Review Neta V: Seberapa Irit Mobil Ini Untuk Perjalanan Luar Kota?
Neta Indonesia mengundang kami untuk melakukan perjalanan untuk melakukan review Neta V ke Semarang. Tentunya, karena ini mobil listrik compact, yang sebetulnya lebih cocok untuk perkotaan, konsumsi baterai jadi fokus kami saat menjalani rute luar kota.
Berangkat dari Neta Arista di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, menempuh rute sejauh 432 km melalui jalan tol. Dengan baterai 99 persen, pemberhentian pertama adalah rest area km 228. Salah satu tempat istirahat yang menyediakan fasilitas SPKLU di jalur tol trans Jawa. Kenapa harus rest area ini? Bukannya banyak SPKLU sebelum dan sesudah km 228?
Betul. Pertimbangannya adalah rasa aman. Begini, menurut Neta, V memiliki jarak tempuh maksimal 401 km berdasarkan metode pengujian CLTC (China Light Duty vehicle Test Cycle). Pada kenyataanya, kami menemukan beberapa mobil listrik yang melewati klaim CLTC tersebut. Meski kebanyakan memang tidak sampai di angka yang disebutkan.
Lalu, dengan menempuh 234,2 km dari dealer Neta Tebet tersebut, berjalan di kecepatan 65-90 km/jam. MID menunjukan sisa jarak tempuh sejauh 165 km. Cukup mengejutkan karena artinya, kalau ‘dibablaskan’ tanpa isi ulang baterai, mobil ini akan berjalan sampai 399 km (jarak yang sudah ditempuh ditambah sisa jarak tersedia). Untuk informasi, sisa tingkat keterisian baterai di km 228 adalah 45 persen.
Konsumsi Baterai Neta V
Pengisian ulang pun dilakukan dari 45 persen hingga keterisian baterai mencapai 94 persen (kurang lebih 38,2 kWh). Kalau menurut resi SPKLU, daya yang masuk ke baterai adalah 24 kWh. Mobil ini memiliki kapasitas baterai yang bisa digunakan sebesar 40,7 kWh. Dengan begitu, kami memutuskan untuk langsung menuju kota Semarang tanpa berhenti lagi.
Dengan rentang kecepatan yang kurang lebih sama seperti sebelumnya, Neta V mencatatkan konsumsi listrik sebesar 10,1 kWh/100 km. Atau 9,9 km/kWh. Irit.
Kalau berjalan dengan kecepatan lebih dari itu, seperti yang rekan kami lakukan dengan berjalan 100 km/jam, mereka mencatatkan Konsumsi listrik sebesar 14,1 kWh/100 km. Tidak heran, pengisian sebanyak dua kali terpaksa dilakukan di rest area km 130 dan km 379 menjelang gerbang tol Kali Kangkung. Menurut pengakuannya, di tempat terakhir itu, sisa baterai tujuh persen.
Lalu berapa biayanya? Pengisian di SPKLU, menggunakan aplikasi ChargeIN untuk mengaktifkan stasiun pengisian, memiliki biaya yang sedikit lebih mahal dibanding isi ulang menggunakan listrik rumah tangga. Anda akan dikenakan biaya Rp 2.705 per kWh, termasuk biaya penggunaan aplikasi.
Irit? Dengan menerapkan parameter berkendara seperti di atas, konsumsinya sangat irit. Kami sukses mendekati angka klaim pengujian CLTC. Dengan berkendara di kecepatan normal di jalan tol pun, masih masuk akal. Tapi harap diingat, hasil ini tidak mengikat karena pasti akan berbeda-beda, Tergantung gaya berkendara, kondisi cuaca, kepadatan lalu lintas dan faktor lainnya.