SM Master 200, Bikin Pencari Motor Retro Modern Makin Dilema

SM Master 200 sudah siap bersaing dan menjegal petahanan motor retro modern

 

Ini adalah produk baru dari MForce, pemegang merek motor SM Sport. Namanya SM Master 200. Motor retro modern ini muncul di GIIAS 2022, setelah sekian lama kabarnya beredar di kalangan media. Lebih bagus lagi, SM Master 200 sudah ditempeli banderol harga. Artinya sudah siap bersaing dan menjegal petahanan motor retro modern, Yamaha XSR 155 dan Kawasaki W175. Benarkah begitu?

Belum tentu. Karena ini adalah nama baru yang masih perlu waktu untuk membuktikan diri. Tapi dari spesifikasi mesin dan bentuk, SM Master 200 cukup menjanjikan. Kami bisa bilang begitu karena dibanding pesaingnya, kapasitas mesin SM Master 200 lebih tinggi yaitu 198 cc. 

Konfigurasi mesin ketiganya sama, silinder tunggal yang tegak, empat tak. Selain W175, yang lainnya berpendingin air (liquid cooled). Yang heran, tenaganya, 16,7 hp, adalah bukan yang paling besar. Punya Yamaha mampu menghasilkan 19 hp, sementara W175 paling belakang dengan 12,8 hp. Kami tidak akan tanya kenapa. 

Kembali ke soal harga, SM Master 200 dibanderol Rp 46.480.000. Lebih mahal dari XSR 155 (Rp 37 jutaan) atau Rp 34 jutaan milik Kawasaki W175. 

Bentuk 

Bagus atau tidak itu tergantung selera. Tapi kami suka tampilan motor ini. Lampu bulat dengan cowl (penutup) yang memanjang ke belakang, berpadu dengan bentuk tangki yang kaku, lengkap dengan strap kulit yang kami tidak yakin ada fungsinya. Lampu belakang juga bulat sederhana. Kemudian body samping yang menutup rangka membuat kesan retro makin jelas.

Stang naked cukup nyaman diraih dan digenggam. Demikian juga dengan jok berbalut kulit coklat. Meski kami kurang suka dengan desain pelek yang terlalu modern. Seperti yang terjadi di XSR 155. Tapi secara keseluruhan, bahkan jika dilihat sepintas pun, motor ini menarik.

Baca juga: Kenalan Sama Motor Listrik ALVA One

Fitur zaman modern yang menempel akan membantu pengendaraan. Misal, shock depan sudah upside down, belakangnya dipasangi monoshock. Speedometer digital terpasang di…tangki. Ya, tangki. Posisi yang tidak umum memang. Kalau sedang diam, mudah saja dilihat, entah kalau sedang melaju. 

Untuk mendapatkan motor ini, kalau Anda tidak keberatan dengan harganya, harap bersabar. Kata seorang wiraniaga di booth MForce, harus inden karena produknya masih baru. Tidak lama, hanya dua bulan. Jadi Anda punya waktu untuk berpikir. Antara SM Master 200 atau Yamaha XSR 155 atau Kawasaki W175. Bingung? Kami juga. 

Citroën SM Masih Dianggap Salah Satu Mobil GT Paling Ideal

Dalam dunia otomotif global, salah satu mobil Grand Touring (GT) yang selalu menjadi sorotan banyak para antusias ialah Citroën SM. Tahun ini, Citroën SM merayakan peringatan setengah abad setelah debutnya di tahun 1970. Citroën SM merupakan hasil kolaborasi antara pabrikan asal Prancis dan Italia, dengan mengusung gaya desain avant-garde serta sukses membawa Citroën ke liga mobil GT yang prestisius.

Kala itu, DS telah menjadi produk legendaris sebelum Project S dicanangkan oleh Citroën di tahun 1960an. Misinya ialah menggunakan teknologi dan keunggulan DS untuk mobil baru yang berkarakter sporty. Jacques Né (Project Engineer) memiliki visi keikutsertaan Citroën dalam ajang balap ketahanan 24 jam di Le Mans. Namun Pierre Bercot (Managing Director Citroën) berkeinginan agar Project S ini menjadi mobil yang segmennya berada di atas DS.

Sejumlah komponen dan chassis DS digunakan ketika Project S sedang dikembangkan di fasilitas perakitan Quai de Javel, Paris. Di bawah arahan Robert Opron, sebuah tim yang dipimpin oleh Jean Giret dan Jacques Charreton akhirnya menyelesaikan desain Project S. Model dengan skala 1:1 dibuat dalam bengkel yang berlokasi di Rue du Théâtre, Paris. Di saat yang hampir bersamaan, Citroën membeli Maserati, yang mana pabrikan asal Italia tersebut sedang mengembangkan mesin V6 berukuran kompak.

Di pameran Geneva Motor Show 1970, Citroën akhirnya menampilkan produk Grand Touring terbarunya, yakni SM. Mobil GT ini memiliki garis bodi yang begitu anggun namun tetap agresif, komponen suspensi menganut sistem hidrolis seperti Citroën DS, interiornya sangat futuristis dengan instrumen berbentuk oval, dan tentunya mengusung mesin V6 buatan Maserati.

Di balik kap depan Citroën SM yang panjang, terdapat mesin V6 berkapasitas 2,7 liter yang amat kompak (panjangnya hanya 31 cm) dan amat ringan (bobotnya hanya 140 kg). Mesin dengan material alloy tersebut didukung oleh tiga unit karburator Weber two-barrel dan menghasilkan tenaga maksimal 170 hp. Tak lama kemudian, Citroën juga memasarkan SM yang menggunakan mesin dengan sistem injeksi bahan bakar elektronis buatan Bosch, dan menghasilkan tenaga 178 hp.

Sistem hidrolis milik SM memang berbasis teknologi yang diterapkan pada DS, tak hanya digunakan untuk suspensi saja, namun juga untuk sistem pengereman dan kemudi. Untuk sistem kemudi, Citroën menciptakan teknologi DIRAVI (DIrection à RAppel asserVI) pada SM, yang membuat putaran setir terasa ringan di kecepatan rendah dan terasa berat jika mobil sedang melaju di kecepatan tinggi. Lampu depan Citroën terdiri dari 6 buah lampu buatan Cibié, yang tak hanya dapat ikut berubah sudut ketika menikung saja, namun juga ketinggian dan arah cahayanya tetap terkoreksi sesuai posisi mobil.

Lima puluh tahun telah berlalu, Citroën SM masih dianggap sebagai mobil yang amat modern, karena tingkat kenyamanan dan stabilitas berkendaranya. Georges Pompidou (Presiden Prancis saat itu), Leonid Brezhnev, Shah Iran, Haïlé Sélassié, Johan Cruyff, dan Jay Leno adalah sejumlah sosok yang beruntung dapat memiliki Citroën SM. Bahkan Daniel Craig masih memimpikan sebuah Citroën SM dapat mengisi garasi pribadinya.