Review EQA: Usaha Menjadi Sebuah Mercedes-Benz Tulen
Pengujian kali ini adalah bagian dari acara akhir tahun yang digagas Motomobi News, berjudul #motomobimaukemana. Mercedes-Benz EQA adalah versi listrik dari crossover compact GLA. Sekaligus jadi SUV listrik entry level di keluarga pabrikan Stuttgart, Jerman tersebut.
Ini yang membuat kami ragu, entry level Mercedes-Benz kadang kurang terasa ciri khasnya. Mulai dari pengendaraan hingga kualitas kabin yang sepertinya perlu peningkatan untuk bisa jadi sebuah Mercedes-Benz.
EQA, mencoba menampik hal tersebut. Sepengamatan kami, Mercedes-Benz satu ini dibekali interior yang cukup berkualitas. Dari bahan dashboard hingga jok, penataan tombol, ambience sampai peredaman kabin. Hasilnya? Secara kualitas, harus diakui ini interiornya ‘Mersi’. Hal lainnya? Baca terus.
Bukan Platform EV
Mercedes-Benz EQA dibekali dengan basis yang tidak dikhususkan untuk mobil listrik. Mobil ini berdiri diatas platform MFA generasi kedua yang diperkenalkan pada 2018 lalu. Yang digunakan juga oleh sedan A-Class, CLA, GLA, GLB, EQB. Jadi kalau mau bilang ini adalah GLA yang mendapatkan elektrifikasi menyeluruh, ya sah saja.
Selain itu, Mercedes-Benz membekalkan motor listrik tunggal bertenaga 140 kW (setara 190 hp), menjalankan roda depan. Sumber energinya baterai lithium-ion berkapasitas 66,5 kWh yang diklaim memberikan jarak hingga 495 km berdasarkan pengujian dengan metode WLTP.
Pembuatnya mengklaim pengisian baterai dengan fast charging bisa mengisi dari 10 persen ke 80 persen dalam 32 menit. Ingat, itu klaimnya mereka.
Kami Suka Bentuknya
Secara desain, menurut pendapat kami, ini layak dipuji. Bentuknya bersih dengan lekukan yang halus. Muka tanpa grill terbuka membuat mobil terlihat unik. Ditambah lagi logo Mercedes-Benz yang mentereng di depan dan tulisan EQA di pintu bagasi membuat pengendara lain terkagum-kagum.
Lampu-lampu dipastikan sudah LED, baik untuk di depan maupun belakang. Lampu utama sudah dibekali adaptive highbeam. Untuk menegaskan ini mobil SUV/Crossover ada imbuhan roof rail berwarna polished metal di atap. Tidak lupa, sudah ada kaca panoramic di atap. Tidak ada yang salah dengan bentuk ini. Tipikal SUV Mercedes terkini. Jujur, lebih terlihat proporsional dibanding GLB atau EQB.
Menurut Mercedes-Benz, bentuk ini menghasilkan nilai koefisien aerodinamika yang sangat baik untuk sebuah mobil tinggi. Nilainya 0,28.
Kabin Menarik
Hal senada berlaku untuk kabin. Kami merasa nyaman duduk di mobil ini. Meski sepertinya jok bisa dibuat lebih empuk. Kalau disentuh, Anda juga bisa menilai, ini material yang berkualitas tinggi. Khas Mercedes-Benz.
Satu hal yang membuat kami langsung nyaman adalah pengaturan AC yang masih menggunakan tombol fisik. Selain itu, penataan tombol di setir yang tegas juga memudahkan untuk dipahami. Deretan tombol di jempol kanan adalah untuk tampilan instrument cluster, yang kiri untuk infotainment di dashboard. Cerdas. Meskipun kami merasa setirnya agak terlalu tebal. Ini berefek mengurangi rasa nyaman, terutama untuk perjalanan jauh.
Bicara infotainment, layar di tengah memuat berbagai macam informasi. Mulai dari hiburan hingga navigasi dengan peta yang cukup detail, hingga aliran daya listrik dan konsumsi baterai.
Kami juga tidak akan mengeluhkan ruang kaki di depan. Posisi duduk di belakang mungkin sedikit terkompromi karena ada baterai di bagian itu. Ini adalah akibat dari menggunakan platform yang khusus untuk EV. Tapi untuk tipikal ukuran tubuh manusia Asia, tidak akan terlalu mengganggu.
Rasa Berkendara
Sepi. Itu mungkin satu kata yang tepat untuk menggambarkan mobil listrik EQA. Saat pertama berjalan, yang terdengar hanya bunyi peringatan objek yang terlalu dekat dengan mobil.
Masuk jalan raya, mulai terdengar suara knalpot kendaraan di sekeliling. Meskipun sangat sayup. Bahkan suara denging motor listrik juga tidak terdengar baik di dalam atau di luar kabin. Menyenangkan. Namun masuk jalan tol, gabungan antara angin yang menabrak spion dan permukaan beton, seperti membuat paduan suara gemuruh. Peredamnya berusaha keras untuk menahan supaya suara tidak masuk ke kabin.
Sukses memang, karena tetap tidak membuat pengendaraan di tol jadi berisik. Suara audio masih bisa didengar dengan volume yang rendah. Ekspektasi kami, bisa lebih sunyi lagi. Tapi kembali harus diingat, ini mobil entry level. Meskipun pembuatnya mengklaim sudah memasangkan peredam di beberapa bagian penting.
Pengendaliannya, di luar dugaan terasa lincah untuk sebuah EV yang terbebani oleh baterai yang berat. Setir yang tidak terasa ‘kosong’ membuat kami yakin bermanuver dengan mobil ini. Pengendaliannya mumpuni. Paling tidak di jalan aspal yang relatif rata. Pergerakkan mobil bisa terasa linear dengan input yang kami berikan melalui lingkar kemudi. Karakter kemudi ini mengingatkan kami pada BMW i4.
Hasilnya, bukan hanya menikung dengan kecepatan 50 km/jam di akses keluar tol terasa meyakinkan, tapi juga memudahkan berkelit di kepadatan lalu lintas.
Performa
Untuk akselerasi, tidak ada yang istimewa. Memang rasa torsi 375 Nm akan membuat badan terasa ditelan sandaran jok, tapi tidak mengejutkan. Penghantaran tenaga dari motor elektrik bikinan ZF ke ban terasa linear, tidak terlalu menghentak. Terbukti dengan tidak ada yang mengeluh di mobil saat pedal akselerator dipijak habis.
Sayangnya, pada kecepatan di bawah 40 km/jam, bagian belakang akan terasa keras. Ini adalah karakter tipikal sebuah keluarga A-Class. Ciri tersebut bisa Anda rasakan juga di sedan A-Class dari generasi pertama. Namun saat ‘gas pol’ dan berjalan di kecepatan tinggi di tol, kestabilannya patut diacungi jempol.
Pengereman? Tipikal mobil listrik. Entah buatan Jerman, Jepang, China, Korea Selatan, semua sama. Rasanya artifisial. Ini karena sistem regenerative (regen) braking yang tersedia di setiap mobil listrik. EQA tidak terkecuali.
Mumpuni memang, apalagi tingkat kekuatan regen bisa diatur. Namun pada tingkat paling rendah pun, perlu waktu untuk menyesuaikan kaki dengan respon rem.
Kesimpulan
Overall, mobil ini memiliki paket yang mumpuni dari mulai desain hingga performa. Semuanya selaras menyatakan EQA adalah mobil listrik ramah keluarga untuk penggunaan harian.
Untuk konsumsi baterai dengan penggunaan kombinasi dan tanpa dibatasi, kami mencetak 13,9 kWh/100 km. Ini didapat dengan melalui jalanan padat, dan injak gas sesuai keadaan. Lagi-lagi, ini tipikal konsumsi energi mobil listrik yang padat fitur.
Yang kami harus keluhkan adalah suspensi belakang yang keras di kecepatan rendah. Yang mungkin, mayoritas akan dilalui selama masa pakainya.
Hal kedua adalah, banderolnya yang spektakuler. Berdasarkan daftar bulan Desember 2023 yang kami terima, harga Mercedes-Benz EQA adalah Rp 1.540.000.000 off the road (DKI Jakarta). Ini jadi perdebatan sendiri di redaksi, apakah memang sepadan sebuah mobil entry level harganya setinggi itu? Namun rumornya, BMW yang akan punya SUV llistrik entry level pun, harganya tidak akan jauh dari situ. Bukan main.