BYD Atto3

Review BYD Atto3: Gaya Biasa Saja, Sisanya Luar Biasa

Setelah mengulas soal eksterior, interior dan fitur, kami juga menguji sensasi lainnya saat mengendarai BYD Atto3. Ada dua varian Atto3, Advance Standard dan Superior Extended. Kemampuan jelajah maksimum keduanya berbeda. Untuk pengujian kali ini, kami menggunakan BYD Atto3 Superior Extended.

Keduanya dilengkapi motor elektrik penggerak tunggal, beroutput 204 hp dan torsi maksimun 310 Nm. Nah, yang membedakan antar varian adalah kapasitas baterainya.

Advance Standard dibekali baterai berkapasitas 49.92 kWh. Jarak jelajahnya mencapai 410 km. Varian Superior Extended kapasitas baterainya lebih besar yakni 60.48 kWh. Jarak jelajahnya 480 km. Jarak jelajah ini dihitung menggunakan siklus uji NEDC yang berlaku di Cina.

Pilihan Mode Berkendara

Terdapat tiga mode berkendara yakni Eco, Normal, dan Sport yang akan menyesuaikan sensitivitas pijakan pedal gas.

Menurut kami, mode Normal memiliki sensasi berkendara paling alami. Bagi pengguna EV pemula mungkin akan merasakan sensasi hentakan tenaga yang progresif, terutama pada mode Sport. Namun respon kemudi mobil ini kurang sigap dan sedikit bergoyang kala membenamkan pedal gas untuk meraih akselerasi.

Kinerja suspensi menjadi perhatian tersendiri bagi kami. Saat diajak bermanuver, bantingan suspensi terbilang medium. Namun bodi mobil jadi terasa agak goyang. Terutama saat melaju cukup kencang di jalan tol dengan permukaan cor beton. Bantingan suspensi juga masih terasa tajam saat melintasi permukaan jalan yang bergelombang.

Sistem pengereman terbilang pakem, namun terasa ragu kala pengereman mendadak. Pedal rem memerlukan hentakan kaki cukup dalam dan sedikit mengagetkan saat kami ingin meraih jarak aman. Terutama jalan menurun dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

Keselamatan Berkendara

BYD Atto 3 diakui sebagai mobil listrik terlaris di Swedia pada Juli 2023 lalu. Mobil ini dipuji karena performa dan interiornya yang nyaman.

Selain itu, SUV ini pun sukses meraih peringkat lima bintang dalam uji keselamatan berkendara di Eropa yakni Euro NCAP. Skor tertinggi diperoleh untuk perlindungan penumpang dewasa dan anak-anak. Peringkat bintang lima Global NCAP juga diraih oleh BYD Atto 3. Cukup meyakinkan.

Nah, ternyata fitur keselamatan berkendara yang dibekalkan pada Atto 3 terbilang modern dan lengkap.

Tak hanya dibekali 7 airbag. Fitur keselamatan berkendara berbasis ADAS juga tersedia. Mulai dari cruise control adaptif, pengereman darurat otonom, peringatan keluar jalur, dan masih banyak yang lainnya.

Kami merasa sistem ADAS pada Atto 3 berfungsi dengan baik. Meskipun sesekali masih menampilkan beberapa keanehan. Seperti peringatan yang diberikan sistem kadang terlalu dekat dengan tanda jalur. Penyesuaian respon kemudi masih kurang presisi dan di tikungan kadang sedikit terasa goyang. 

Konsumsi Irit

BYD Atto 3 telah dibekali dengan baterai Blade dengan sel jenis lithium iron phosphate (LFP). Baterai jenis ini diklaim konsumsi energinya jauh lebih irit dibanding bateri sel lithium manganese cobalt yang banyak digunakan brand mobil listrik lainnya.

Yang jadi perhatian kami adalah konsumsi energi serta kemampuan pengisian ulang daya baterainya.

Kami mengkombinasikan penggunaan mode Normal untuk dalam kota dan Sport saat melaju di jalan tol. Dengan jarak tempuh 220 km, kapasitas daya baterai hanya tersedot 51 persen. Cukup irit juga.

Soal pengisian ulang daya baterai, Atto 3 varian Superior Extended dapat terkoneksi dengan sumber listrik standard 220V dengan kemampuan pengisian daya hingga 7 kW. Atto 3 juga dibekali onboard charger 11 kW dengan soket listrik 3-fasa untuk pengisian daya yang lebih cepat.

Jika terhubung dengan perangkat fast charger DC, mobil ini dapat menerima sumber listrik berdaya cukup besar yakni hingga 80 kW. Dengan fast charger DC berdaya 60 kW, pengisian daya dari 30 persen hingga 90 persen butuh waktu sekitar 50 menit. Lumayan cepat juga.

Berapa Harga Jualnya?

Nah, yang membuat kami penasaran adalah berapa harga jual Atto 3 nantinya saat resmi dipasarkan di Indonesia.

Sebagai gambaran, di Thailand label harganya mulai dari 1.099.900 Baht sampai 1.199.900 Baht. Kurang lebih sekira Rp 480 jutaan hingga Rp 526 jutaan. Sedangkan di Filipina, label harganya mulai dari 1.598.000 Peso hingga 1.798.000 Peso. Kurang lebih di kisaran Rp 446 jutaan sampai Rp 500 jutaan.

Malaysia sebagai tolok ukur terdekat dalam soal harga berada di rentang 150.430 Ringgit hingga 168.630 Ringgit. Kurang lebih sekitar Rp 500 hingga Rp 550 jutaan.

BYD Atto3 Indonesia

Harga jual mobil listrik di sejumlah negara juga berkaitan dengan kebijakan pajak serta insentif untuk pembelian mobil listrik.

Nah jika BYD Atto3 resmi dipasarkan di Indonesia, maka kemungkinan besar label harganya konon akan berada di kisaran Rp 450-550 jutaan. Ini berdasarkan percakapan dari beberapa sumber karena BYD Indonesia belum mengeluarkan harganya. Cukup rasional dan tak berbeda jauh dari mobil sejenis lansiran brand kompetitor.

Review BYD Atto3

Review BYD Atto3: Pilihan Baru Para Penyuka Mobil Listrik

Kami berkesempatan melakukan review BYD Atto3 dan mencicipi sensasinya. Ini adalah medium SUV bertenaga listrik yang bakal dipasarkan di Tanah Air. Perjalanannya tak terlalu jauh. Hanya di seputaran Jakarta… lalu bablas ke Bandung.

Jujur, dari segi tampilan eksterior, BYD Atto3 terlihat biasa saja. Desainnya tak seheboh atau seatraktif SUV bertenaga listrik dari brand lainnya. Nah, justru inilah yang bikin kami jadi penasaran.

Tampilan depan yang tanpa grille plus desain lampu LED model melintang selebar bonnet tak jauh beda dari mobil listrik lain pada umumnya.

Bentuk bagian belakang pun tak terlalu futuristik. Namun tulisan “Build Your Dreams” yang terpampang pada pintu bagasinya nampak jelas dan begitu persuasif. Seolah mengajak siapapun yang membacanya untuk bersemangat mewujudkan impian dan cita-cita mereka.

Yang memikat pada area eksterior justru pilihan warnanya. Dimulai dari warna kelabu Boulder Grey bagi yang tak ingin warna mencolok. Lalu ada nuansa biru Surf Blue yang cocok buat kaum muda. Bagi yang ingin tampil PD ada Parkour Red. Nuansa warna merah ‘jreng’ dijamin bikin tatapan mata menoleh pada BYD Atto3.

Interior Menyenangkan

Saat masuk ke kabin, benar dugaan kami. Area interior BYD Atto3 dikemas cukup unik. Sangat kontras dibandingkan tampilan eksteriornya. Memang tak sefuturistik mobil listrik lainnya seperti Hyundai Ioniq 5 atau BMW i3. Namun terkesan tak membosankan.

Layar head unit yang besar memang jadi salah satu magnet pemikat sekaligus daya jual dari mobil ini. Hanya saja terasa kurang imbang dengan layar instrument berkendara di balik setirnya yang kekecilan. Area ini akan kami bahas nanti.

Menguatkan kesan aktif sebuah SUV, berbagai elemen terinspirasi dari peralatan gym. Seperti pegangan pintu bergaya benchpress, flip AC barbel dan transmisi bergaya kettlebell. Bukan main. 

Material joknya meskipun tak mewah, namun desain joknya ergonomis dan mampu menopang tubuh dengan baik. Posisi duduk pengemudi maupun penumpang depan dan belakang bisa dikatakan cukup nyaman.

Bicara belakang, jok di bagian ini biasanya posisi duduknya paling kurang nyaman. Namun tidak demikian pada BYD Atto3. Ruang kaki penumpang cukup leluasa dan lutut tidak mentok. Kepala penumpang jok belakang pun tak mepet dengan plafon. Hanya tali seatbelt akan menyentuh kulit leher saat digunakan.

Sistem penyejuk udara mobil ini pun terbilang modern dengan pengaturan otomatis. Bahkan di sejumlah negara BYD Atto3 dilengkapi filter udara PM 2.5 yang dapat meningkatkan kualitas udara pada kabin sehingga bebas bakteri dan alergen.

Fitur Memikat

Nah, ini dia. Yang paling mencolok pada interior BYD Atto3 adalah area dashboardnya. Layar head unit tadi, terbilang extra large yakni 15.6-inci. Seperti pada BYD Dolphin, orientasi tampilan layarnya dapat diputar, baik vertikal (portrait) maupun horizontal (landscape). Pengaturan posisi layar cukup dengan menekan tombol pada setir.

Fitur infotainment yang ada pada mobil ini tak beda dengan mobil sejenis dari brand asal Eropa. Anda dapat mengakses fitur Apple CarPlay dan dua aplikasi terpisah secara bersamaan pada layar. Kamera parkir sudah tentu ada pada mobil ini.

Desain speaker mobil ini pun atraktif. Bentuknya terlihat mirip gitar. Nah, karena ada dua varian Atto3, sistem audio  yang dibekalkan pun sedikit dibedakan. Untuk varian Advanced dilengkapi sistem audio dengan 6 speaker. Untuk varian Superior, sistem audionya lebih mewah yakni HD Sound dengan delapan speaker.

Fitur panoramic sunroof yang saat ini tengah banyak diperbincangkan para konsumen di Tanah Air juga terdapat pada BYD Atto3. Memang tak harus ada. Tapi pihak pabrikan merasa perlu untuk membekalinya sebagai pendongkrak daya pikat. Ini jadi salah satu point plus segar dari BYD Atto3. Soal performa, kami akan lanjutkan review BYD Atto3 ini di artikel berikutnya. 

Review EQA: Usaha Menjadi Sebuah Mercedes-Benz Tulen

Pengujian kali ini adalah bagian dari acara akhir tahun yang digagas Motomobi News, berjudul #motomobimaukemana. Mercedes-Benz EQA adalah versi listrik dari crossover compact GLA. Sekaligus jadi SUV listrik entry level di keluarga pabrikan Stuttgart, Jerman tersebut.

Ini yang membuat kami ragu, entry level Mercedes-Benz kadang kurang terasa ciri khasnya. Mulai dari pengendaraan hingga kualitas kabin yang sepertinya perlu peningkatan untuk bisa jadi sebuah Mercedes-Benz.

EQA, mencoba menampik hal tersebut. Sepengamatan kami, Mercedes-Benz satu ini dibekali interior yang cukup berkualitas. Dari bahan dashboard hingga jok, penataan tombol, ambience sampai peredaman kabin. Hasilnya? Secara kualitas, harus diakui ini interiornya ‘Mersi’. Hal lainnya? Baca terus.

Bukan Platform EV

EQA 250

Mercedes-Benz EQA dibekali dengan basis yang tidak dikhususkan untuk mobil listrik. Mobil ini berdiri diatas platform MFA generasi kedua yang diperkenalkan pada 2018 lalu. Yang digunakan juga oleh sedan A-Class, CLA, GLA, GLB, EQB. Jadi kalau mau bilang ini adalah GLA yang mendapatkan elektrifikasi menyeluruh, ya sah saja.

Selain itu, Mercedes-Benz membekalkan motor listrik tunggal bertenaga 140 kW (setara 190 hp), menjalankan roda depan. Sumber energinya baterai lithium-ion berkapasitas 66,5 kWh yang diklaim memberikan jarak hingga 495 km berdasarkan pengujian dengan metode WLTP.

Pembuatnya mengklaim pengisian baterai dengan fast charging bisa mengisi dari 10 persen ke 80 persen dalam 32 menit. Ingat, itu klaimnya mereka.

Kami Suka Bentuknya

Review EQA

Secara desain, menurut pendapat kami, ini layak dipuji. Bentuknya bersih dengan lekukan yang halus. Muka tanpa grill terbuka membuat mobil terlihat unik. Ditambah lagi logo Mercedes-Benz yang mentereng di depan dan tulisan EQA di pintu bagasi membuat pengendara lain terkagum-kagum.

Lampu-lampu dipastikan sudah LED, baik untuk di depan maupun belakang. Lampu utama sudah dibekali adaptive highbeam. Untuk menegaskan ini mobil SUV/Crossover ada imbuhan roof rail berwarna polished metal di atap. Tidak lupa, sudah ada kaca panoramic di atap. Tidak ada yang salah dengan bentuk ini. Tipikal SUV Mercedes terkini. Jujur, lebih terlihat proporsional dibanding GLB atau EQB. 

Menurut Mercedes-Benz, bentuk ini menghasilkan nilai koefisien aerodinamika yang sangat baik untuk sebuah mobil tinggi. Nilainya 0,28.  

Kabin Menarik

dashboard EQA

Hal senada berlaku untuk kabin. Kami merasa nyaman duduk di mobil ini. Meski sepertinya jok bisa dibuat lebih empuk. Kalau disentuh, Anda juga bisa menilai, ini material yang berkualitas tinggi. Khas Mercedes-Benz. 

Satu hal yang membuat kami langsung nyaman adalah pengaturan AC yang masih menggunakan tombol fisik. Selain itu, penataan tombol di setir yang tegas juga memudahkan untuk dipahami. Deretan tombol di jempol kanan adalah untuk tampilan instrument cluster, yang kiri untuk infotainment di dashboard. Cerdas. Meskipun kami merasa setirnya agak terlalu tebal. Ini berefek mengurangi rasa nyaman, terutama untuk perjalanan jauh.

Bicara infotainment, layar di tengah memuat berbagai macam informasi. Mulai dari hiburan hingga navigasi dengan peta yang cukup detail, hingga aliran daya listrik dan konsumsi baterai.

Kami juga tidak akan mengeluhkan ruang kaki di depan. Posisi duduk di belakang mungkin sedikit terkompromi karena ada baterai di bagian itu. Ini adalah akibat dari menggunakan platform yang khusus untuk EV. Tapi untuk tipikal ukuran tubuh manusia Asia, tidak akan terlalu mengganggu.

Rasa Berkendara

Sepi. Itu mungkin satu kata yang tepat untuk menggambarkan mobil listrik EQA. Saat pertama berjalan, yang terdengar hanya bunyi peringatan objek yang terlalu dekat dengan mobil.

Masuk jalan raya, mulai terdengar suara knalpot kendaraan di sekeliling. Meskipun sangat sayup. Bahkan suara denging motor listrik juga tidak terdengar baik di dalam atau di luar  kabin. Menyenangkan. Namun masuk jalan tol, gabungan antara angin yang menabrak spion dan permukaan beton, seperti membuat paduan suara gemuruh. Peredamnya berusaha keras untuk menahan supaya suara tidak masuk ke kabin.

Sukses memang, karena tetap tidak membuat pengendaraan di tol jadi berisik. Suara audio masih bisa didengar dengan volume yang rendah. Ekspektasi kami, bisa lebih sunyi lagi. Tapi kembali harus diingat, ini mobil entry level. Meskipun pembuatnya mengklaim sudah memasangkan peredam di beberapa bagian penting. 

Pengendaliannya, di luar dugaan terasa lincah untuk sebuah EV yang terbebani oleh baterai yang berat. Setir yang tidak terasa ‘kosong’ membuat kami yakin bermanuver dengan mobil ini. Pengendaliannya mumpuni. Paling tidak di jalan aspal yang relatif rata. Pergerakkan mobil bisa terasa linear dengan input yang kami berikan melalui lingkar kemudi. Karakter kemudi ini mengingatkan kami pada BMW i4

Hasilnya, bukan hanya menikung dengan kecepatan 50 km/jam di akses keluar tol terasa meyakinkan, tapi juga memudahkan berkelit di kepadatan lalu lintas.

Performa

Untuk akselerasi, tidak ada yang istimewa. Memang rasa torsi 375 Nm akan membuat badan terasa ditelan sandaran jok, tapi tidak mengejutkan. Penghantaran tenaga dari motor elektrik bikinan ZF ke ban terasa linear, tidak terlalu menghentak. Terbukti dengan tidak ada yang mengeluh di mobil saat pedal akselerator dipijak habis.

Sayangnya, pada kecepatan di bawah 40 km/jam, bagian belakang akan terasa keras. Ini adalah karakter tipikal sebuah keluarga A-Class. Ciri tersebut bisa Anda rasakan juga di sedan A-Class dari generasi pertama. Namun saat ‘gas pol’ dan berjalan di kecepatan tinggi di tol, kestabilannya patut diacungi jempol.

Pengereman? Tipikal mobil listrik. Entah buatan Jerman, Jepang, China, Korea Selatan, semua sama. Rasanya artifisial. Ini karena sistem regenerative (regen) braking yang tersedia di setiap mobil listrik. EQA tidak terkecuali.

Mumpuni memang, apalagi tingkat kekuatan regen bisa diatur. Namun pada tingkat paling rendah pun, perlu waktu untuk menyesuaikan kaki dengan respon rem.

Kesimpulan

Overall, mobil ini memiliki paket yang mumpuni dari mulai desain hingga performa. Semuanya selaras menyatakan EQA adalah mobil listrik ramah keluarga untuk penggunaan harian.

Untuk konsumsi baterai dengan penggunaan kombinasi dan tanpa dibatasi, kami mencetak 13,9 kWh/100 km. Ini didapat dengan melalui jalanan padat, dan injak gas sesuai keadaan. Lagi-lagi, ini tipikal konsumsi energi mobil listrik yang padat fitur.

Yang kami harus keluhkan adalah suspensi belakang yang keras di kecepatan rendah. Yang mungkin, mayoritas akan dilalui selama masa pakainya.

Hal kedua adalah, banderolnya yang spektakuler. Berdasarkan daftar bulan Desember 2023 yang kami terima, harga Mercedes-Benz EQA adalah Rp 1.540.000.000 off the road (DKI Jakarta). Ini jadi perdebatan sendiri di redaksi, apakah memang sepadan sebuah mobil entry level harganya setinggi itu? Namun rumornya, BMW yang akan punya SUV llistrik entry level pun, harganya tidak akan jauh dari situ. Bukan main.

MG4 EV

Review MG4 EV: Mobilnya Meyakinkan, Harganya Mepet

MG4 EV adalah mobil elektrik keluaran Morris Garage (MG), pabrikan Inggris berbasis di China dan dikuasai oleh pabrikan setempat, SAIC. Dibangun di atas platform yang disebut Modular Scalable Platform, yang ukuran dan kemampuannya bisa disesuaikan dengan produk yang akan dihasilkan.

Di Indonesia, MG4 EV diperkenalkan pada acara IIMS 2023, bulan Februari lalu. Harga jualnya saat ini menyentuh Rp 699 juta (OTR Jakarta) untuk versi Magnify i-Smart yang Anda lihat di sini. Varian di bawahnya (Ignite) dihargai Rp 649.900.000.

UPDATE: Dirakit lokal, MG4 EV sekarang punya harga baru 

Diakui Performanya Meyakinkan

review mg4 ev

Semua MG4 EV di Indonesia dibekali penggerak listrik dengan kekuatan 123,2 hp (125 ps) yang menggerakkan roda depan. Torsinya menarik, 250 Nm. Hasilnya, hatchback ini terasa memiliki performa akselerasi yang menyenangkan.

Jangan lupa ini mobil listrik, jadi begitu pedal diinjak, torsinya akan langsung tersedia. Badan terasa tertanam ke kursi begitu mobil digas. Meski tidak seheboh Mercedes-EQS atau BMW i4 tentunya.

Kami mengendarai mobil ini sejauh kurang lebih 500-an kilometer. Dengan menggunakan Normal dan Eco. Mode Sport sangat jarang kami gunakan. Rutenya beragam. Mulai dari dalam kota, jalan bebas hambatan, hingga jalan antar kota non-tol.

Tapi semua yang mengendarai mengakui, mobil ini sangat meyakinkan untuk bermanuver di dalam atau luar kota. Angka 120 km/jam di jalan bebas hambatan terasa dengan mudah dicapai. Torsi instan membuat manuver menyusul terasa mudah. Sebagus itu? Untuk performa sebuah mobil harian, iya MG4 EV cukup memenuhi ekspektasi kami. Meski ada saja kekurangannya.

Kemudi Instan Tapi…

Salah satu yang kami catat adalah kemudinya. Mobil ini dibekali kemudi dengan bantuan EPS (Electronic Power Steering). Kalau Anda paham, biasanya EPS cenderung kurang memberikan feedback yang mumpuni. Dan ini terasa betul di MG4 EV. Kemudinya terasa ‘kosong’ di berbagai tingkat kecepatan.

Pergerakannya yang ringan saat bergerak di kecepatan rendah memang sangat membantu. Tapi di kecepatan yang lebih tinggi, perubahan bobot gerak kemudi terasa minim. Tapi jangan salah, mobil ini memiliki respon kemudi yang kami harus akui, instan. Sangat berguna untuk manuver di jalanan luar kota yang bukan tol.

Untuk di dalam kota, salah satu yang kami nilai adalah, semudah apa berkelit di padatnya lalu lintas. Serta seberapa nyaman.

Kemudi yang ringan dan responsif tadi membuat mobil terasa lincah. Suspensinya membuat opini di redaksi terpecah. Ada yang bilang agak keras untuk sebuah mobil perkotaan. Tapi kami cenderung menyukai kualitas peredamannya.

Polisi tidur bisa diredam dengan baik, dengan kecepatan yang sewajarnya, tentu. Tidak terlalu memantul. Di jalanan beton seperti di tol, atau melindas sambungan jembatan tol juga mumpuni, tanpa ada getaran atau bunyi yang mengkhawatirkan.

Kaca yang besar menghasilkan bidang pandang yang luas ke segala arah, kecuali belakang. Kaca belakang terlihat sempit dari spion tengah. Hal ini dikompensasi dengan kamera 360 untuk memantau buritan saat parkir.

Yang mengganggu malah suara artikulasi ban dan angin yang menghantam rumah kaca spion samping. Dengan catatan, pengujian di jalan tol tersebut kami jalani dengan kecepatan 100 km/jam.

Secara keseluruhan, kami suka dengan kinerja suspensinya. Dibekali MacPherson Strut di depan dan multi-link untuk belakang. Ini adalah resep andalan mobil-mobil dengan pengendalian yang juara. Dan ya, hatchback keluarga ini mampu menyelesaikan tikungan dengan meyakinkan, di berbagai kondisi. Begitu juga dengan kestabilan berjalan lurus di kecepatan tinggi.

Kenyamanan

Kalau Anda memperhatikan MG, mereka seperti memiliki standar yang lebih tinggi dari kebanyakan merek yang datang dari China. Mungkin karena ada campur tangan Inggris-nya? Entahlah. Yang pasti kabin MG4 EV juga nyaman.

Fiturnya lengkap dengan tatanan yang minimalis. Layar monitor 10,25 inci jadi tempat untuk infotainment yang dilengkapi Android Auto dan Apple Carplay. Karena keterbatasan, kami hanya mencoba Android Auto yang memerlukan kabel untuk bisa aktif. Dan kami tidak keberatan. Toh sambungannya bisa lebih stabil ketimbang wireless.

Meski mayoritas pengaturan pengendaraan dan kenyamanan ditanam di layar tersebut, tapi MG masih berbaik hati memberikan tombol fisik untuk volume audio, aktivasi AC, hingga home button.

Pengaturan transmisi ada di dashboard, tepatnya di ‘tatakan’ di bawah layar. Tempat ini jadi sedikit ganjalan. Karena posisi soket USB C dan B ada di bawahnya serta diposisikan cukup dalam, tatakan tadi menghalangi pandangan dan mengganggu tangan meraih soket-soket yang disediakan. Di luar itu, ada fitur wireless charger di depan kenop transmisi yang mudah untuk diraih. Satu lagi hal yang mengganjal adalah door sill (palang pintu bawah) yang tebal. Ini merepotkan saat akan keluar-masuk kabin, terutama saat parkir di tempat sempit.

Selebihnya, kami tidak bisa mengeluhkan. Ruang kaki dan kepala lega di semua tempat. Dengan lebar mobil 1.836 mm ruang bahu terasa cukup, terutama untuk penumpang depan. Dikombinasikan dengan jok yang lebarnya pas untuk ukuran orang Asia, perjalanan panjang tidak akan terlalu melelahkan.

Harga Mepet

MG4 EV i-Smart

MG4 EV memang diakui, mobil yang meyakinkan. Kami suka mobil ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Performa punya, kaki-kaki mumpuni. Untuk konsumsi listrik, terbaik yang kami raih adalah 11,70 kWh/100 km, dengan lalu lintas dan cara melajukan mobil beragam. Tanpa parameter. Harapan kami untuk bisa di bawah 10 kWh belum tercapai.

Yang jadi masalah adalah, mobil yang kami uji adalah varian dengan fitur i-Smart, yang dapat melakukan berbagai perintah dan ekstra kemampuan konektivitas. Mulai dari yang membuat nyaman hingga kemampuan bantu berkendara seperti Adaptive Cruise Control, Traffic Jam Assistant, lampu jauh otomatis dan sebagainya.

Mobil ini dihargai Rp 699 juta (OTR Jakarta). Pesaing terdekatnya adalah raja mobil listrik Indonesia, Hyundai Ioniq 5 yang dihargai mulai dari Rp 706 juta. Meskipun MG unggul dengan jarak tempuh 425 km.

Di kisaran jarak tempuh tersebut, Ioniq 5 varian Long Range (451 km) baru bisa menyaingi, dengan harga mulai dari Rp 742 jutaan. MG memang masih lebih murah, namun mereka harus bekerja keras meyakinkan konsumen. Apalagi Hyundai memiliki jaringan after sales yang lebih luas.

Untungnya, MG juga dipastikan akan merakit mobil ini di Indonesia. Jadi, harusnya harga jual bisa ditekan, meski kami ragu akan jauh perbedaannya dengan banderol sekarang.

Spesifikasi MG4 EV Magnify i-Smart

  • Penggerak: Permanent Magnet Synchronous Motor
  • Daya Maks: 123,2 hp (125 ps)
  • Torsi: 250 Nm
  • Kap. Baterai: 51 kWh
  • Jarak tempuh maks: 425 km (klaim menggunakan metode NEDC)
  • Dimensi (p x l x t mm): 4.285 mm x 1.836 mm x 1.516 mm
  • Wheelbase: 2.705 mm
  • Ground clearance: 117 mm
  • Radius putar: 5,3 meter
  • Harga: Rp 699 juta (OTR Jakarta)

Impresi Pertama EV Neta V, Masuk Akal Dengan Harga Menarik

Dalam pameran otomotif GIIAS 2023 yang tengah berlangsung di ICE BSD, terdapat sejumlah mobil listrik dari pabrikan otomotif asal China. Salah satunya yakni mobil listrik Neta V yang mulai dipasarkan di Indonesia.

Mobil listrik ini di negara kelahirannya dipasarkan di bawah label Hozon Auto. Pangsa pasar yang besar dan potensial membuat Hozon Auto tergerak untuk berekspansi ke pasar otomotif kawasan ASEAN.

Thailand menjadi pintu masuk pertama mereka di kawasan Asia Tenggara. Perjanjian kerjasama pun ditandatangani antara Hozon Auto dengan PTT, perusahaan energi terbesar Thailand pada November 2021.

Untuk dua tahun pertama, PTT akan mengimpor Neta V dalam bentuk CBU (Completely Built Unit). Nantinya PTT dan Hozon akan bekerjasama memproduksi crossover 5-seater ini. Sejak tahun lalu mobil listrik ini telah dipasarkan di Thailand. Harganya 540 ribu baht, atau sekitar Rp 237 jutaan.

Kini, Indonesia jadi langkah berikutnya. Keagenan dan distribusi di Indonesia saat ini dikelola oleh PT Neta Auto Indonesia.

Penyelenggaraan event GIIAS 2023 pun dimanfaatkan oleh PT Neta Auto Indonesia. Tak hanya diperkenalkan, namun para peminat mobil listrik Neta V sudah dapat melakukan inden.

Mobil listrik ini dibanderol seharga Rp 379 juta jika pemesanan dilakukan selama GIIAS 2023. Harga on the road Jakarta. Dengan harganya yang cukup ‘bombastis’, apakah konten mobil ini mampu meyakinkan para konsumen untuk beli?

Kemasan Tampilan Tak Terkesan Murah

Dari segi tampilan eksterior, desain mobil penghisap elektron ini cukup modern dan tak kalah dari brand dengan produk sejenis.

Wajahnya sepintas mirip mobil listrik Tesla dan Omoda 5 EV. Desain lampu depannya agresif dengan bonnet klimis dan bumper depan bergaya minimalis. Lekuk bodinya dari depan hingga ke bagian buritan terlihat aerodinamis dan cukup sexy.

Desain tampilan bagian belakang pun lebih berkarakter dan enak dilihat dibandingkan bagian depannya yang terkesan polos. Dan kami merasa pelek yang digunakan harusnya bisa lebih besar lagi. 

Dari segi dimensi, Neta V yang panjangnya 4.070 mm, lebar 1.690 mm, dan tinggi 1.555 mm. Hampir seukuran Hyundai Ioniq 5 namun sedikit lebih ringkas dari Tesla Model X yang bodinya bongsor.

Pilihan warna yang ditawarkan cukup variatif. Mulai dari Midnight Grey dan Moonlight Green yang berkesan maskulin, hingga warna Sky Blue, Sakura Pink, dan White Storm yang memberi kesan trendy.

Interior Bergaya Modern

Pada area kabin, kemasan interiornya terlihat modern namun ringkas. Kualitas material panel interior dan jok lumayan bagus. Penggarapan interior pun cukup rapi dan halus. Kami suka desain setirnya yang bergaya sporty.

Layar instrumen digital berukuran 12 inci terpampang melebar di balik setir. Layar head unit di tengah dashboard ukurannya pun cukup besar yakni 14.6 inci. Seluruh fitur berkendara diatur via layar ini. Fitur bantu seperti cruise control dan kamera parkir juga sudah dibekalkan pada Neta V.

Kabin cukup lapang dengan posisi duduk yang lumayan nyaman. Volume bagasinya pun cukup besar. Sayangnya mobil ini tak dibekali ban serep. Hal ini jadi catatan tersendiri, selain airbag-nya yang hanya ada dua.

Performa Yang Cukup Lumayan

Motor elektrik penggerak menghasilkan tenaga 95 hp dan torsi 150 Nm. Dengan baterai lithium-ion berkapasitas 38,5 kWh, daya jelajahnya diklaim mampu mencapai 401 km. Cukup untuk perjalanan antar kota maupun aktifitas harian dalam kota.

Pengisian ulang daya baterai hingga 80 persen dengan fast charger diklaim hanya butuh 30 menit. Dengan sumber listrik 240V, butuh waktu 6 -12 jam.

Seperti halnya di Thailand, Neta V rencananya juga akan dirakit secara CKD di Indonesia. Pabrik milik PT Handal Indonesia Motor (HIM) di Pondok Ungu, Bekasi akan menjadi tempat perakitan mobil Neta mulai kuartal kedua 2024.

Bisa sukses? Secara sepintas, modal untuk itu sudah ada. Harganya menarik, kualitas juga cukup masuk akal. Perihal sukses atau tidaknya mobil ini di pasar otomotif Indonesia, kembali pada selera konsumen.

Kami akan lakukan review secepatnya untuk memahami seperti apa karakternya saat dikendarai. Tunggu saja. 

Review Toyota bZ4X by Motomobi News.

Review Toyota bZ4X, Harga Milyaran Bisa Dipahami?

Terlepas dari namanya yang agak sulit diucapkan, tapi kami akui Toyota bZ4X ini memiliki potensi yang mumpuni. Meski banyak yang menyayangkan harganya yang lumayan mahal, tapi hal tersebut bisa disanggah dengan teknologi yang terkandung di dalamnya.

Toyota bZ4X adalah jawaban Toyota untuk pasar yang bergeser dengan cepat ke arah mobil listrik berbasis baterai. Meski terbilang agak lambat, tapi pabrikan Jepang ini gesit dengan segera mengeluarkan platform e-TNGA yang jadi basis mobil yang Anda lihat di sini.

Toyota bZ4X 2022

e-TNGA juga digunakan oleh Subaru Solterra yang merupakan produk kembaran bZ4X, serta yang baru saja meluncur di Indonesia, Lexus RZ 450e.

Mobil konsepnya, diperkenalkan di acara Auto Shanghai pada 19 April 2021. Meski saat itu labelnya bZ4X Concept, tapi jelas terlihat kalau ini sudah sangat dekat dengan versi final. Crossover ini masuk jalur produksi Toyota dan mulai dipasarkan setahun kemudian.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya November 2022, Toyota Astra Motor mulai menjual mobil ini di Indonesia dengan harga yang mengejutkan: Rp 1.190.000.000.

Engineering Toyota bZ4X

Toyota bZ4X hadir dengan ukuran panjang 4,690 mm, lebar 1.860 mm dan tinggi 1.600 mm. Jarak sumbu roda mencapai 2.850 mm, menjanjikan interior yang lega. Yang menarik, besaran wheelbase tersebut hampir menyamai Toyota Land Cruiser terbaru (J300). Ukuran panjangnya juga hampir sama dengan Toyota RAV4 generasi terkini.

Toyota bZ4X_2

Baterai yang diletakan di lantai membuat titik gravitasinya rendah, dan berimbas pada kestabilan. Bicara baterai, kapasitasnya 71,4 kWh buatan produsen baterai Prime Planet Energy & Solutions, perusahaan patungan antara Toyota dan Panasonic.

Menggerakkan motor listrik bertenaga setara 201 hp (150 kW). bZ4X yang ada di Indonesia menggunakan gerak depan. Alias, motornya ditaruh di as roda depan. Di pasar luar, tersedia varian dengan gerak empat roda. Jadi motor listriknya satu di depan, satu lagi di belakang. Baterainya sama untuk versi Eropa. Sedangkan untuk konsumsi Amerika Serikat selain gerak empat roda, memiliki baterai 72,8 kWh.

Desain Interior

Mobil listrik ini dibekali dengan interior yang unik dan berbeda dengan Toyota lain. Kemana pun Anda melirik, akan mendapatkan bidang pandang yang luas.

bz4X

Instrument cluster digital yang diletakan jauh di depan pengemudi, ternyata mudah dilihat dan dipahami. Ini berkat ukuran setir yang cukup ringkas dan mudah disesuaikan posisinya. Isi display tersebut cukup lengkap. Mulai dari kondisi baterai dan kendaraan, hingga informasi berkendara serta status alat bantu TSS. Meski karena lengkap, perlu waktu juga untuk menemukan yang Anda cari.

Bergeser ke tengah dashboard, layar multimedia 12,3 inci dijejali bergam fitur. Mulai dari built-in navigasi, pengaturan AC, hingga fitur hiburan. Di bawah layar, masih ada tombol-tombol fisik dan kenop untuk menjalankan mobil.

Tombol bZ4X tertata rapi.

Di bawahnya lagi tertutup cover semi transparan, tempat untuk meletakan handphone, lengkap dengan kemampuan wireless charging. Letakan handphone di situ, kemudian tutup cover-nya. Konsol tengah jadi terlihat bersih dan rapi. Sayangnya, karena dilabur warna piano black, sidik jari jadi mudah tercetak.

Anda juga akan menemukan keunikan lain di dashboard. Di beberapa tempat terpasang material fabric (kain) yang nyaman di sentuh dan empuk. Material kulit membungkus jok, yang juga dilengkapi dengan pendingin. Sangat berguna saat berkendara dalam waktu lama.

Ruang kaki dan kepala akan terasa lega, terutama untuk kami yang ukuran badannya 165 cm. Di belakang, ruang kaki sangat berlimpah. Inilah salah satu efek dari besarnya wheelbase tadi. Beralih ke bagasi, Toyota tidak menyebutkan berapa kapasitasnya, tapi ini besar sekali.

Pengendaraan & Pengendalian

Satu hal yang pasti, begitu mobil jalan Anda akan langsung sadar ini Toyota. Tapi coba jalankan lebih jauh, baru terasa ada sesuatu yang beda. Bukan, bukan cuma tidak ada getaran mesin, tapi handling juga terasa meyakinkan.

Ingat, karena ini mobil listrik dengan baterai yang mendominasi bagian lantai, titik bobotnya jadi rendah. Mobil seperti diikat ke jalanan. Dipadukan dengan konstruksi suspensi per keong MacPherson strut di depan, plus, double wishbone di belakang, tikungan panjang bisa dilewati tanpa Anda merasa khawatir, terutama di kecepatan 60-80 km/jam.

Tikungan yang lebih tajam, bZ4X cukup paham untuk tidak terlalu memberikan body roll. Efek body roll pasti ada, apalagi ini mobil yang agak tinggi. Ayunan di jalanan beton bisa dilalui tanpa muncul rasa khawatir. Yang pasti, suara artikulasi roda yang masuk masih terdengar, meski dalam batas toleransi.

Namun kami juga menemukan kekurangannya. Lingkar kemudi pergerakannya terasa kosong. Power steering elektrik meringankan beban putar. Di luar itu, respon kemudi cukup tajam. Dipadukan dengan setup suspensi, pergerakan mobil terasa linear dengan perputaran setir.

Akselerasi terasa padat, seperti layaknya mobil listrik, sejak awal. Torsi 266 Nm langsung tersalurkan ke roda. Tapi jangan bayangkan akselerasi seperti Mercedes-Benz EQS atau BMW i4, torsinya tidak sebesar itu.

Kekurangan lainnya, tidak ada sistem operasional satu pedal. Yang ada adalah pengaturan kekuatan regenerative braking. Yang tombolnlya ada di konsol tengah. Saat diaktifkan, proses deselerasi tanpa mengerem memang terasa lebih menahan, tapi tidak akan membuat mobil mengerem kuat. 

Kesimpulan

Intinya, untuk digunakan harian bersama keluarga, ini mobil yang bisa diandalkan. Yang benar-benar mengganjal adalah harganya yang Rp 1,190. 000.000. Meski, sekali lagi, teknologi yang ada di mobil ini juga tidak murah.

Toyota Safety Sense ada, dan kami jatuh cinta dengan alat bantu parkir otomatisnya yang presisi. Adaptive cruise control bahkan bisa menjaga jarak dan berakselerasi dengan halus. Saat ada mobil memotong pun reaksinya tidak bikin kaget.

review Toyota bZ4X

Belum lagi, Toyota bZ4X didatangkan langsung dari Jepang. Lini produksi yang terbatas dan permintaan tinggi di Eropa menjadikan pembuatnya kewalahan. Konon untuk kepentingan KTT G20 lalu saja, TAM sampai harus memaksa untuk mendatangkan mobil ini ke Indonesia. Jadi harus inden? Kemungkinan seperti itu.

Jadi apakah bZ4X layak dipertimbangkan sebagai mobil harian? Kalau punya budget sebesar itu, dan kebutuhan angkut Anda tidak lebih dari lima plus biar dibilang ‘pejuang lingkungan’, Toyota ini layak dipertimbangkan.

Toyota bZ4X 2022

Mencoba Memahami Harga Toyota bZ4X

Hadirnya Toyota bZ4X di Indonesia cukup memberikan angin segar bagi pasar mobil listrik di Indonesia. Paling tidak, semua sekarang sadar, Toyota biarpun agak terlambat bermain di pasar ini tapi tetap bersemangat menyemarakan pergerakan market EV.

Itu kalau tidak bicara harga Toyota bZ4X yang hampir Rp 1,2 milyar. Tentunya banyak yang tidak menyangka harganya bisa setinggi itu. Kami rasa para wiraniaga Hyundai bisa bernafas lega karena Hyundai Ioniq5 masih berjalan sendiri di pasar EV kurang dari Rp 900 juta.

Tapi apakah memang sepadan harga dengan apa yang diberikan oleh Toyota bZ4X? Kami menyambangi pusat perbelanjaan QBig di Tangerang untuk mencoba apa rasanya mobil ini.

bZ4X 2022

Sebelum mulai, kami ingatkan kembali, Toyota bZ4X memiliki motor listrik dengan kekuatan 150 kW yang menggerakan roda depan. Baterainya dibuat bersama oleh Toyota dan Panasonic berkapasitas 71,4 kWh dengan voltase 355 V.

Akselerasi 0-100 km/jam diklaim 7,5 detik saja. Jarak tempuh yang diberikan kurang lebih 500 km dengan sekali isi penuh.

Pengendaraan Toyota bZ4X

bz4X

Karena ini mobil listrik, tentunya segala sesuatu terasa sunyi dan tenang. Bahkan pergerakan mobil saat pertama berjalan pun terasa memberikan rasa santai. Tidak pergerakan transmisi yang menyentak saat mulai berjalan. Segalanya terjadi begitu saja.

Posisi duduk juga memberikan pandangan luas kemanapun Anda menoleh. Posisi layar instrumen cluster yang jauh ke depan memberikan kontribusi untuk hal ini. Belum lagi pengaturan setir tilt dan teleskopik yang fleksibel.

Saat menjejak ke jalanan aspal di seputar Tangerang pun bZ4X memberikan rasa berkendara yang meyakinkan. Perkiraan kami kalau kemudinya akan terasa kosong karena ini menggunakan power steering elektrik ternyata meleset. Memang tidak terlalu berisi, tapi ini masih lebih baik.

Pelek bZ4X

Yang lebih penting, respon kemudinya terasa instan dengan pergerakan yang linear, sesuai input dari pengemudi. Untuk penggunaan harian dalam dan luar kota, harusnya bisa diandalkan.

Injak pedal gas dalam-dalam, Anda akan langsung merasakan esensi sebuah mobil listrik. Hal yang membuat Anda jatuh cinta dengan kemampuan sebuha mobil listrik.  Torsi instan langsung melajukan roda seperti tanpa beban. Padahal ini bukan mobil yang ringan.

Yang juga terasa adalah, bantingan suspensi khas sebuah Toyota. Ya, kami berharap dengan harga Rp 1,190 milyar suspensinya bisa memberikan rasa, katakanlah, Lexus. Kalau Anda familiar dengan Corolla Cross, rasanya kurang lebih seperti itu.

Bukan berarti tidak mumpuni. Karena polisi tidur maupun speed breaker di jalanan bisa diatasi dengan baik. Speed breaker yang jumlah tidak manusiawi di kawasan BSD sukses diredam dengan baik saat mobil listrik ini dilajukan sekitar 60 km/jam. Tidak ada rasa mobil bergeser atau kehilangan traksi.

Secara keseluruhan, pengendaraan bZ4X cukup bisa diapresiasi. Meski ada saja yang kurang, tapi Anda akan maklum karena rasa mobil ini jempolan.

Interior & Fitur Toyota bZ4X

Jok Toyota bZ4X

Nah, ini bisa jadi sedikit mengobati rasa heran dengan harga tadi. Material kabin memang berkualitas. Ada banyak permukaan empuk (padded) tersedia. Bahkan lapisan atas dashboard berlapis semacam fabric.

Ruang penyimpanan tersebar di mana-mana. Ini membuat kami melupakan kalau mobil ini tidak punya glove box di depan kursi penumpang. Gantinya ada tempat meletakan barang di bawah konsol tengah, di balik arm rest dan tempat-tempat lainnya. Jujur kami suka. Meski tidak biasa.

Layar sentuh untuk multimedia berukuran 12,3 inci terlihat dominan. Desainnya menyatu dengan konsol tengah tadi. Ini memberikan kesan rapi dan berkelas. Dan yang paling kami suka, masih ada tombol fisik untuk pengaturan berbagai fitur.

Dashboard mobil listrik Toyota

Di balik itu, Toyota memasangkan kemampuan konektivitas nirkabel. Apple Carplay atau Android Auto bisa tersambung dengan mudah. Juga tersedia kemampuan wireless charging untuk mengisi ulang baterai gadget. Tapi seperti biasa, pengisiannya pelan. Ini ganjalan teknologi pengecasan tanpa kabel di manapun. Heran.

Kemampuan T-InTouch juga pastinya sudah ada. Dengan ini Anda bisa mengetahui dimana posisi mobil hingga melakukan geo fencing. Kalau mobil berada di luar radius yang sudah ditentukan, ada peringatan masuk ke handphone.

Alat bantu berkendara yang ada juga lengkap. Sebut saja pemantau area blind spot, rear cross traffic alert, monitor 360 derajat yang unik, pemantau tekanan angin ban, VSC dan sebagainya. Tapi satu yang benar-benar harus kami acungi jempol. Kemampuan parkir mandiri. Iya, mobilnya bisa parkir sendiri.

Caranya juga mudah. Dekatkan dengan area parkir, tekan tombol di dashboard, lepas tangan dan kaki dari kemudi serta pedal. Asal sensornya bisa melihat garis tempat parkir, bZ4X akan mengatur sendiri. Kalau tidak ada garis, jangan harap ini bisa terjadi.

Impresi

Jujur, ini mobil yang menjanjikan. Semuanya mendukung untuk kegiatan mobilitas harian kemana pun. Kapasitas baterai memberikan jarak tempuh yang cukup masuk akal, hingga 500 km. Belum lagi garansi yang diberikan juga meyakinkan, terutama untuk komponen baterai yang hingga delapan tahun.

Jok toyota

Yang kurang? Rasa berkendara yang terlalu Toyota. Sekali lagi, dengan harga diatas satu milyar, kami terbiasa dengan rasa yang diberikan oleh Toyota Crown, Land Cruiser 300 atau deretan produk Lexus.

Memang teknologi yang diusung cukup meyakinkan. Apalagi ini Toyota. Yang terkenal membuat mobil yang ‘long lasting’. Jadi, untuk beberapa orang yang sadar teknologi ini bisa jadi pilihan. Kalau lebih berorientasi ke masalah budget? Hmm…

Selengkapnya bisa Anda saksikan juga di video di bawah.