Review: Suzuki Fronx 2025

Akhirnya kami berkesempatan melakukan review Suzuki Fronx 2025. Produk terbaru Suzuki yang laris manis dipesan hanya beberapa bulan setelah launching.

Dengan label harga mulai dari.Rp 259 juta – Rp 321,9 juta berdasarkan keterangan dari PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), peminat Fronx cukup banyak. Daftar peminat telah mencapai 30.000 unit saat baru launching dan yang telah dikonversi menjadi Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) mencapai lebih dari 1.500.

Distribusi pemesanan terbesar datang dari wilayah Jabodetabek, dan disusul kota-kota besar seperti Medan, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar.

Animo konsumen yang positif membuat Suzuki optimistis mampu mengejar target penjualan hingga 2.000 unit Fronx per bulan. Varian SGX paling diminati konsumen dengan porsi 66% dari total SPK, disusul GX sebesar 23%, dan sisanya tipe GL. Fronx pun jadi produk paling fenomenal Suzuki Indonesia di tahun 2025.

“Kurang lebih ada 30 ribu peminatan yang masuk untuk Suzuki Fronx, dan 1.500 di antaranya sudah dikonversi menjadi SPK,” ujar Harold Donnel, 4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), dalam keterangannya.

Uji Kenyamanan

Kami pun berkesempatan melakuan review Suzuki Fronx 2025 ini, beserta beberapa media lain, di seputar Bandung hingga Ciwidey dengan rute dan kondisi jalan yang beragam.

Mulai dari suasana dalam kota Bandung yang padat, jalan tol, hingga rute perbukitan berkelok dengan kontur macam-macam. Kecepatan berkendara menyesuaikan kondisi lalu lintas dan rambu. Rata-rata kecepatan berkendara di 90 km/jam.

Uji Konsumsi BBM

Hari kedua, PT SIS mengajak melakukan uji konsumsi BBM Suzuki Fronx dengan metode serealistis mungkin layaknya pengendaraan harian.

Metode pengujian yang digunakan adalah full to full. BBM yang direkomendasikan adalah bensin dengan kadar RON 98. Tangki BBM setiap mobil uji diisi hingga penuh dengan jumlah takaran yang sama. Setelah melakukan perjalanan dengan jarak tempuh sekira 110 km, tangki pun diisi kembali. Kemudian dihitung berapa penggunaan BBM, di bagi jarak tempuh.

Pengujian yang kami lakukan sesuai kondisi pengendaraan harian. Mobil diisi 4 orang, dan setelan AC disegel selalu menyala pada posisi kipas di level 2 dan suhu AC 20 derajat celcius.

Rute yang kami tempuh mulai dari area jalan Pasteur menuju lokasi tikum di Jatinangor. Kecepatan berkendara menyesuaikan kondisi lalu lintas dan rambu. Rerata kecepatan berkendara di 55-60 km/jam, dan terkadang lebih.

Sensasi performa Suzuki Fronx outputnya cukup responsif dan tak perlu menginjak pedal gas terlalu dalam. SUV bergaya coupe ini pun handling kemudinya cukup lincah dan jinak.

Saat harus merayap di kemacetan lalu lintas kota yang padat, fitur Engine Auto-Stop sebagai salah satu peran dari sistem SHVS, akan bekerja secara otomatis mematikan mesin saat kendaraan berhenti dan menunggu. Lalu menyalakannya kembali secara halus saat pedal gas diinjak. Inilah salah satu faktor yang menunjang konsumsi BBM jadi lebih efisien dan ekonomis.

Tanpa terasa kami telah menempuh jarak sekira 103 km. Sampai di titik finish dan dilakukan penghitungan, catatan konsumsi BBM Suzuki Fronx varian SGX yang kami uji ada di kisaran 44,87 km per liter. Dengan catatan, ada beberapa trik yang kami terapkan selama berkendara. Salah satunya adalah kaki yang menginjak gas dengan sangat sopan. 

Namun, pihak Suzuki menyatakan rerata konsumsi BBM seluruh mobil peserta berada di angka 30 km per liter. Pada MID mobil kami tertera konsumsi BBM rata-rata di kisaran 26,3 – 27,8 km/liter.

Sensasi Berkendara

Suzuki Fronx 2025 yang dipasarkan di Indonesia tersedia dalam dua pilihan mesin. Untuk varian tipe terendah GL, dibekali mesin 1.500 cc berkode K15B. Mesin non hybrid ini outputnya 103,2 hp/ 6.000 rpm dan torsi puncak 138 Nm / 4.400 rpm. Opsi transmisi tersedia versi manual 5 percepatan dan transmisi otomatis 4 percepatan.

Untuk tipe GX dan SGX dibekali mesin 1.500 cc berteknologi mild hybrid berkode K15C. Output mesin berteknologi SHVS ini 99,2 hp / 6.000 rpm dengan torsi 135 Nm / 4.400 rpm. Pilihan transmisi hanya tersedia versi otomatis 6 percepatan (6AT).

Karakter mesin K15C yang kami gunakan pada Suzuki Fronx SGX punya reaksi mesin yang spontan dan responsif. Akselerasi pun cukup cepat dan gesit diajak bermanuver. Performa mesin tetap terjaga di segala kondisi jalan.

Kinerja transmisi otomatis 6-percepatan pun perpindahan giginya halus dan cepat. Nyaris seperti transmisi CVT. Tak jauh beda dengan XL7 maupun Baleno.

Selain itu, respon setir dan rem yang baik membuat handling kemudi seolah menyatu dengan pengemudi. Bantingan suspensi pun cukup empuk, tapi tidak mengayun. Gejala body roll alias limbung pun sangat minim.

Kabin nyaman

Salah satu yang jadi catatan positif saat review Suzuki Fronx 2025 ini adalah, visibilitas ke depan, samping dan belakang cukup baik.

Posisi duduk juga ergonomis dengan jok yang empuk dan pas mendekap tubuh, mulai bagian punggung hingga ke bagian paha pengemudi. Kami tak lekas lelah meskipun berkendara cukup lama.

Kabin cukup lapang untuk lima penumpang dengan postur tubuh bongsor (termasuk kami). Bagasi volume 308 liter tidak terlalu istimewa.

Fitur yang dibekalkan pada Suzuki Fronx juga seperti senadadengan model sejenisnya di pasaran. Fitur modern 360 View Camera membuat proses parkir atau bermanuver di jalan sempit jadi lebih mudah. Ditambah lagi, fitur keselamatan aktif dari Suzuki Safety Support menambah rasa aman dalam setiap perjalanan.

Layar head unit berukuran 9-inci, wireless charger, dan USB port jadi kelengkapan standar dalam kabin Fronx. Teknologi NVH (Noise, Vibration, and Harshness) juga membuat kabin lebih senyap dan kedap. Nyaris tak terdengar suara bising dari luar. Terutama saat melintasi jalan tol dengan cor beton.

Tak hanya nyaman dan aman. Konsumsi BBM yang ekonomis dan efisien membuat Suzuki Fronx layak dipertimbangkan untuk menjadi mobil harian maupun penunjang aktifitas keluarga.

Berikut adalah daftar harga Suzuki Fronx terbaru:

  • Fronx GL MT: Rp 259.000.000
  • Fronx GL AT: Rp 271.000.000
  • Fronx GX MT: Rp 276.000.000
  • Fronx GX AT: Rp 293.900.000
  • Fronx SGX AT: Rp 319.900.000
  • Fronx SGX AT 2 Tone: Rp 321.900.000

Suzuki Jimny XL 5-Door: SUV Harian Yang Bisa Diajak Berlumpur Ria

Genap satu bulan berlalu sejak Suzuki Jimny XL 5-Door diperkenalkan pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 5 Februari 2024 lalu di JIExpo Kemayoran, Jakarta. PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) optimis Jimny XL bakal sesukses pendahulunya yakni Jimny versi 3-pintu.

Kami akhirnya bisa mencicipi seperti apa kemampuan Jimny XL. Bersama sejumlah awak media lainnya kami dibawa ke Desa Pelangi, di kawasan Sentul, Bogor.

Telah tersedia trek mini off-road sepanjang 1,4 km. Mulai dari jalur cross country, tanjakan dan turunan serta kubangan lumpur menanti untuk kami cicipi bersama Jimny XL. Nah.. ini dia!

Kami tak akan mengulas soal desain, kemasan atau fitur pemanis yang ada pada mobil ini. Ini adalah mobil SUV harian yang bisa diajak bersenang-senang dan berpetualang. Jadi, hanya seputar itulah yang akan kami ulas.

Volume Kargo Besar, Daya Angkut Minim

Dengan jarak wheelbase 340 mm, baris bangku kedua Jimny XL sedikit lebih lapang dari versi 3-pintunya. Di atas kertas, volume kargo Jimny XL 85 liter dan bisa mekar jadi 211 liter dalam posisi bangku terlipat. Volume yang lumayan besar untuk memuat barang bawaan.

Akan tetapi yang mungkin kurang diperhatikan adalah kemampuan daya angkutnya. Suzuki Jimny XL memiliki kemampuan tarik maksimum hingga 1,3 ton. Cukup kuat untuk menarik gandengan berisi sebuah sepeda motor. Namun dengan bobot kosong 1.200 kg dan bobot kotor 1.545 kg, maka daya angkutnya praktis hanya sekira 345 kg.

Jika satu orang penumpang dewasa memiliki bobot rata-rata sekira 70 kg, dengan empat orang penumpang maka daya angkutnya hanya tersisa sekira 65 kg. Untuk mengimbanginya, tersedia beragam jenis dan merek suspensi aftermarket yang beredar di pasaran.

Ditolong Torsi

Pada sektor performa, Jimny XL dibekali mesin bensin 4-silinder 1.5-liter berkode K15B yang sama dengan Jimny versi 3-pintu.

Output tenaga sebesar 103 hp yang dikail pada 6.000 rpm terbilang masih sedikit underpower. Setidaknya tertolong oleh torsi sebesar 130 Nm yang bermain di 4.000 rpm.

Akselerasi di jalan raya nyaris tak ada bedanya dengan versi 3-pintu, baik transmisi manual maupun automatic. Hanya saja, karena saat ini kemampuan off-roadnya yang ingin kami olah, kami tak terlalu lama menjajal di jalan raya. Mungkin nanti pada lain kesempatan.

Radius belok maksimumnya yang sebanyak 4,25 putaran kemudi masih terbilang wajar untuk sebuah SUV. Hanya saja butuh sedikit ancang-ancang jika harus putar balik. Panjang bodi Jimny XL pun tak menyulitkan saat parkir. Jarak pandang pun cukup leluasa dengan kacanya yang lebar dan atap kabin yang terbilang tinggi.

Off-road Ria

Jimny XL menggunakan sistem pengerak roda belakang yang dapat dipindah ke penggerak 4×4 All-grip. Saat mulai memasuki trek off-road, kami perlu menarik agak keras tuas untuk oper dari 2H ke posisi gigi 4L (4WD gigi rendah).

Suzuki Jimny XL 5-Door off road

Sejak lahir Jimny XL tidak dilengkapi differential lock. Jadi kami harus menjaga putaran mesin saat merayap di trek off-road pada gigi rendah agar tak kehilangan torsi puncak.

Banyak yang berpendapat bahwa versi transmisi manual lebih minim risiko kehilangan torsi puncak. Namun versi automatic jauh lebih mudah untuk menjaga momen torsi dan tenaga melalui pijakan pedal gas. Semua bergantung pada selera dan kebiasan pengemudi.

Saat melintasi jalan menurun, Suzuki Jimny XL 5-Door ternyata dilengkapi hill-descent control versi sederhana. Mobil akan merayap pada kecepatan 5 km/jam. Rem otomatis membantu agar mobil tak nyelonong.

Suzuki Jimny XL 5-Door

Di lintasan dengan sudut kemiringan 35°, Suzuki Jimny XL 5-Door masih bisa merayap dengan cukup baik. Demikian pula saat diajak menerabas kubangan air berlumpur. Kami sangat menikmati keseruan beroff-road ria. Jarak ground clearancenya yang 210 mm terbilang cukup aman untuk menerabas jalan yang tergenang air. Namun untuk diajak berendam di kubangan lumpur yang agak dalam, mungkin Jimny XL perlu ditambahi lift kit agar lebih pede.

Mobil ini terbukti jadi pusat perhatian selama event IIMS lalu. Namun label harganya yang Rp 465 juta (manual) dan Rp 478 juta (automatic) terbilang relatif mahal. Jimny XL masih diimpor dari India. Jadi dapat dimaklumi jika harga jualnya sulit melawan compact SUV dari brand lain yang sudah diproduksi di Indonesia.