Mazda MX-5 RF

Mazda MX-5 RF, Roadster Ringkas Dan Menyenangkan

Mobil sport roadster yang beredar di Indonesia sejak dahulu hingga kini populasi dan ragamnya tak banyak. Penyuka mobil jenis ini pun sangat segmented. Salah satu yang terbilang unik dan menarik adalah Mazda MX-5 Miata RF model terbaru. PT Eurokars Motor Indonesia (EMI) selaku agen pemegang merk (APM) Mazda di Indonesia tak ragu memboyong mobil ini ke Indonesia.

Alasannya, pangsa pasar penyuka roadster di Indonesia cukup potensial dan peminat mobil ini cukup banyak. Lantas, apa yang jadi pemikat dari sport roadster 2-seater ini?

Eksterior Khas

Mazda mengemas ulang gaya khas MX-5 Miata yang timeless dengan memadukan bahasa desain KODO dan teknologi modern Skyactiv.

Tampilan MX-5 RF yang mempesona jadi pusat perhatian semua pandang mata para pengguna jalan yang melihatnya. Grille trapezoid lebar, dan headlamp LED berdesain unik dengan fitur auto leveling jadi ciri khas MX-5 RF.

Siluet lekuk bodi dari depan hingga ke belakang seolah mengalir dan terlihat sexy. Atap aluminium MX-5 RF dapat dibuka-tutup secara elektrik. Dalam posisi atap terlipat, Anda akan benar-benar menikmati sensasi berkendara dengan sebuah sport roadster yang dijamin bikin pengendara lain iri…

Simpel Dan Berkelas

Interior MX-5

Interior MX-5 RF mungkin terlihat sederhana dengan kelengkapan yang penting saja. Namun tetap terlihat gaya dan berkelas.

Bagian dashboard dilengkapi layar head unit berukuran 7-inci, tapi dilengkapi konektivitas smartphone. Panel instrumen semi analog bergaya konvensional menguatkan kesan sebuah mobil sport.

Jok semi sport berbalut Nappa leather terlihat sangat mewah. Setir dan shift knob (transmisi manual) berlapis kulit nan lembut.

Sejumlah tombol pengaturan pada mobil ini sangat praktis dan mudah dioperasikan. Mulai dari bluetooth handsfree, sistem audio hingga idle system dapat dijangkau dengan mudah. Oh ya, sistem audio premium lansiran BOSE yang dibekalkan punya kualitas suara yang tak diragukan.

Pengendaraan Meyakinkan

Sejak dahulu hingga saat ini MX-5 Miata dikenal sebagai sport roadster yang sangat menyenangkan untuk dikendarai. Demikian pula halnya Mazda MX-5 RF dengan konsep Jinba-Ittai. Sebuah filosofi yang menggambarkan ikatan kuat antara pengendara dengan mobilnya.

Rancang bangun bodi dan sasis Skyactiv yang ringan pada MX-5 RF memiliki distribusi bobot 50:50. Ditambah lagi dengan teknologi KPC (Kinematic Posture Control) yang dibekalkan. Aksi bermanuver pun jadi lebih lincah dan menyenangkan.

Fitur stability control, i-Activsense dan differential pada mobil ini menghasilkan dinamika berkendara yang lebih sempurna. Tak hanya di jalan raya, tapi juga di sirkuit balap. Tapi ingat, ini mobil sport, jangan bandingkan dengan mobil biasa.  Dan karena mobil sport, suspensi akan lebih keras dari mobil biasa, untuk menunjang pengendalian. 

Seperti halnya di Jepang, MX-5 RF yang beredar di Indonesia dibekali mesin bensin 4-silinder Skyactiv G berkapasitas 2.0-liter. Output tenaga 181 hp dikail pada 7.000 rpm. Torsi maksimumnya yang 204 Nm bermain di putaran cukup rendah yakni 4.000 rpm. Tarikan mesin yang cukup greget untuk diajak bermanuver cepat.

Dengan rasio kompresi 13:1, maka disarankan minimal menggunakan BBM oktan 95 agar mesin tidak knocking alias ngelitik.

Untuk pilihan transmisi tersedia versi automatic dengan paddle-shift dan manual. Keduanya dengan 6-speed.

Pengendaraan dalam kota yang stop and go membuat konsumsi BBM rata-rata di kisaran 12 km/liter. Sedangkan di tol dan luar kota justru lebih irit. Bisa mencapai hampir 20 km/liter.

Penasaran berapa harganya? Versi transmisi manual dibanderol mulai Rp 849,9 juta. Sedangkan versi transmisi automatic dipasarkan mulai Rp 859,9 juta. OTR Jakarta. Ini bukan mobil sport yang pasaran dan kami yakin bakal jadi incaran kolektor di masa mendatang.

All New Honda HR-V SE, Patut Menjadi Varian Favorit?

Biasanya karakter konsumen kendaraan roda empat di Indonesia, langsung memilih produk dengan varian tertinggi. Dengan catatan memang memiliki kemampuan untuk membeli varian teratas. Tidak terkecuali bagi konsumen Honda yang memilih All New HR-V varian RS sebagai pilihannya. Meski begitu, ada varian lain dari All New HR-V yang patut dipertimbangkan, yakni varian SE.

All New Honda HR-V SE ini ternyata dihadirkan oleh PT Honda Prospect Motor (HPM) untuk mengakomodir keinginan dan selera pasar Tanah Air. Bagaimana tidak? Sebab, pada crossover sport utility vehicle (SUV) ini memiliki fungsionalitas dan sederet kelengkapan yang terbukti efektif bagi konsumen Indonesia.

Sarat garis horizontal

Secara desain fisiknya, All New Honda HR-V SE terlihat serupa dengan varian S dan E. Namun, terlihat amat berbeda jauh dengan varian Turbo RS. Bagian depan varian SE ini terlihat unik, sebab grille berdesain horizontal. Bahkan garis di grille bagian atas seolah mengalir hingga lampu utama. Garis tegas dari kap mesin mengalir melalui sisi bodi hingga lampu belakang.

Bagian atap semakin merebah ke belakang, seperti mobil fastback. Adanya over fender di setiap fender, menambah kesan kekar layaknya SUV berukuran besar. Tak ketinggalan ada side skirt yang berdesain cukup tebal. Di bagian belakang, penampilannya semakin modern dibandingkan HR-V generasi sebelumnya, sebab lampu belakangnya berdesain horizontal.

Kabin dengan rasa sporty

Masuk ke kabinnya, tidak bisa dipungkiri kalau SUV ini tetap memiliki kesan sporty, meski bukan varian Turbo RS. Seperti ada ‘rasa-rasa’ Honda Civic-nya… Atap panoramic memang terlihat oke untuk kebanyakan konsumen Indonesia. Tapi kami pribadi merasa lebih sedap dipasang sliding roof saja…

Untuk bagian depan, kami tidak mengalami masalah dengan aspek kelapangan ruang kepala maupun kaki. Namun, ketika beranjak ke bagian belakang, lain cerita. Ruang kepala agak terbatas, sebab bagian atap yang mulai rendah. Hal ini amat dirasakan jika penumpang memiliki tinggi di atas 174 cm.

Tidak ada turbocharger

All New Honda HR-V SE ini menggunakan unit mesin bensin empat silinder 1.5 liter DOHC berteknologi Earth Dreams i-VTEC. Mesin dengan kode L15ZF tersebut mampu menghadirkan tenaga 119 hp dan torsi maksimal 145 Nm. Memang tidak dilengkapi turbocharger seperti pada varian Turbo RS, namun performa untuk penggunaan dalam kota, kami merasa sudah lebih dari cukup.

Suspensi All New Honda HR-V kami anggap memiliki karakter yang moderat. Tidak kaku, namun tidak terlalu lembut pula. Selain itu, pengendaliannya tergolong sigap, dengan tingkat body roll yang tidak mengganggu proses manuver. Untuk tingkat kekedapan kabin, kami rasa mungkin terasa lebih baik jika tidak ada atap panoramic.

Melaju di tol dengan santai

Ada dua fitur yang kami sukai pada All New Honda HR-V SE, yaitu Adaptive Cruise Control (ACC) dan Lane Keeping Assist System (LKAS). Untuk ACC, kami tidak perlu menginjak pedal gas, karena mobil bakal melaju sesuai dengan kecepatan yang sudah diinginkan. Karena sudah adaptif, maka selalu menyesuaikan kecepatan kendaraan di depan.

Sedangkan untuk LKAS, berfungsi menjaga mobil tetap melaju di jalurnya. Sehingga amat bermanfaat saat melaju di jalan tol. Lagipula LKAS ini baru dapat aktif saat mulai berada di kecepatan 72 km/jam. Dengan begitu banyak hal yang ditawarkan Honda pada All New HR-V SE ini, rasanya wajar jika cukup banyak konsumen Indonesia yang menyukai varian ini. Apalagi harganya belum menyentuh angka Rp 500 juta, tepatnya di Rp 424,6 juta (on the road DKI Jakarta).

Review Isuzu mu-X 4×4, Mesin CC Kecil Tapi Kapabilitasnya Oke

Menyebut nama Isuzu, biasanya langsung terlintas ialah Panther yang legendaris atau truk Elf. Namun, jalan lupa bahwa Isuzu punya produk sport utility vehicle (SUV) yang gagah, yakni mu-X. PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) pertama kali menghadirkan mu-X di Tanah Air pada tahun 2014. Seingat kami PT IAMI rasanya tidak pelit dalam memberikan fitur pada mu-X, tapi sayangnya respons pasar masih ‘adem ayem’ saja…

Kami pun penasaran dengan sosok Isuzu mu-X ini, apalagi yang generasi kini sudah menggunakan mesin turbodiesel baru. Selain itu, fitur dan kenyamanan berkendara yang ditawarkan SUV ini pun dirasa juga oke. PT IAMI juga hanya menghadirkan satu varian, yakni 4×4 bertransmisi otomatis. Lagipula, PT IAMI lebih fokus mendorong Isuzu mu-X menjadi kendaraan operasional bagi perusahaan.

Disiapkan sebagai ‘mobil lapangan’

Dimensi SUV ini memiliki panjang 4.850 mm, lebar 1.870 mm, tinggi 1.815 mm, dan wheelbase 2.855 mm. Sedangkan bobotnya mencapai 2,8 ton. Isuzu mu-X punya cukup banyak ubahan dibandingkan model sebelumnya. Khususnya, pada bagian eksteriornya yang menjadi lebih keren. Karena dipersiapkan untuk ‘mobil lapangan’, maka bannya pun menggunakan tipe M/T.

Di bagian interior, tidak terlalu banyak mengalami ubahan, yang penting tidak mengurangi kenyamanan dan fungsi. Bagi kami, posisi berkendara tergolong cukup mumpuni, sehingga untuk mencari sudut ergonomis pun mudah, meskipun pengaturan joknya masih manual. Untuk setir, memiliki fitur tilt dan telescopic.

Kubikasi mesin tidak terlalu besar

Isuzu mu-X menggunakan mesin turbodiesel empat silinder RZ4E-TC 1,9 liter bertenaga 148 hp dan torsi puncaknya sebesar 350 Nm. Transmisi otomatisnya menggunakan unit AWR6B45-II 6-speed dengan fitur Tiptronic. Sistem penggerak empat roda menganut sistem Shift on The Fly dan dibekali fitur Rough Terrain Mode. Fitur ini berfungsi membaca kondisi permukaan jalan dan akan menyesuaikan output mesin menuju roda.

Meski tampilannya bongsor, kami tak ragu menggunakannya di lalu lintas perkotaan. Respons dari posisi diam hingga kecepatan menengah, kami tidak pernah merasa ‘keteteran’. Namun, jika mau berakselerasi sampai 100 km/jam, maka perlu waktu ekstra.

Harganya kompetitif

Karakter suspensi Isuzu mu-X berada di settingan yang moderat. Tidak terlalu kaku, tapi tidak terlalu lembut juga. Walaupun di kecepatan rendah dan melibas jalanan kurang rata, masih terasa guncangannya. Lain cerita saat kami menggiringnya ke jalan tol, maka kinerja suspensinya terasa lebih mantap.

Kesimpulannya, Isuzu mu-X punya kemampuan yang mumpuni, meski kelengkapannya lebih menonjolkan aspek fungsionalitas. Mesin berkapasitas 1.9 liter, bukan berarti tidak mampu menghasilkan performa yang baik. Untuk penggunaan medan offroad saja cukup, apalagi jika untuk aktivitas di perkotaan. Hanya ada dua pilihan warna, yaitu Splash White dan Onyx Black Mica. Rasanya banderol Rp 599,54 juta terdengar begitu kompetitif…

Review Nissan Kicks, Tidak Perlu Repot Cari Charger

Mobil ini menjadi salah satu unit yang unik di aktivitas #MotomobiMauKemana. Dalam iklan Nissan Kicks, tertulis ‘Sensasi Mengendarai Mobil Listrik Tanpa Nge-charge’. Di saat brand lainnya memakai mesin bensin sebagai penggerak utama dan motor listriknya sebagai doping tenaga, Nissan Kicks ini malah sebaliknya.

Nissan sengaja memasang motor elektrik sebagai penggerak utama dan mesin bensinnya berfungsi untuk mengisi daya baterai. Apa sih maksudnya? Jadi Nissan Kicks ini menyasar konsumen yang suka dengan mobil listrik, namun malas untuk mengisi daya di SPKLU atau charging station. Sejujurnya, terkadang kami juga suka malas menunggu lama di charging station… Nissan Kicks pun kami ajak ke Pantai Rancabuaya di Garut Selatan, dengan jarak lebih dari 700 kilometer. Menyenangkan sekali!

Stealth Mode: ON!

Desain eksteriornya tidak terlihat seperti mobil listrik kebanyakan. Malah masih terlihat seperti sebuah crossover dengan mesin bakar biasa. Karena biasanya mobil listrik desainnya selalu unik. Lalu bagaimana Nissan Kicks ini? Kami rasa malah terlihat seperti ‘stealth mode’. 

Sosok sebuah compact crossover modern sangat kuat, dengan DRL dan lampu LED yang terang di siang hari. Pada bagian samping ada ‘rasa-rasa’ Nissan Juke, namun terasa lebih pas. Bagian belakangnya ada garnish merah yang menyambung ke lampu belakang LED. Tidak ada yang salah dengan desain eksterior yang mainstream ini.

Dashboard terkesan sederhana

Masuk ke dalam interiornya, langsung terasa betul harum kulit sintetis baru yang dipakai oleh Nissan Kicks. Joknya masih memakai pengaturan manual. Memang joknya tidak terlalu empuk, namun kami suka aspek ergonomisnya. Material interiornya tergolong kokoh dan bermutu baik. Sebab tidak ada suara-suara mengganggu selama perjalanan kami. 

Bentuk dashboard terkesan sederhana. Setir flat bottom yang dibalut kulit pun enak untuk digenggam dan banyak tombol di setirnya. Sayangnya belum ada fitur Line Keeping Assist. Kami suka dengan tombol fisik pada Nissan Kicks ini, karena masih mengandalkan tombol atau putaran fisik. Headunit dengan layar sentuh, sudah dilengkapi dengan Apple CarPlay dan Android Auto. Lalu, tuas transmisinya unik sekali, seperti mouse komputer. 

Dibalas oleh torsi instan

Agar Nissan Kicks mampu bergerak, sebongkah jantung elektrik untuk menggerakan roda depan. Yang digunakan adalah Nissan e-POWER generasi kedua dengan kode EM47 punya tenaga 134 hp pada putaran 4.000-8992 rpm dan torsi 280 Nm pada putaran 500-3.008 rpm. Bila dilihat secara spesifikasi sepertinya biasa saja, yang pasti sekali pedal gas diinjak penuh, langsung dibalas oleh torsi instan! Melibas daerah terjal di Ciwidey pun terasa puas sekali…

Karena Nissan Kicks bawa genset kemana-mana, kami tidak kuatir baterainya cepat habis, karena mesin bensinnya selalu siap mengisi daya baterainya jika diperlukan. Mesin bensin yang dipakai unit HR12DE tiga silinder 1.2 liter. Ya benar, seperti pada Nissan March dan Datsun Go.

Nissan Kicks ini tidak punya pesaing di kelasnya, apalagi motor listriknya tidak pernah ‘ngempos’. Pengendaliannya, tergolong oke, sayang sekali artikulasi suspensinya agak terbatas. Hal yang paling kami sukai ialah tidak perlu ngecharge! Di Indonesia, aspek mobil listrik ini tidak ada lawan…

Reviewer: M. Rizhan

Editor: Aldi Prihaditama

 

Review Nissan New Terra, Kejutan Dari Chassis dan Mesinnya!

Aktivitas #MotomobiMauKemana terbukti memberikan beberapa kejutan bagi kami, sebab salah satu mobil yang ‘mengejutkan’ tersebut ialah Nissan New Terra VL 2.5 4×4. Dimensinya yang bongsor tak hanya membuat kami berulang kali berpikir saat harus menembus kepadatan lalu lintas. Namun juga sukses mengintimidasi para kendaraan lain. Keren juga…

Kepercayaan diri meningkat

Keraguan kami pun sirna saat melaju di sejumlah ruas jalan, berkat visibilitas yang optimal. Padahal bentuk fisiknya terdiri dari panjang 4.900 mm, lebar 1.865 mm, dan tinggi 1.865 mm. Kepercayaan diri kami meningkat ketika mengetahui ujung kap mesin masih terlihat dengan jelas dari balik kemudi.

Nissan New Terra ternyata juga punya radius putar yang baik, hanya sekitar 5,7 m saja. Prestasi ini patut diacungi jempol, walaupun dimensi bodinya cukup besar. Kenyamanan berkendara juga dihadirkan oleh SUV 7 penumpang ini, kami menduga ada andil besar dari jarak wheelbase sepanjang 2.850 mm.

Teringat Nissan Navara

Mengenai impresi berkendaranya, kami jadi teringat dengan sosok Nissan Navara. Beberapa tahun lalu kami pernah menjajalnya dan menjadi kendaraan double cabin yang ternyaman. Meskipun chassis Nissan New Terra masih ladder frame, tapi tingkat kenyamanan berkendaranya menyerupai SUV berbodi monokok.

Gejala oleng sukses diminimalisir, vibrasi halus akibat aspal bergelombang pun minim terasa. Wajar saja jika chassis kendaraan ini juga digunakan oleh Mercedes-Benz untuk produk X-Class. Tak lain dan tak bukan, ya karena tingkat kenyamanan yang dihasilkan.

Menggiring Nissan New Terra menuju jalan tol, ternyata performa mesin empat silinder YD25 2.5 liter DDTi turbodiesel menyambut injakan kaki kanan kami. Torsi puncak sebesar 450 Nm diiringi oleh tenaga mesin 187 hp. Torsi maksimal tersebut sudah tersedia tepat di putaran mesin 2.000 rpm saja. Wajar saja jika kami sangat mudah untuk mendahului banyak mobil di jalan tol…

Kesimpulannya, Nissan New Terra menawarkan pengalaman berkendara dari SUV ladder frame yang tergolong baik untuk di kelasnya. Bahkan fitur Shift on The Fly 4×4 yang disematkan, membuat SUV seharga mulai dari Rp 749,9 juta ini menjadi terasa begitu superior. Namun, kami bingung kenapa mobil ini masih belum bisa mengungguli para kompetitornya… Apakah Anda tahu jawabannya?

Reviewer: M. Rizhan

Editor: Aldi Prihaditama

Review Citroën C3, Pendatang Baru Dengan Keunikan Tersendiri

Liburan akhir tahun 2023 lalu memberikan rasa yang berbeda, karena kami berkesempatan untuk menyambangi berbagai lokasi dengan mobil Citroën C3. Ya, mobil ini menjadi salah satu kendaraan yang disiapkan untuk aktivitas #MotomobiMauKemana selama masa liburan Nataru silam. Citroën C3 menjadi kendaraan ringkas dengan segala keunikan, sehingga memberikan kesan tersendiri.

Selain itu, Citroën C3 yang dipasarkan di Indonesia pun masih menggunakan transmisi manual. Meski begitu, kami tidak merasa keberatan. Karena bukan pertama kalinya kami berjumpa dan mengendarai mobil ini.

RPM bertambah sendiri

Memang terasa unik, mengendarai mobil keluaran baru yang bertransmisi manual, namun tidak membuat betis kami salah urat. Sebab, pedal koplingnya terasa ringan, bahkan lebih ringan dari pada pedal rem. Heran…

Perpindahan gigi terasa sangat halus, memberikan rasa puas setiap kali menggerakkan tuas transmisi. Hal unik lain yang kami rasakan adalah ketika akan memasukkan gigi, putaran mesin pun langsung sedikit bertambah. Sehingga membantu pengendara ketika ingin parkir, tanpa harus menginjak pedal gas.

Tak ragu untuk untuk menggilas speed bump

Urusan suspensi, lain lagi. Beberapa saat sebelum Citroën C3 diperkenalkan di Indonesia, kami sempat meragukan aspek kenyamanan. Apalagi produk Citroën selalu identik dengan kenyamanan, apapun modelnya. Namun, keraguan tersebut sirna setelah kami harus menempuh jalanan ‘babak-belur’ di daerah Cakung.

Suspensinya dapat menyerap benturan dengan baik dan meredamnya secara optimal. Respons setir juga tergolong akurat dan pengoperasiannya amat ringan. Kami tidak ragu untuk untuk menggilas speed bump maupun polisi tidur. Sepertinya, rasa berkendara seolah di atas karpet ajaib masih diperhatikan oleh Citroën untuk C3 ini, meski tidak sepenuhnya.

Karakter cruising sejak lahir

Citroën C3 punya tenaga yang cukup, tapi bukan underpower. Mesin bensin tiga silinder 1.2 liter selalu mampu menyuguhkan tenaga di berbagai kondisi jalan. Namun, perlu dicatat bahwa Citroën C3 ini bukan kendaraan yang senang diajak buru-buru. Jadi, karakter ‘cruising’ sudah jadi bawaan sejak lahir. Oleh karenanya, kami tak kaget ketika mendapat angka konsumsi bahan bakar 15 km per liter, padahal sempat ‘diterpa’ macet di ruas jalan tol Bekasi saat ingin menuju Bandung.   

Desain mobil asal Prancis memang selalu atraktif, setidaknya mengundang perhatian. Tampak depan terlihat macho, tampak samping elegan, dan tampak belakang terlihat menggemaskan. Ditambah lagi dengan perpaduan warna two tone, membuat mobil ini terlihat berbeda dari mobil lain.

Desain dashboard terkesan sederhana, tapi lagi-lagi, memang unik berkat ada aksen warna cerah. Posisi duduk yang cenderung tinggi, membuat visibilitas berkendara lebih optimal. Jok bagian depan terasa lebih nyaman, jika dibandingkan dengan jok belakang yang cenderung tegak. Namun, hal itu terbayarkan dengan ruang kaki penumpang belakang dan ruang kepala yang lapang.

Beberapa hari bersama Citroën C3 ini ternyata ada beberapa hal yang dapat kami simpulkan. Pertama, dimensinya yang ringkas, bukan berarti harus kompromi dengan kelegaan kabin. Kedua, minimnya fitur, bukan berarti harus kompromi dengan fungsionalitas. Ketiga, mesin berkapasitas kecil, belum tentu underpower. Dan keempat, tak lagi menggunakan suspensi hidropneumatik, bukan berarti tidak mempu memberikan kenyamanan…

Reviewer: Diangga Simanjuntak

Editor: Aldi Prihaditama

Review Toyota Yaris Cross Hybrid, Lane Hogger Perlu Waspada

Toyota Yaris Cross Hybrid merupakan satu dari 20 mobil yang tim Motomobi gunakan dalam aktivitas #MotomobiMauKemana. Ya, kegiatan ini diadakan di penghujung tahun 2023 lalu. Selain itu, mobil ini juga salah satu dari beberapa mobil hybrid yang kami gunakan saat masa libur akhir tahun.

Seperti yang telah diketahui, Toyota adalah produsen kendaraan yang mengutamakan kenyamanan, tak terkecuali dengan Yaris Cross Hybrid ini. Selama kami mengemudikan mobil ini, rasanya tidak banyak komplain yang muncul.

Kekedapan kabin masih bisa ditingkatkan

Apple Car Play yang ada di audio standar mobil ini tergolong mumpuni dalam memutarkan lagu favorit kami. Bahkan kualitas suara yang dihasilkan oleh speaker pun ternyata di atas ekspektasi kami. Meski begitu, tingkat kekedapan kabin seperti masih bisa ditingkatkan. Solusi cepatnya, cukup tambah sedikit volume pada sound system…

Output Toyota Yaris Cross Hybrid ini juga tergolong oke, akselerasinya juga bisa dibilang cekatan. Kami memang tidak sempat mengetes performa 0-100 km/jam, tapi rasanya memang cukup cepat. Sebab, Yaris Cross punya mesin dengan tenaga 89,9 hp, dengan torsi 121 Nm. Sedangkan motor listriknya menghasilkan 79,1 hp dengan momen puntir 141 Nm.

Mesin Toyota Yaris Cross

Mudah menghadapi para lane hogger jalan tol

Dari yang kami rasakan, mobil ini cukup responsif apalagi kalau kedua penggeraknya bekerja bersamaan. Performa tersebut berasal dari mesin 4 silinder 1.5 liter dan baterai 0,76 kWh 177 V lithium-ion. Ketika ingin melewati para lane hogger di jalan tol, kami tidak memerlukan usaha yang lebih.

Kami menyukai efisiensi bahan bakarnya. Walaupun dengan gaya mengemudi yang cukup agresif, tetap saja konsumsi bahan bakarnya bertengger di angka 21 km per liter. Menyenangkan sekali. Apalagi ketika menempuh jarak rumah menuju ‘markas’ pun terbilang cukup jauh, sekitar 36 km.

Toyota Yaris Cross hybrid putih.

Sama sekali tidak mengecewakan

Jadi, mobil ini termasuk mobil yang kami inginkan untuk dimiliki di masa depan. Namun, dengan konfigurasi tempat duduk untuk lima penumpang saja, sepertinya kami harus berpikir ulang. Dengan banderol sekitar Rp 440 jutaan, sepertinya masih ada beberapa pilihan mobil lain yang pas untuk keluarga kami.

Tapi, sekali lagi ini adalah sebuah Toyota, sebuah brand yang sudah sangat berpengalaman di industri otomotif Tanah Air. Banyak orang yang tidak perlu berpikir panjang untuk memilih brand ini karena aspek ‘peace of mind’, ketersediaan suku cadang, biaya perawatan, dan resale value yang kuat. Secara garis besar, Toyota Yaris Cross Hybrid ini adalah salah satu mobil yang membuat kami terkesima.

Reviewer: Acid

Editor: Aldi Prihaditama

Review Suzuki Baleno

Review All-New Suzuki Baleno, Mobil Biasa Yang Sangat Layak Dipertimbangkan

Konsumen di Indonesia terkadang bingung  menentukan pilihan mobil untuk kebutuhan aktifitas harian. Ya, tak hanya soal harga dan model saja yang kerap jadi pertimbangan utama. Hanya mengandalkan nama besar brand pengusungnya, tapi kualitas serta fitur yang ditawarkan tak sebanding. Salah satu mobil yang mungkin awalnya tak terlalu dilihat namun terbukti memiliki daya saing adalah All-new Suzuki Baleno.

Meskipun setengah tahun telah berlalu sejak dipamerkan di ajang GIIAS 2023, namun pesona city car hatchback yang satu ini tak pudar. Sentuhan penyegaran dan upgrade diimbuhkan pada sejumlah aspek baik eksterior maupun interior. Harga dan kualitas mobil ini pun sesuai kaidah value for money. Boleh dibilang, Baleno pas untuk keluarga baru dan kaum muda perkotaan yang butuh mobil harian andalan.

Hatchback yang jadi salah satu ujung tombak PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) di pasar otomotif Indonesia ini pun kian percaya diri bersaing dengan kompetitor dari brand lainnya. Nah, kami pun mencoba membuktikannya.

Desain Modern 

Saat melihat gaya baru pada kemasan eksterior Suzuki Baleno, desainnya mungkin kurang menarik perhatian di jalan. Tapi perubahan yang dibawa, menawarkan kesan modern dan elegan. Desain body membulat aerodinamis dan terlihat sexy. Pada bemper depan dan belakang kini terdapat sirip difusser peningkat gaya aerodinamika. Spion electric retractable serta velg dual-tone polished berukuran 16 inci membuat Baleno tampil kekinian.

Tak hanya dilengkapi grille baru. Baleno kini diimbuhi lampu depan LED 3 Point Signature dengan fitur Guide Me Light serta Auto Headlight. Imbuhan foglamp kian menambah kesan sporty. Lampu belakang pun menggunakan model 3 point LED plus lampu rem pada roof spoilernya.

Ruang Kabin 

Dashboard All new Suzuki Baleno

Meski kualitas kabinnya terasa biasa, tidak kurang dan tidak lebih, Suzuki Baleno terbaru harus diakui memiliki ruang kabin yang cukup lapang untuk sebuah hatchback. Desain jok yang ergonomis kian meningkatkan rasa nyaman saat berkendara, meski jok belakang agak terlalu tegak. Kami juga harus akui, ruang kepala lega. 

Head unit berupa layar sentuh pada dashboard kini tampil lebih modern. Ukurannya membesar dari 6,8 inci menjadi 9-inci. Tentunya,  infotaintment kini dilengkapi fitur koneksi Apple CarPlay dan Andoid Auto. Sejumlah soket USB-C untuk pengisian daya baterai ponsel pintar pun terdapat pada kabin.

Setir pun kini dilengkapi tombol yang terhubung dengan panel instrument serta head unit. Pengaturan fitur berkendara pun jadi kian mudah. New Baleno juga dilengkapi pop Head-Up Display (HUD) yang menampilkan informasi mulai dari kecepatan, RPM hingga tampilan konsumsi BBM.

Nah, fitur baru yang tak kalah keren pada Baleno yakni kamera 360°. Tangkapan gambar dari empat kamera yang terletak di depan, samping kanan-kiri dan belakang ditampilkan pada layar head-unit. Kondisi sekitar kendaraan dapat lebih mudah dipantau, terutama ketika melewati jalan sempit maupun parkir.

Pengendaraan

Satu hal yang membuat produk roda empat Suzuki menonjol adalah NVH (Noise Vibration Harshness). Untuk produk dengan rentang harga Rp 200 juta hingga Rp 350 juta, Suzuki mungkin sah saja disebut juaranya. Hal sama terjadi di Baleno yang bersaing dengan Toyota Yaris dan Honda City Hatchback. 

Pengendaraan terasa hening dan minim getaran. Mesin K15B yang dipakai, tidak akan terdengar bunyinya dari kabin, hingga putaran mesin melewati 3.000 rpm. Untuk berkendara di kawasan urban, ini akan menyumbangkan kenyamanan ekstra. Di bagian kaki pun, dengan pelek 16 dan ban 195/55 minim vibrasi saat melewati jalan tol dengan permukaan beton.

Meski dengan begitu, kemudinya jadi tidak istimewa karena minim feedback. Agak membuat kami kurang ‘pede’ saat bermanuver di kecepatan lebih dari 50 km/jam. Sesuatu yang sebetulnya wajar saja karena ini mobil harian. 

Bicara manuver, kinerja suspensi terasa biasa saja di berbagai tingkat kecepatan. Bagian belakangnya, saat diisi sendiri mungkin agak memantul saat melewati jalanan tidak rata dengan kecepatan di atas 80 km/jam. Tapi masih dalam batas toleransi. Untuk informasi, Suzuki Baleno dibekali suspensi depan MacPherson Strut. Belakangnya torsion beam. 

Konsumsi BBM Ekonomis

Setir Baleno

Di bagian depan, terpasang mesin bensin 4-silinder DOHC, Multi-Point Injection VVT berkapasitas 1.462 cc berkode K15B. Tenaga maksimum sebesar 102 hp dicapai pada 6.000 rpm. Torsi maksimumnya yang 138 Nm bermain di putaran menengah yakni 4.400 rpm. Angka yang lagi-lagi, cukup saja untuk sebuah mobil daily use. Dipacu di tol rasanya ya begitu saja. Tidak akan tertinggal dari mobil-mobil sekelasnya. 

Transmisi otomatis 5-speed dengan torque converter yang digunakan menyalurkan daya dengan baik ke roda depan. Jeda antar perpindahan tidak terlalu mengganggu kenyamanan maupun akselerasi. 

Meskipun outputnya tidak besar, namun konsumsi BBM mobil ini terbilang ekonomis. Rute kombinasi yang kami tempuh menghasilkan angka 13,6 km/liter. 

Kesimpulan

Soal harga, Suzuki hanya menyediakan satu varian bertransmisi matic. Harga Suzuki Baleno AT ini Rp 281,4 juta (OTR Jakarta). Ini menarik karena di deretan hatchback B Segement (Yaris, City Hatchback, Baleno) mobil ini masih jadi yang paling murah. Kompetitor lainnya sudah tembus Rp 300 jutaan.

Kami acungi jempol untuk kualitas berkendaranya. Terutama untuk penggunaan di dalam kota. NVH bisa ditekan seminim mungkin plus fitur dan kelengkapan yang mumpuni. HUD, meski tidak terlalu perlu, tapi jadi nilai plus diantara kompetitor. 

Soal penggerak, memang tidak terlalu istimewa, tapi sangat mumpuni untuk jadi andalan mobil harian. Untuk yang satu ini, di kelasnya, Baleno jadi yang paling kecil tenaganya. Toyota Yaris memiliki 105,5 hp dan Honda City Hatchback, jadi yang paling kuat dengan 119 hp. 

SUV Honda WR-V

Review Honda WR-V E CVT, Mengupas Potensi Tersembunyi

Musim liburan Nataru (Natal 2023 dan Tahun Baru 2024) menjadi momen unik bagi Motomobi News yang menggelar aktivitas pengujian kendaraan bertajuk #MotomobiMauKemana. Salah satu kendaraan yang kami gunakan ialah Honda WR-V E CVT. Sejujurnya, unit yang kami inginkan di awal perencanaan aktivitas ialah varian RS CVT dengan fitur Honda Sensing. Namun, karena varian teratas tersebut sudah banyak menjadi pilihan pengguna Honda WR-V di Indonesia, akhirnya kami pun melakukan ‘manuver’ ke varian E CVT.

Beberapa rekan kami di kantor sempat mengutarakan bahwa rasa berkendara Honda WR-V varian E tergolong lebih nyaman ketimbang varian RS. Berbekal postur yang agak tinggi, membuat Honda WR-V ini masuk ke golongan sport utility vehicle (SUV) yang ringkas. Dimensinya yang tidak bongsor juga membuat mobil ini masih asyik buat digunakan di perkotaan.

Lebih banyak berinteraksi

Oke, rencana berkendara pun disiapkan. Perjalanan harus diselesaikan selama tiga hari dan rute perjalanan tak boleh kurang dari 500 km di sekitar Jawa Barat. Selama perjalanan, diusahakan rute tidak banyak melintasi jalan tol. Agar kami lebih banyak ‘berinteraksi’ dengan karakter Honda WR-V E ini. Keluar dari jalan tol Cikampek, kami mengarahkan kendaraan menuju Purwakarta, kemudian menuju Wanayasa.

Jujur saja, untuk sebuah kendaraan Honda, suspensi WR-V masih tergolong ‘kurang empuk’. Namun kami menganggapnya bukan menjadi kekurangan, melainkan sebagai karakter. Namanya juga SUV ringkas kan? Uniknya, jika di permukaan jalan halus dengan beberapa artikulasi ketinggian, suspensi WR-V E ini malah menunjukkan keunggulannya. Bantingan terasa mantap dan seolah meredam guncangan dengan baik.

Tidak pakai ban bertapak A/T

Ground clearance setinggi 220 mm juga membuat percaya diri dan menggoda kami untuk membawa mobil ini ke medan yang cukup menantang. Ya, kami mendaki kawasan Bukit Nyomot di Kabupaten Subang, dengan ketinggian lebih dari 300 meter di atas permukaan laut.

Beruntung kondisi jalan tidak becek, sehingga Honda WR-V E CVT mampu melahap permukaan jalan dengan baik. Padahal ban Goodyear Efficientgrip berukuran 215/60 R16 yang digunakan mobil seharga Rp 280 jutaan ini tidak memiliki tapak all-terrain.

Puas menghirup udara segar di sekitar perkebunan sawit tersebut, perjalanan kami lanjutkan ke daerah Pamanukan. Mesin L15ZF DOHC 1.5 liter bertenaga 119 hp dan torsi puncak 145 Nm, menghadirkan performa yang menyenangkan. Kami tidak perlu menginjak pedal gas dalam-dalam untuk mencapai kecepatan yang diinginkan, selain itu transmisi CVT juga selalu merespons dengan baik.

Rute kurang favorit

Setelah bermalam di Pamanukan, kami mencari rute yang ‘tidak umum’ untuk melanjutkan petualangan. Sejumlah daerah yang kami lewati adalah Haurgeulis, Gantar, Cibuluh, hingga Cikamurang, sebelum akhirnya menuju jalan tol Cisumdawu.

Berbagai macam permukaan jalan telah ditempuh, namun kami tidak mudah merasa lelah. Sebab mudah sekali menyesuaikan tubuh dengan jok Honda WR-V E, berkat fitur Height Adjuster. Kami pun menyukai bahan kain fabric pada joknya. Meski sebenarnya material plastik pada bagian interior masih bisa ditingkatkan kualitasnya.

Absennya fitur Honda Sensing, tidak membuat hati kami tetap tenang ketika berkendara. Karena untuk urusan keselamatan, Honda tetap menyematkan sistem pengereman ABS, yang dilengkapi Electronic Brakeforce Distribution dan Brake Assist. Tak ketinggalan Hill Start Assist, serta 4 buah airbag.

Usai melalui wilayah Jatinangor, kami pun tidak ingin langsung kembali ke ibu kota. Oleh karena itu perjalanan pun kembali kami belokkan menuju Bandung, Padalarang, Sukaluyu, Cikalong, Jonggol, Cileungsi, Cibubur, dan akhirnya tiba di Jakarta. Selama tiga hari perjalanan ‘Parahyangan Loop’ ini, kami sukses menempuh jarak sejauh 583 km dengan rata-rata konsumsi bahan bakar 17,1 km per liter. Menyenangkan!

Review EQA: Usaha Menjadi Sebuah Mercedes-Benz Tulen

Pengujian kali ini adalah bagian dari acara akhir tahun yang digagas Motomobi News, berjudul #motomobimaukemana. Mercedes-Benz EQA adalah versi listrik dari crossover compact GLA. Sekaligus jadi SUV listrik entry level di keluarga pabrikan Stuttgart, Jerman tersebut.

Ini yang membuat kami ragu, entry level Mercedes-Benz kadang kurang terasa ciri khasnya. Mulai dari pengendaraan hingga kualitas kabin yang sepertinya perlu peningkatan untuk bisa jadi sebuah Mercedes-Benz.

EQA, mencoba menampik hal tersebut. Sepengamatan kami, Mercedes-Benz satu ini dibekali interior yang cukup berkualitas. Dari bahan dashboard hingga jok, penataan tombol, ambience sampai peredaman kabin. Hasilnya? Secara kualitas, harus diakui ini interiornya ‘Mersi’. Hal lainnya? Baca terus.

Bukan Platform EV

EQA 250

Mercedes-Benz EQA dibekali dengan basis yang tidak dikhususkan untuk mobil listrik. Mobil ini berdiri diatas platform MFA generasi kedua yang diperkenalkan pada 2018 lalu. Yang digunakan juga oleh sedan A-Class, CLA, GLA, GLB, EQB. Jadi kalau mau bilang ini adalah GLA yang mendapatkan elektrifikasi menyeluruh, ya sah saja.

Selain itu, Mercedes-Benz membekalkan motor listrik tunggal bertenaga 140 kW (setara 190 hp), menjalankan roda depan. Sumber energinya baterai lithium-ion berkapasitas 66,5 kWh yang diklaim memberikan jarak hingga 495 km berdasarkan pengujian dengan metode WLTP.

Pembuatnya mengklaim pengisian baterai dengan fast charging bisa mengisi dari 10 persen ke 80 persen dalam 32 menit. Ingat, itu klaimnya mereka.

Kami Suka Bentuknya

Review EQA

Secara desain, menurut pendapat kami, ini layak dipuji. Bentuknya bersih dengan lekukan yang halus. Muka tanpa grill terbuka membuat mobil terlihat unik. Ditambah lagi logo Mercedes-Benz yang mentereng di depan dan tulisan EQA di pintu bagasi membuat pengendara lain terkagum-kagum.

Lampu-lampu dipastikan sudah LED, baik untuk di depan maupun belakang. Lampu utama sudah dibekali adaptive highbeam. Untuk menegaskan ini mobil SUV/Crossover ada imbuhan roof rail berwarna polished metal di atap. Tidak lupa, sudah ada kaca panoramic di atap. Tidak ada yang salah dengan bentuk ini. Tipikal SUV Mercedes terkini. Jujur, lebih terlihat proporsional dibanding GLB atau EQB. 

Menurut Mercedes-Benz, bentuk ini menghasilkan nilai koefisien aerodinamika yang sangat baik untuk sebuah mobil tinggi. Nilainya 0,28.  

Kabin Menarik

dashboard EQA

Hal senada berlaku untuk kabin. Kami merasa nyaman duduk di mobil ini. Meski sepertinya jok bisa dibuat lebih empuk. Kalau disentuh, Anda juga bisa menilai, ini material yang berkualitas tinggi. Khas Mercedes-Benz. 

Satu hal yang membuat kami langsung nyaman adalah pengaturan AC yang masih menggunakan tombol fisik. Selain itu, penataan tombol di setir yang tegas juga memudahkan untuk dipahami. Deretan tombol di jempol kanan adalah untuk tampilan instrument cluster, yang kiri untuk infotainment di dashboard. Cerdas. Meskipun kami merasa setirnya agak terlalu tebal. Ini berefek mengurangi rasa nyaman, terutama untuk perjalanan jauh.

Bicara infotainment, layar di tengah memuat berbagai macam informasi. Mulai dari hiburan hingga navigasi dengan peta yang cukup detail, hingga aliran daya listrik dan konsumsi baterai.

Kami juga tidak akan mengeluhkan ruang kaki di depan. Posisi duduk di belakang mungkin sedikit terkompromi karena ada baterai di bagian itu. Ini adalah akibat dari menggunakan platform yang khusus untuk EV. Tapi untuk tipikal ukuran tubuh manusia Asia, tidak akan terlalu mengganggu.

Rasa Berkendara

Sepi. Itu mungkin satu kata yang tepat untuk menggambarkan mobil listrik EQA. Saat pertama berjalan, yang terdengar hanya bunyi peringatan objek yang terlalu dekat dengan mobil.

Masuk jalan raya, mulai terdengar suara knalpot kendaraan di sekeliling. Meskipun sangat sayup. Bahkan suara denging motor listrik juga tidak terdengar baik di dalam atau di luar  kabin. Menyenangkan. Namun masuk jalan tol, gabungan antara angin yang menabrak spion dan permukaan beton, seperti membuat paduan suara gemuruh. Peredamnya berusaha keras untuk menahan supaya suara tidak masuk ke kabin.

Sukses memang, karena tetap tidak membuat pengendaraan di tol jadi berisik. Suara audio masih bisa didengar dengan volume yang rendah. Ekspektasi kami, bisa lebih sunyi lagi. Tapi kembali harus diingat, ini mobil entry level. Meskipun pembuatnya mengklaim sudah memasangkan peredam di beberapa bagian penting. 

Pengendaliannya, di luar dugaan terasa lincah untuk sebuah EV yang terbebani oleh baterai yang berat. Setir yang tidak terasa ‘kosong’ membuat kami yakin bermanuver dengan mobil ini. Pengendaliannya mumpuni. Paling tidak di jalan aspal yang relatif rata. Pergerakkan mobil bisa terasa linear dengan input yang kami berikan melalui lingkar kemudi. Karakter kemudi ini mengingatkan kami pada BMW i4

Hasilnya, bukan hanya menikung dengan kecepatan 50 km/jam di akses keluar tol terasa meyakinkan, tapi juga memudahkan berkelit di kepadatan lalu lintas.

Performa

Untuk akselerasi, tidak ada yang istimewa. Memang rasa torsi 375 Nm akan membuat badan terasa ditelan sandaran jok, tapi tidak mengejutkan. Penghantaran tenaga dari motor elektrik bikinan ZF ke ban terasa linear, tidak terlalu menghentak. Terbukti dengan tidak ada yang mengeluh di mobil saat pedal akselerator dipijak habis.

Sayangnya, pada kecepatan di bawah 40 km/jam, bagian belakang akan terasa keras. Ini adalah karakter tipikal sebuah keluarga A-Class. Ciri tersebut bisa Anda rasakan juga di sedan A-Class dari generasi pertama. Namun saat ‘gas pol’ dan berjalan di kecepatan tinggi di tol, kestabilannya patut diacungi jempol.

Pengereman? Tipikal mobil listrik. Entah buatan Jerman, Jepang, China, Korea Selatan, semua sama. Rasanya artifisial. Ini karena sistem regenerative (regen) braking yang tersedia di setiap mobil listrik. EQA tidak terkecuali.

Mumpuni memang, apalagi tingkat kekuatan regen bisa diatur. Namun pada tingkat paling rendah pun, perlu waktu untuk menyesuaikan kaki dengan respon rem.

Kesimpulan

Overall, mobil ini memiliki paket yang mumpuni dari mulai desain hingga performa. Semuanya selaras menyatakan EQA adalah mobil listrik ramah keluarga untuk penggunaan harian.

Untuk konsumsi baterai dengan penggunaan kombinasi dan tanpa dibatasi, kami mencetak 13,9 kWh/100 km. Ini didapat dengan melalui jalanan padat, dan injak gas sesuai keadaan. Lagi-lagi, ini tipikal konsumsi energi mobil listrik yang padat fitur.

Yang kami harus keluhkan adalah suspensi belakang yang keras di kecepatan rendah. Yang mungkin, mayoritas akan dilalui selama masa pakainya.

Hal kedua adalah, banderolnya yang spektakuler. Berdasarkan daftar bulan Desember 2023 yang kami terima, harga Mercedes-Benz EQA adalah Rp 1.540.000.000 off the road (DKI Jakarta). Ini jadi perdebatan sendiri di redaksi, apakah memang sepadan sebuah mobil entry level harganya setinggi itu? Namun rumornya, BMW yang akan punya SUV llistrik entry level pun, harganya tidak akan jauh dari situ. Bukan main.

Mitsubishi XFORCE Kaliurang_6

Jajal Kemampuan Nanjak Mitsubishi XFORCE

Kami bersama Mitsubishi XFORCE lanjut ke etape berikutnya yakni dari Solo menuju Yogyakarta. Nah ini dia, ada kejutan apa lagi yang bakal hadir kali ini…

Jalanan berkelok dan menanjak di kawasan lereng Gunung Merapi ini sangat menyenangkan sekaligus menantang. Pada rute inilah kami bisa menjajal sederet fitur berkendara plus keunggulan yang dimiliki Mitsubishi XFORCE sesuai kodratnya sebagai SUV. Jarak ground clearance yang tinggi serta mode berkendara gravel, wet, dan mud sangat membantu melintasi kondisi trek yang tak terduga.

Sejumlah fitur keselamatan ADAS seperti Active Stability Control dan Hill Start Assist benar-benar kami rasakan manfaatnya di rute berkelok dan juga jalan naik turun khas trek pegunungan. Stabilitas berkendara saat manuver mengimbangi jalan berkelok kian sempurna berkat teknologi Active Yaw Control (AYC).

Mitsubishi XFORCE Kaliurang_2

Terasa kalau goyangan body bisa diredam dan ban tidak kehilangan grip ke aspal. Fitur ini akan membuat Anda percaya diri melibas tikungan. Tentunya dengan kecepatan yang masuk akal. 

Performa mesin di berbagai rentang kecepatan berkendara pada jalur tanjakan pun tak terasa kedodoran. Penyaluran output tenaga dan torsi mesin cukup halus berkat transmisi Special Tuned CVT.  Meski karakter khas sebuah CVT masih tetap terasa. Tarikan mesin sedikit mirip dengan Xpander Cross. Jujur, dengan tenaga 103,5 hp dan torsi 141 Nm, performanya tidak terlalu istimewa, tapi sangat cukup untuk penggunaan harian. 

Mitsubishi XFORCE Kaliurang_3

Sebagai pengingat, acara media test drive “XFORCE Infinite Xcitement – Media Adventure 2023“ ini berlangsung pada 10 hingga 12 Desember 2023. Rutenya kawasan Joglosemar dan dengan total jarak tempuh sekitar 700 km.

MMKSI memasarkan XFORCE dengan harga Rp 382.500.000 untuk varian Exceed. Di atasnya ada XFORCE Ultimate seharga Rp 419.100.000. Keduanya adalaha harga OTR wilayah Jakarta. 

Spesifikasi Mitsubishi XFORCE

  • Mesin: 4-silinder 1,5 liter, DOHC MIVEC
  • Tenaga: 103,5 hp/6.000 rpm
  • Torsi: 141 Nm/4.000 rpm
  • Dimensi (p x l x t mm): 4.390 x 1.810 x 1.660
  • Ground Clearance: 222 mm
  • Turning Radius: 5,2 meter
  • Suspensi: MacPherson Strut (d), Torsion beam (b) 
MG4 EV

Review MG4 EV: Mobilnya Meyakinkan, Harganya Mepet

MG4 EV adalah mobil elektrik keluaran Morris Garage (MG), pabrikan Inggris berbasis di China dan dikuasai oleh pabrikan setempat, SAIC. Dibangun di atas platform yang disebut Modular Scalable Platform, yang ukuran dan kemampuannya bisa disesuaikan dengan produk yang akan dihasilkan.

Di Indonesia, MG4 EV diperkenalkan pada acara IIMS 2023, bulan Februari lalu. Harga jualnya saat ini menyentuh Rp 699 juta (OTR Jakarta) untuk versi Magnify i-Smart yang Anda lihat di sini. Varian di bawahnya (Ignite) dihargai Rp 649.900.000.

UPDATE: Dirakit lokal, MG4 EV sekarang punya harga baru 

Diakui Performanya Meyakinkan

review mg4 ev

Semua MG4 EV di Indonesia dibekali penggerak listrik dengan kekuatan 123,2 hp (125 ps) yang menggerakkan roda depan. Torsinya menarik, 250 Nm. Hasilnya, hatchback ini terasa memiliki performa akselerasi yang menyenangkan.

Jangan lupa ini mobil listrik, jadi begitu pedal diinjak, torsinya akan langsung tersedia. Badan terasa tertanam ke kursi begitu mobil digas. Meski tidak seheboh Mercedes-EQS atau BMW i4 tentunya.

Kami mengendarai mobil ini sejauh kurang lebih 500-an kilometer. Dengan menggunakan Normal dan Eco. Mode Sport sangat jarang kami gunakan. Rutenya beragam. Mulai dari dalam kota, jalan bebas hambatan, hingga jalan antar kota non-tol.

Tapi semua yang mengendarai mengakui, mobil ini sangat meyakinkan untuk bermanuver di dalam atau luar kota. Angka 120 km/jam di jalan bebas hambatan terasa dengan mudah dicapai. Torsi instan membuat manuver menyusul terasa mudah. Sebagus itu? Untuk performa sebuah mobil harian, iya MG4 EV cukup memenuhi ekspektasi kami. Meski ada saja kekurangannya.

Kemudi Instan Tapi…

Salah satu yang kami catat adalah kemudinya. Mobil ini dibekali kemudi dengan bantuan EPS (Electronic Power Steering). Kalau Anda paham, biasanya EPS cenderung kurang memberikan feedback yang mumpuni. Dan ini terasa betul di MG4 EV. Kemudinya terasa ‘kosong’ di berbagai tingkat kecepatan.

Pergerakannya yang ringan saat bergerak di kecepatan rendah memang sangat membantu. Tapi di kecepatan yang lebih tinggi, perubahan bobot gerak kemudi terasa minim. Tapi jangan salah, mobil ini memiliki respon kemudi yang kami harus akui, instan. Sangat berguna untuk manuver di jalanan luar kota yang bukan tol.

Untuk di dalam kota, salah satu yang kami nilai adalah, semudah apa berkelit di padatnya lalu lintas. Serta seberapa nyaman.

Kemudi yang ringan dan responsif tadi membuat mobil terasa lincah. Suspensinya membuat opini di redaksi terpecah. Ada yang bilang agak keras untuk sebuah mobil perkotaan. Tapi kami cenderung menyukai kualitas peredamannya.

Polisi tidur bisa diredam dengan baik, dengan kecepatan yang sewajarnya, tentu. Tidak terlalu memantul. Di jalanan beton seperti di tol, atau melindas sambungan jembatan tol juga mumpuni, tanpa ada getaran atau bunyi yang mengkhawatirkan.

Kaca yang besar menghasilkan bidang pandang yang luas ke segala arah, kecuali belakang. Kaca belakang terlihat sempit dari spion tengah. Hal ini dikompensasi dengan kamera 360 untuk memantau buritan saat parkir.

Yang mengganggu malah suara artikulasi ban dan angin yang menghantam rumah kaca spion samping. Dengan catatan, pengujian di jalan tol tersebut kami jalani dengan kecepatan 100 km/jam.

Secara keseluruhan, kami suka dengan kinerja suspensinya. Dibekali MacPherson Strut di depan dan multi-link untuk belakang. Ini adalah resep andalan mobil-mobil dengan pengendalian yang juara. Dan ya, hatchback keluarga ini mampu menyelesaikan tikungan dengan meyakinkan, di berbagai kondisi. Begitu juga dengan kestabilan berjalan lurus di kecepatan tinggi.

Kenyamanan

Kalau Anda memperhatikan MG, mereka seperti memiliki standar yang lebih tinggi dari kebanyakan merek yang datang dari China. Mungkin karena ada campur tangan Inggris-nya? Entahlah. Yang pasti kabin MG4 EV juga nyaman.

Fiturnya lengkap dengan tatanan yang minimalis. Layar monitor 10,25 inci jadi tempat untuk infotainment yang dilengkapi Android Auto dan Apple Carplay. Karena keterbatasan, kami hanya mencoba Android Auto yang memerlukan kabel untuk bisa aktif. Dan kami tidak keberatan. Toh sambungannya bisa lebih stabil ketimbang wireless.

Meski mayoritas pengaturan pengendaraan dan kenyamanan ditanam di layar tersebut, tapi MG masih berbaik hati memberikan tombol fisik untuk volume audio, aktivasi AC, hingga home button.

Pengaturan transmisi ada di dashboard, tepatnya di ‘tatakan’ di bawah layar. Tempat ini jadi sedikit ganjalan. Karena posisi soket USB C dan B ada di bawahnya serta diposisikan cukup dalam, tatakan tadi menghalangi pandangan dan mengganggu tangan meraih soket-soket yang disediakan. Di luar itu, ada fitur wireless charger di depan kenop transmisi yang mudah untuk diraih. Satu lagi hal yang mengganjal adalah door sill (palang pintu bawah) yang tebal. Ini merepotkan saat akan keluar-masuk kabin, terutama saat parkir di tempat sempit.

Selebihnya, kami tidak bisa mengeluhkan. Ruang kaki dan kepala lega di semua tempat. Dengan lebar mobil 1.836 mm ruang bahu terasa cukup, terutama untuk penumpang depan. Dikombinasikan dengan jok yang lebarnya pas untuk ukuran orang Asia, perjalanan panjang tidak akan terlalu melelahkan.

Harga Mepet

MG4 EV i-Smart

MG4 EV memang diakui, mobil yang meyakinkan. Kami suka mobil ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Performa punya, kaki-kaki mumpuni. Untuk konsumsi listrik, terbaik yang kami raih adalah 11,70 kWh/100 km, dengan lalu lintas dan cara melajukan mobil beragam. Tanpa parameter. Harapan kami untuk bisa di bawah 10 kWh belum tercapai.

Yang jadi masalah adalah, mobil yang kami uji adalah varian dengan fitur i-Smart, yang dapat melakukan berbagai perintah dan ekstra kemampuan konektivitas. Mulai dari yang membuat nyaman hingga kemampuan bantu berkendara seperti Adaptive Cruise Control, Traffic Jam Assistant, lampu jauh otomatis dan sebagainya.

Mobil ini dihargai Rp 699 juta (OTR Jakarta). Pesaing terdekatnya adalah raja mobil listrik Indonesia, Hyundai Ioniq 5 yang dihargai mulai dari Rp 706 juta. Meskipun MG unggul dengan jarak tempuh 425 km.

Di kisaran jarak tempuh tersebut, Ioniq 5 varian Long Range (451 km) baru bisa menyaingi, dengan harga mulai dari Rp 742 jutaan. MG memang masih lebih murah, namun mereka harus bekerja keras meyakinkan konsumen. Apalagi Hyundai memiliki jaringan after sales yang lebih luas.

Untungnya, MG juga dipastikan akan merakit mobil ini di Indonesia. Jadi, harusnya harga jual bisa ditekan, meski kami ragu akan jauh perbedaannya dengan banderol sekarang.

Spesifikasi MG4 EV Magnify i-Smart

  • Penggerak: Permanent Magnet Synchronous Motor
  • Daya Maks: 123,2 hp (125 ps)
  • Torsi: 250 Nm
  • Kap. Baterai: 51 kWh
  • Jarak tempuh maks: 425 km (klaim menggunakan metode NEDC)
  • Dimensi (p x l x t mm): 4.285 mm x 1.836 mm x 1.516 mm
  • Wheelbase: 2.705 mm
  • Ground clearance: 117 mm
  • Radius putar: 5,3 meter
  • Harga: Rp 699 juta (OTR Jakarta)

Wuling Alvez EX, Compact SUV Dengan Potensi Besar

Pasar Sport Utility Vehicle (SUV) masih menjadi fokus bagi sejumlah brand otomotif dunia. Lumrah saja, sebab peminat segmen SUV ini sepertinya enggan pindah ke lain hati. Hal ini juga membuat Wuling Motors ingin meramaikan pasar SUV, khususnya di Tanah Air. Oleh karenanya, beberapa bulan silam hadir Wuling Alvez di Indonesia, sebagai salah satu pemain di ‘kolam’ yang ramai.

Grille depan berukuran besar

Secara fisik, desain bodinya terlihat segar. Kebetulan unit Alvez yang kami gunakan ini merupakan varian EX dengan warna Tungsten Steel Grey. Meskipun berpredikat SUV, nampaknya Alvez belum bisa dikatakan punya karakter maskulin. Tapi bukan berarti sosoknya tidak menarik ya, akan terlihat semakin atraktif jika bodinya dilabur warna yang cerah.

Grille depannya berukuran cukup besar dengan logo Wuling di tengahnya. Menurut kami, mungkin bagian ini menjadi highlight untuk menunjukkan bahwa Alvez ini ialah sebuah SUV. Terlebih lagi memiliki aksen kontras antara warna gelap dan lapisan chrome. Lampu depan LED berbentuk tajam dan memberi kesan modern.

Desain atap menukik

Dimensi bodinya terasa cukup sesuai untuk kondisi lalu-lintas perkotaan, panjangnya mencapai 4.350 mm, lebar 1.750 mm, dan tingginya 1.610 mm. Sedangkan wheelbase sepanjang 2.550 mm membuat ruang kaki penumpang jok belakang. Desain atap yang mulai menukik dari tengah hingga belakang, tentu sebagai upaya mencapai tingkat aerodinamika yang baik. Namun, biasanya akan mempengaruhi ruang kepala penumpang jok belakang.

Agar nuansa SUV tetap terlihat, maka Wuling memasang roof rail, shark fin antenna, dan sunroof pada atap Alvez varian EX. Velg Wuling Alvez ini berdiameter 16 inci yang dibalut ban berukuran 205/60 R16. Sayangnya, desain velg yang digunakan ini terlihat kurang catchy, padahal sudah menerapkan tampilan machined alloy.

Bagian belakang Wuling Alvez disertai dengan bumper berdesain tegas, yang memberikan kesan sporty. Bumper ini juga memiliki reflektor yang berguna untuk memberikan visibilitas kepada pengendara lain saat berada di kondisi cuaca buruk.

Material interior bernuansa elegan

Saat masuk ke dalam kabinnya, Wuling tidak pernah pelit fitur, terutama untuk varian teratas. Interiornya dibalut material kulit sintetis berwarna gelap, sehingga memberikan kesan elegan. Material yang sama juga membungkus lingkar kemudi. Tak ketinggalan ada soft touch panel pada dashboard. Aspek infotainment dibekali dengan headunit berukuran 10,25 inci dan empat speaker.

Headunit ini sudah terintegrasi dengan kamera parkir belakang, termasuk teknologi Wuling Indonesian Command (WIND) dan Internet of Vehicle (IoV). Kemudian perangkat AC dilengkapi filter PM2.5, soket 20W USB fast charging, USB Power Outlet untuk penumpang baris kedua, dan Multi-Instrument Display (MID) TFT Full Color 7 inci. Untuk kenyamanan penggunanya, Wuling Alvez EX memiliki Keyless entry + start stop button, Wuling remote control, Bluetooth key, hingga Vehicle location and geo fencing alarm.

Performa cukup

Performa Wuling Alvez EX tergolong pas. Tidak berlebihan, namun juga tidak kurang. Di balik kap depan terdapat mesin bensin berkode LAR empat silinder DOHC 1.5 liter dengan tenaga 105 hp dan torsi puncak 143 Nm. Transmisi CVT yang disematkan juga termasuk mumpuni dan halus. Jika pengemudi memerlukan akselerasi yang gesit, bisa menggeser tuas transmisi untuk menggunakan ‘virtual gear’.

Keselamatan dan kemudahan berkendara pada Wuling Alvez EX diwujudkan lewat adanya Advanced Driver Assistance System (ADAS). Fitur ini secara aktif mendukung keselamatan berkendara pengemudi. Selain fitur keselamatan tadi, masih ada Anti-lock Braking System (ABS), Electronic Brakeforce Distribution (EBD), Emergency Stop Signal (ESS), Dual SRS Airbags, Tire Pressure Monitoring System, Seatbelt Reminder.

Masih ada potensi penyempurnaan 

Urusan harga, Wuling Alvez EX dapat ditebus dari lantai showroom dengan harga Rp 295 juta (on the road DKI Jakarta). Dengan banderol tersebut, konsumen sudah mendapatkan sebuah SUV ringkas yang punya fitur segudang.

Namun, kami rasa masih ada potensi ‘ruang’ untuk penyempurnaan. Sebut saja, velg yang lebih menarik, ban yang lebih optimal, suspensi yang lebih lembut, sistem audio yang lebih jernih, hingga kabin yang lebih senyap. Semua ini memang yang dapat dilakukan oleh Wuling maupun pemilik Alvez itu sendiri…

Kendali regenerative braking Hyundai Ioniq

Regenerative Braking di Mobil Listrik, Efektifkah?

Belakangan ini, dengan makin banyaknya mobil dengan teknologi elektrifikasi, salah satu istilah yang makin populer adalah regenerative braking. Atau regen braking. Tapi kalau malas, biasanya hanya disebut regen (baca: rijen).

Kemampuan ini, biasanya ada di mobil hybrid biasa, plug-in hybrid atau mobil listrik (EV). Secara umum, regenerative braking adalah kemampuan untuk menyimpan energi kinetik saat kendaraan melakukan deselerasi. Energi tersebut kemudian dikonversi menjadi listrik, yang disimpan di baterai.

Hyundai Ioniq 6

Cara kerja lengkapnya, akan terlalu kompleks dan panjang untuk dibahas. Ini melibatkan motor listrik dan komponen lainnya. Tapi tidak melibatkan gesekan rem. Makanya, kalau Anda lihai dalam mengoperasikan pengereman renegeratif, kanvas rem dan disc bisa awet.

Mencoba Ke Bali

Sebelumnya, kami tidak terlalu memperhatikan kemampuan ini. Yang kami rasakan, mobil melambat lebih cepat tanpa harus menginjak pedal rem. Namun ternyata sistem regenerative braking sekarang, lebih canggih dan efisien. Ini kami buktikan saat mengendarai Hyundai Ioniq 5 (dan Ioniq 6) dari Jakarta ke Nusa Dua, Bali, beberapa hari lalu.

Hyundai membekali Ioniq 5 dengan empat tingkat kekuatan regenerative braking. Plus kemampuan i-Pedal. Apakah siginifikan mengumpulkan energi listri untuk digunakan kembali? Di jalan tol, menurut kami ini hanya untuk ‘menabung’ sedikit demi sedikit supaya jarak tempuh bisa sedikit lebih jauh. Ingat, sedikit lebih jauh. 

Hyundai Ioniq 5

Kami katakan sedikit karena, seberapa banyak Anda melakukan deselerasi dibandingkan menginjak pedal gas, di jalan bebas hambatan (selain tol di Jakarta)? Tapi bagaimanapun, ini fitur yang bermanfaat. Pertama, selain ada tambahan energi listrik, juga seperti dikatakan tadi, menghemat penggunaan rem.

Contohnya, pada Ioniq 5 yang mengaktifkan regenerative braking level empat, rasanya seperti pindah dari gigi empat ke gigi dua di mobil manual. Dan menghasilkan tangkapan energi kinetik yang lebih besar. Untuk yang tidak biasa, ini akan membuat penumpang protes.

Pada Kenyataanya

Untuk itu, kami mengaktifkan pengereman regeneratif level tiga saat melaju di tol, dan tingkat dua di jalanan biasa dari Surabaya-Banyuwangi. Dengan memperhatikan jarak dengan kendaraan di depan, kaki kanan tidak perlu ‘rusuh’ menginjak rem terlalu sering. Kecuali saat darurat tentunya. Kalau sudah emergency, insting langsung menggusur kaki kanan ke pedal rem. Dan itu sah.

Untuk i-Pedal atau umumnya disebut one pedal driving (mengendarai dengan satu pedal), Anda bahkan tidak perlu menginjak rem. Tapi perhatikan juga, pedal gas harus dilepas dengan intuitif. Main asal lepas, mobil benar-benar mengerem dengan cepat.

Regenerative braking untuk overtaking

Satu hal yang kami suka, meskipun regenerative braking tidak terlalu signifikan memberikan energi untuk disimpan, tapi hasil yang disimpan itu, akan bermanfaat untuk manuver. Terutama akselerasi saat mendahului kendaraan lain. Ini kami rasakan saat melaju dari Surabaya ke Banyuwangi. 

Jadi, apakah perlu fitur ini? Jawabannya, kami tidak keberatan. Bagaimanapun, ini membantu menghemat baterai. Plus, kalau Anda sudah lihai, pedal rem tidak perlu sering-sering diinjak. 

Hyundai Stargazer Essential

Review Hyundai Stargazer Essential, Utamakan Fitur Dasar MPV

Tidak dapat dipungkiri bahwa segmen Multi-Purpose Vehicle (MPV) masih difavoritkan oleh konsumen Tanah Air, tentunya selain segmen Sport Utility Vehicle (SUV). Sejumlah pabrikan pun menyasar segmen MPV sebagai penyumbang volume penjualan produknya. Pasar otomotif Indonesia memang telah lama diramaikan oleh produsen mobil asal Jepang, namun kini brand dari Tiongkok dan Korea Selatan ikut gencar menjajakan produk andalannya.

Hyundai pun ingin merasakan manisnya pasar MPV dengan memasarkan Stargazer di tahun 2022 silam. Kami pun masih ingat ucapan Woojune Cha, President Director PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), saat peluncuran Hyundai Stargazer. “Stargazer menjadi tanda bahwa Hyundai memberikan jawaban bagi gaya hidup masyarakat Indonesia yang gemar bepergian jauh bersama keluarga,” ujarnya.

Pengganti varian Trend

Tak sampai satu tahun setelah debutnya, pihak HMID pun mengoptimalkan Hyundai Stargazer, sekaligus mengganti varian yang dirasa ‘sepi pengunjung’. Pada awalnya Stargazer memiliki varian Active, Trend, Style, dan Prime. Maka pada bulan Juli 2023 silam, hadir varian Essential sebagai pengganti Trend. Bukan hanya menggantikan, tapi juga memiliki penyesuaian fitur yang dirasa lebih penting bagi pengguna kendaraan MPV. Setidaknya itu yang ingin disampaikan oleh HMID…

Pada eksterior, terutama pada grille, bumper dan paduan warna di varian Essential ini terlihat serupa dengan Trend maupun Prime. Termasuk penggunaan Horizon LED DRL dan LED Headlamp yang senada dengan nuansa modern kendaraan ini. Melihat ke bagian sisinya, velg alloy yang digunakan pun identik dengan Stargazer Active versi update, yakni berdiameter 16 inci dan memiliki warna single tone.

Sesuai dengan masukan dari konsumen kepada HMID terkait panel instrumen pada dashboard, maka kini Stargazer mengadopsi desain panel instrumen yang rendah, dengan frame warna hitam, sehingga menyuguhkan visibilitas berkendara lebih baik. Pada varian Essential, panel meter sudah menggunakan layar TFT LCD 4,2 inci full digital yang menampilkan informasi dari sistem kendaraan. Head unit 8 inci yang disematkan juga memiliki konektivitas Android Auto dan Apple CarPlay.

Fitur Blue Link ditiadakan

Ternyata ada yang kurang dari Stargazer Essential ini, yaitu vanity mirror pada sun visor penumpang depan dan map pocket pada kedua jok baris pertama. Namun setidaknya barang bawaan bisa diletakkan di tempat penyimpanan pada door trim. Kelengkapan lain yang absen ialah fitur Blue Link yang sebelumnya dimiliki oleh varian Trend.

Namun, HMID melakukan kompensasi dengan menyebar lebih banyak fitur buat Stargazer Essential. Mulai dari Auto Up/Down & Safety Power Window, Remote Window Control, 2nd Row USB Charging Port, Smart Keyless Entry, Parking Distance Warning, Tire Pressure Monitoring System, dan Outside Rear View Mirror with Electric Folding. Khusus fitur Push Start Button, Smart Key Button, Remote Start Engine hanya tersedia pada varian Essential bertransmisi IVT.

Jok berbahan fabric terbukti lebih sejuk

Jarak sumbu roda 2,780 mm milik Stargazer merupakan terpanjang di kelasnya. Dimensi panjang 4.460 mm, lebar 1.780 mm, dan tinggi 1.695 mm. Sedangkan overhang 800 mm untuk bagian depan dan 880 mm untuk belakang, membuat kabin menjadi lapang. Jok varian Essential menggunakan material fabric, memang tidak memberikan kesan elegan, namun kami merasa lebih sejuk ketika diduduki.

Mesin yang digunakan tidak bebeda dengan varian Stargazer lainnya, yakni unit Smartstream G4FIII DOHC 1.5 liter dengan output 113 hp dan torsi maksimal 143,8 Nm. Seperti varian Style dan Prime, Stargazer Essential IVT juga dilengkapi dengan 4 pilihan mode berkendara, yaitu Normal, Eco, Sport, dan Smart. Amat berguna di beragam kondisi berkendara. Fitur tersebut belum ada di beberapa Low MPV lain seperti Toyota Avanza G, Daihatsu Xenia R atau Mitsubishi Xpander Exceed.

Harga Hyundai Stargazer Essential yang ditawarkan pun tergolong menarik, sebab masih berada di bawah Rp 300 juta. Untuk varian Essential M/T berada di Rp 258,8 juta, sedangkan untuk yang bertransmisi IVT ialah Rp 272,5 juta. Hyundai sendiri mengklaim bahwa varian Essential ini lebih murah sekitar Rp 8 juta dibandingkan varian Trend yang dilengserkannya. Bagi konsumen yang ingin menggunakan opsi captain seat di jok baris kedua, cukup tambahkan dana sebesar Rp 1 juta.

BMW X1 2023

Review BMW X1 2023, Makin Ganteng Dengan Keterbatasannya

Ini merupakan mobil premium dengan status entry level yang harganya tidak sampai Rp 1 milyar. Inilah BMW X1 sDrive18i. Dirakit lokal dan diperkenalkan akhir Juli 2023 lalu di Jakarta. Satu hal yang pasti, saat GIIAS 2023 lalu, X1 generasi ketiga menuai banyak pujian. Makanya kami penasaran ingin review.

Dari yang beberapa pengunjung booth BMW yang kami tanya, rata-rata mengakui X1 bertambah keren dan besar. Soal keren mungkin subjektif, tapi kalau bertambah besar, memang benar. Kalau Anda perhatikan, BMW X5 yang juga makin besar, ukurannya ditempati oleh X3. Nah, X1 ini, sekarang ukurannya hampir serupa dengan BMW X3 pertama.

Sebuah hal yang kami apresiasi, karena ruang dalamnya makin lega. Dengan harga Rp 900-an juta, Anda mendapatkan kabin lega dengan kualitas interior khas BMW. Namun harga tersebut juga memberikan batasan.

Bunyi Mesin 3-silinder

MEsin BMW X1 2023

BMW X1 2023 dibekali mesin berkode B38 tiga silinder turbo berkapasitas 1,5 liter (1.499 cc). Performanya didorong oleh teknologi TwinPower Turbo dan menghasilkan daya sebesar 156 hp dengan torsi puncak 230 Nm. Tidak lupa double Vanos juga ada. Tenaga disalurkan ke roda depan menggunakan transmisi 7-speed dual clutch.

Nah, biasanya ada yang anti dengan dual clutch karena banyak rumor yang mengatakan transmisi model begini enak buat lari, bukan macet-macetan. TIdak salah, tapi teknologi yang berkembang membuat DCT (Dual Clutch Transmision) semakin ramah digunakan.

Kami coba mobil ini sejauh 100-an kilometer melalui beragam kondisi lalu lintas. Kondisi jalan ya begitu saja. Aspal semua. Tentunya, karena paham ada dual clutch, kami perhatikan betul bagaimana rasanya di saat stop-and go. Biasa saja. Tidak ada gejala perpindahan yang seperti kebingungan harus pilih gigi yang mana.

BMW X1 2023

Yang jadi ganjalan malah sistem start-stop otomatis yang kadang mengganggu. Mobil masih bergerak maju (kecepatan belum nol) sistemnya sudah aktif. Ada saat tanggung kala macet, dimana mobil belum berhenti sempurna dan mesin mati, tapi mobil depan sudah berjalan. Jadinya respon bergerak kami lebih lambat dari yang diharapkan. Memang ini hanya soal kebiasaan, tapi sepertinya bisa lebih baik.

Selebihnya, akselerasi di tingkat putaran mesin manapun, harus diakui membuat mobil terasa meyakinkan. Meskipun suara khas mesin tiga silinder terdengar jelas. Tenaganya terus mengisi dari putaran rendah hingga jarum mendekati batas merah. Perpindahan gigi juga instan, khas DCT saat sedang digeber. Kesimpulannya, sistem penggerak BMW X1 mampu memberikan kepuasan berkendara di kecepatan menengah ke atas.

Kenyamanan Kabin

Dashboard BMW X1

Memang mobil ini harganya di bawah Rp 1 milyar. Tapi harus diakui kalau BMW tidak kompromi dengan kualitas kabin. Mulai dari material, hingga kekedapan. Yang agak berkurang adalah fitur.  Kami cukup terkejut mengetahui mobil ini tidak ada adaptive cruise control sebagai bawaan.  Tapi bisa dipesan sebagai fitur opsional

Jok depan mampu diduduki dengan nyaman karena cukup lebar. Pengaturannya juga tentu elektrik. Lebar kabin terasa biasa saja. Sewajaranya mobil dengan lebar 1.845 mm. Tapi dibanding X1 generasi pertama, ruang bahu di baris depan terasa signifikan bedanya. 

Diantara kursi depan terpasng konsol berisi tuas kecil untuk perpindahan transmisi. Ya, tuasnya kecil saja. Menandakan pergerakan transimis dari P hingga D diatur oleh perkabelan elektronik. Mudah untuk dioperasikan, bahkan untuk mereka yang pertama naik BMW sekalipun. 

Layar di depan pengemudi berisi pastinya berisi beragam informasi berkendara. Menyatu dengan display multimedia untuk penumpang. Layaknya BMW terkini, bentuk layar ini melengkung tanpa bingkai. Terlihat modern. 

Jok belakang X1 2023

Sistem hiburannya bisa mengakomodir Apple Carplay ataupun Android Auto. Terkoneksi dengan mudah tanpa sambungan kabel. Di dalamnya bisa menampilkan sambungan dengan handphone, navigasi, setting kendaraan dan sebagainya. 

Yang sangat kami suka adalah bagian baris kedua. Ruang kaki untuk kami dengan tinggi 165 cm bisa terakomodir dengan baik. Mobil ini nyaman untuk perjalanan jarak dekat atau jauh. Meski kami kurang sreg dengan ruang kepala. Andai tidak ada sunroof, mungkin bisa lebih lega. 

Bagasi X1 baru

Bicara lega. bagasi punya kapasitas sebesar 540 liter. Untuk memperbesar, lipat kursi belakang dan Anda akan mendapatkan ruang penyimpanan 1.600 liter.

Kesimpulan

Memuaskan? Jujur iya. Berdasarkan review BMW X1  2023 ini, kami agak keberatan dengan tidak adanya kemampuan adaptive cruise control sebagai fitur bawaan. Hanya ada lane keeping assist. Selebihnya, untuk Anda yang ingin naik kelas, ini cocok untuk jadi BMW pertama Anda.

BMW X1 terbaru

Rasa pengendaraan dan pengendalian BMW dipadukan mesin tiga silinder yang jinak tapi bertenaga. Sebagai informasi, akselerasi 0-100 km/jam diklaim 9,2 detik. Top speed-nya 208 km/jam. Sementara konsumsi BBM-nya diklaim antara 14-15,8 km/liter. 

 

 

 

 

Hyundai Ioniq 6-GIIAS_1

Impresi Pertama Hyundai Ioniq 6: Karakter Retro Futuristis

Aspek elektrifikasi masih menjadi salah satu menjadi fokus dari Hyundai dalam menciptakan produk. Hyundai tanpa henti ingin memperkenalkan berbagai lini kendaran listrik yang ramah lingkungan, namun tetap nyaman bagi penggunanya. Setelah sukses dengan kehadiran Sport Utility Vehicle (SUV) Hyundai Ioniq 5, tahun ini PT Hyundai Mobil Indonesia menghadirkan Hyundai Ioniq 6.

Sebenarnya Hyundai sudah memberikan ‘sinyal’ mengenai rencana dipasarkannya hadirnya Ioniq 6. Sebab ada satu unit Hyundai Ioniq 6 yang dipamerkan di Hyundai Motorstudio, Senayan Park, Jakarta Pusat, sejak beberapa bulan silam.

Mengacu pada konsep Hyundai Prophecy EV

Hyundai Ioniq 6 merupakan sedan elektrik dengan gaya melandai yang aerodinamis dan elegan. Cikal bakal desain bodi terlihat kuat mengacu pada mobil konsep Hyundai Prophecy EV. Desain streamline dan aerodinamis ini menghasilkan angka coefficient drag yang amat baik, yakni Cd 0,21 saja. Desain retro futuristis juga ditampilkan lampu depan dan lampu belakang dengan menganut gaya parametric pixel.

Sedan EV ini hadir dengan konfigurasi dual motor elektrik bertenaga 239 kW dan torsi sebesar 605 Nm. Dengan kombinasi sepasang motor listrik tersebut, membuat Hyundai Ioniq 6 memiliki sistem penggerak roda all-wheel drive. Dengan penggunaan baterai berkapasitas 77.4 kWh, maka Hyundai mengklaim dengan jarak tempuhnya mencapai 519 km.

Pengisian daya baterainya pun cukup singkat. Untuk mencapai daya 80 persen, jika menggunakan DC ultra-fast charging berkapasitas 350 kW, maka cukup menghabiskan waktu sekitar 18 menit saja. Bahkan mobil ini juga sudah dilengkapi fitur Vehicle to Load (V2L) layaknya pada Hyundai Ioniq 5.

Bisa ditebus dengan harga Rp 1,197 milyar

Interiornya dirancang untuk mengutamakan kenyamanan dan keleluasaan pengguna. Dengan menggunakan platform E-GMP yang telah dikembangkan untuk memberikan kenyamanan maksimal di dalam kendaraan. Interiornya yang lapang tidak terlepas dari wheelbase sepanjang 2.950 mm.

Dimensi secara keseluruhan, ukuran panjangnya ialah 4.855 mm, lebar 1.880 mm, dan tinggi 1.495 mm, serta ground clearance 141 mm yang menawarkan kenyamanan dan kestabilan selama perjalanan. Hyundai Ioniq 6 kini bisa dipesan pada jaringan dealer PT Hyundai Mobil Indonesia dengan 6 pilihan warna, yaitu Gravity Gold Matte, Nocturne Gray Matte, Abyss Black Pearl, Serenity White Pearl, Biophilic Blue Pearl. Hyundai Ioniq 6 dijual dengan harga Rp 1,197 milyar (on-the-road DKI Jakarta).

Review Citroën e-C4, Interpretasi Lain Kenyamanan Berkendara

Citroën e-C4 memang dipasarkan di Indonesia, kali ini kami merasakan langsung salah satu kendaraan elektrifikasi kebanggan Citroën di negara asalnya. Ya, di Prancis. Citroën e-C4 dilahirkan dari mobil konvensional yang bermesin pembakaran internal, yakni Citroën C4. Secara sekilas, mobil ini memiliki bentuk bodi yang menarik, anggap saja sebagai sebuah kendaraan coupé-crossover.

Tak salah jika Anda menganggap jika Citroën e-C4 merupakan sebuah kendaraan yang ‘niche’, namun kami pastikan jika mobil ini tetap memiliki aspek khas Citroën yang legendaris, yaitu kenyamanan. Sebelumnya, jangan salah artikan jika kenyamanan ini terkait dengan suspensi hydropneumatic. Sebab Citroën punya pendekatan lain yang tetap menyuguhkan kenyamanan berkendara.

Tetap meyakinkan di jalanan menikung

Citroën telah memberi settingan suspensi Progressive Hydraulic Cushion yang hebat untuk e-C4, karena kenyamanan dan pengendalian berkendaranya amat baik untuk sebuah mobil listrik. Biasanya mobil listrik seolah kurang ‘sip’ dalam dua aspek tersebut, tentu karena bobot baterai yang mempengaruhi rasa berkendara. Walaupun nyaman, daya cengkeram mobil ini tetap meyakinkan saat melahap jalanan menikung.

Jok yang nyaman juga menjadi jawaban dari Citroën untuk membuai pengemudi dan penumpangnya. Bukan empuk, namun suportif saat berkendara. Lagipula, kabin bagian depan tergolong lapang dan posisi duduk cukup tinggi, sehingga visibilitas ke area depan dan sisi samping pun tergolong baik. Sayangnya, untuk visibilitas ke belakang harus mengandalkan spion pintu dan kamera parkir.

Bebas efek klaustrofobik

Bentuk atap yang melengkung memang mempengaruhi ruang kepala penumpang belakang, tapi sepertinya tidak sampai memberi efek klaustrofobik. Bodi Citroën e-C4 dengan panjang 4.360 mm dan lebar 1.800 mm ini, memiliki ruang kargo seluas 380 liter atau tidak berbeda dengan C4 konvensional.  

Hanya ada satu kombinasi motor listrik dan baterai yang tersedia pada e-C4, yaitu motor listrik bertenaga 100 kW (134 hp) dan baterai 50 kWh yang menggerakkan roda depan. Menurut pengetesan resmi dari Citroën, e-C4 ini memiliki jarak tempuh maksimum mencapai 350 km saat baterainya terisi penuh. Pengisian daya dengan 100 kW rapid charger CCS selama 30 menit, maka daya baterainya akan terisi sebanyak 80 persen.

Advanced Comfort antilelah

Citroën e-C4 memang bukan mobil sport yang super gesit, namun setidaknya kami menyukai performa akselerasinya di lalu lintas perkotaan. Apalagi benar-benar ‘sepi’ dari adanya suara mesin. Citroën mengklaim akselerasi 0-100 km/jam dapat diselesaikan dalam waktu 9,7 detik, berkat torsi puncak 260 Nm.

Talenta Citroën dalam menyuguhkan keunggulan Advanced Comfort pun kami rasakan langsung. Perjalanan sejauh 70 km dari Tessancourt-sur-Aubette menuju Évreux sama sekali tidak membuat tubuh terasa lelah, padahal kami tidak menempuh jalan bebas hambatan. Permukaan jalan yang tidak rata pun dapat diredam secara optimal, tanpa ada guncangan berarti yang kami rasakan di dalam kabin.

Citroën e-C4 yang dipasarkan di Tanah Air tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan unit yang kami kendarai di Prancis ini. Perbedaan paling mencolok ialah posisi menyetirnya saja… Jika saja Anda memiliki dana sekitar Rp 1,1 milyar dan ingin membeli sebuah kendaraan listrik buatan Eropa, mungkin Citroën e-C4 ini bisa jadi pilihan.