Toyota Crown PHEV

Seberapa Akurat Pengujian WLTP?

Kendaraan hybrid dan plug-in hybrid (PHEV) sangat sah kalau disebut sebagai batu loncatan bagi mereka yang ingin beralih ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Terutama sebelum ‘nyebur’ ke ranah mobil listrik sepenuhnya (EV, Electric Vehicle).

Namun temuan baru dari Badan Lingkungan Eropa atau EEA (European Environment Agency) mengatakan bahwa mobil dengan teknologi PHEV, ternyata tidak seirit yang dibayangkan. Tentunya ini studi untuk penggunaan sesungguhnya.

Seperti diketahui, kawasan Eropa memiliki metode pengetesan konsumsi BBM dan emisi gas buang WLTP. Pastinya, pengetesan dengan WLTP (Worldwide Harmonized Light Vehicle Test Procedure) menghasilkan angka konsumsi BBM dan emisi yang terbaik. Tapi ini karena diuji dengan berbagai parameter hasilnya bisa beda dengan kondisi real time.

Pasti Lebih Boros

WLTP vs Real Time

Menurut EEA, penellitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar perbedaan antara WLTP dengan penggunaan sesungguhnya sebuah kendaraan. Mengambil bahan penelitian dari 988.231 unit mobil yang beredar di negara-negara Uni Eropa, termasuk Islandia dan Norwegia. Kendaraan yang dimonitor dibuat tahun 2021, dengan pengambilan sample sepanjang 2022.

Badan pengawasan llingkungan tersebut memanfaatkan peranti monitoring yang tersedia di mobil, yang memang wajib ada kalau mau lolos tes WLTP.

Dari pengujian, perbedaannya cukup terasa untuk mobil-mobil bermesin konvensional (diesel dan bensin). Rata-rata 7,44 liter/100 km saat digunakan, versus 6,13 liter/100 km saat uji WLTP. Mengindikasikan kalau pengemudi menggunakan hingga 1,31 liter/100 km lebih banyak saat penggunaan sesungguhnya.

Isi BBM

Emisi CO2 juga serupa. Saat pengujian, hasilnya 148,8 g/km. Tapi di jalanan, naik jadi 180,3 g/km.

Gap untuk mobil dengan teknologi elektrifikasi PHEV, lebih besar lagi. EAA mengatakan dalam laporannya, di pengendaraan riil, mobil menghabiskan 5,94 liter/km. Bandingkan dengan saat pengujian yang hanya 1,69 liter/100 km.

Sementara emisi gas buang saat mobil PHEV dikendarai, rata-rata 139,4 g/km. Jauh lebih tinggi dari hasil WLTP sebesar 39,6. 

Berita bagusnya adalah, bagaimanapun PHEV lebih irit BBM dan emisi ketimbang mobil konvensional. Lalu, apakah metode WLTP atau pengujian khusus lainnya tidak bisa dipercaya? Tidak juga. WLTP dan metode uji lainnya ada untuk jadi referensi soal kemampuan sebuah mobil. Meski Anda, pemilik mobil, yang jadi ‘penguji akhir’.

Jangan lupa, seberapa irit sebuah kendaraan mengkonsumsi BBM tergantung kaki pengemudi dan situasi saat berkendara. Untuk PHEV, ditambah lagi dengan seberapa rajin pemilik mobil memanfaatkan sarana pengisian ulang baterai. Supaya mesin tidak terlalu sering menyala. 

Sumber: EEA

Autovision Bawa Dua BiLED Teranyar di IIMS 2024

Momen gelaran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 menjadi ajang untuk Autovision menampilkan produk terbaru yang berkualitas. Sampurna Part Niaga (SPN) selaku pemegang resmi produk Autovision, memperkenalkan produk barunya, yaitu BiLED Dakar Carbon generasi ketiga dan BiLED Laser Borneo XS3.

Autovision BiLED merupakan terobosan teknologi modern, yang mana sistem pencahayaan LED tertanam di dalam projector. Lampu Projector BiLED dilengkapi reflektor kecil modern, yang dapat memantulkan cahaya lebih baik ke lensa, sehingga hasil cahaya lebih fokus ke depan.

“Autovision terus berinovasi dalam melahirkan lampu-lampu berkualitas dan berteknologi. Tujuannya tak hanya mengikuti perkembangan tren lampu, namun untuk memberikan kenyamanan, keamanan serta fungsionalitas terhadap berkendara,” kata Lily Hernawan, Direktur SPN.

Lampu jenis LED (Light Emitting Diode) keluaran Autovision menjadi lampu yang hemat energi, memiliki cahaya lebih terang, stabil dan lebih fokus, tidak menyilaukan dari arah berlawanan, aman untuk kelistrikan dan aki kendaraan, dan tahan hingga 30 ribu jam.

Enam kali lebih terang dari Halogen

Lampu BiLED Dakar generasi ketiga merupakan seri medium sebagai pendamping dari BiLED Projector seri premium BiLED Tesla. BiLED Dakar Carbon tersedia dengan ukuran lensa 3 inch dan rencana akan tersedia ukuran lensa 2,5 inci dalam waktu dekat.

Keunggulan BiLED Dakar Carbon berdaya maksimal hingga 125 Watt. Sedangkan, stabilitas daya berada pada angka 115 Watt. Untuk pencahayaan sinar jarak dekat bertambah 15 persen, dan sinar jarak jauh bertambah 5 persen dari BiLED Dakar Carbon generasi kedua.

Berkat daya lebih besar yang dihasilkan, maka output daya terang (lumen) setara enam kali pencahayaan bohlam Halogen standar. Termasuk plus pola pencahayaan dua kali lebih lebar. Hasilnya, visibilitas pengemudi saat berkendara pun meningkat.

Dimensi ramping BiLED Dakar Carbon generasi ketiga dikembangkan khusus untuk kemudahan instalasi, tanpa perlu merusak reflektor lampu orisinal. Sekaligus memungkinkan pengaplikasian pada lebih banyak tipe kendaraan dengan rumah lampu halogen seri H4, H7, dan HB3/HB4.

Harga produk BiLED Dakar Carbon generasi ketiga dimulai dari Rp 3,15 juta (sudah termasuk instalasi). Autovision memberikan garansi selama satu tahun untuk produk ini.

Dimensi ramping untuk memudahkan instalasi

Produk selanjutnya ialah lampu tambahan BiLED Laser Borneo XS3, dengan dimensi yang kecil dengan daya terang besar. Produk ini dapat diaplikasi oleh konsumen yang menginginkan pencahayaan lebih terang, dan membantu lampu depan LED pada kendaraan mereka.

Lampu BiLED Laser Borneo XS3 mudah untuk instalasi di sekitar grille maupun bumper kendaraan. Fungsinya sebagai lampu tambahan untuk pencahayaan yang lebih baik dan mendukung kenyamanan berkendara. BiLED Laser Borneo XS3 ini dapat diaplikasi untuk semua jenis kendaraan roda empat.

BiLED Laser Borneo XS3 dilengkapi CSP LED Chip yang memberikan stabilitas dan penerangan yang baik. Memiliki 2 warna cahaya 2.800K (kuning) dan 6.000K (putih). Serta daya sekitar 140W (sepasang) menghasilkan 14.000 Lumen.

Lampu BiLED Laser Borneo XS3 ini dipasarkan dengan harga sekitar Rp 1,5 juta dan bergaransi satu tahun.