kamera pemantau yang terpasang di depan. Visibilitas pengemudi jadi lebih jelas tanpa perlu melongok keluar jendela untuk melihat kondisi jalan. Rekaman gambar dari kamera ditampilkan pada layar 12.3 inci model lengkung di dashboard.
Sejumlah sensor dan radar pendeteksi yang terintegrasi dengan sistem terpadu Advance Driver Assistace System (ADAS). Yang paling serimg berfungsi adalah fitur Front Collision Warning. Berada di belakang kendaraan besar seperti truk tentu perlu kewaspadaan extra. Kami harus selalu menjaga jarak aman agar bisa mengerem tepat waktu saat truk tiba-tiba berhenti. Jika telat mengerem bisa fatal akibatnya. Sensor dam radar akan mendeteksi serta mengukur jarak aman dengan kendaran yang ada di depan. Jika terindikasi jarak terlampau dekat atau mepet, maka sistem secara otomatis akan memberi peringatan untuk jaga jarak aman berkendara. Sistem rem pun akan bekerja secara otomatis mengurangi kecepatan dan laju kendaraan secara bertahap.
Kemampuan melintasi berbagai kondisi jalan juga didukung sistem suspensi magnetik CDC (Continuous Damping Control) Active Suspension. Sejumlah sensor yang terdapat pada kendaraan akan mendeteksi kondisi jalan. Sistem akan mengatur secara otomatis kinerja ayunan suspensi sesuai kontur permukaan jalan setiap 100 kali per detik.
Meskipun kami sempat beberapa kali apes melintasi jalan yang agak sedikit ambles dan berlubang, namun kinerja suspensi mampu meredam guncangan dengan sangat baik. Pada kondisi jalan yang jelek sekalipun, kami merasakan ayunan redaman suspensi tetap terasa cukup empuk. Ditambah lagi dimensi bodi mobil ini cukup besar dan lebar, jadi guncangan tak terlalu terasa. Oh ya, dengan jarak ground clearance 190 mm, kami tak risau maupun khawatir melintasi jalan yang berlubang. Konstruksi baterai dan motor elektrik penggerak yang ada di kolong bodi pun sangat kokoh sehingga dijamin aman dan terlindungi.
Setelah melewati para Optimus Prime dan kondisi jalan yang agak kurang bersahabat di wilayah Demak, kami pun akhirnya tiba di Alun Alun kota Pati yang menjadi check point pertama di etape ini.
Seusai berhenti sejenak untuk cek kondisi kendaraan, kami pun berlanjut melintasi pesisir Utara Jawa via Batangan menuju kawasan wisata Pantai Balongan. Akhirnya… kami bisa melihat pemandangan laut yang indah dengan hembusan angin sejuk nan menyegarkan. Aroma hawa laut yang khas.
Perjalanan pun berlanjut ke arah Selatan menuju Tuban, lalu ke arah Timur melintasi Lamongan, Gresik hingga akhirnya sampai di kota Surabaya. Pada etape II ini kami sukses menempuh jarak akumulasi 756 km. Daya baterai tersisa 20 persen dengan kapasitas BBM tersisa untuk jarak jelajah 685 km. Baru separuh jalan. Perjalanan kami masih akan terus berlanjut hingga tetes bensin terakhir. Stay tuned di etape III…