toyota Vios 2023

Usaha Mempertahankan Jati Diri Toyota All New Vios

Saat Toyota Vios generasi terbaru meluncur bulan Oktober 2022 lalu, kami menyadari, betapa kelas sedan entry level tidak berubah banyak. Coba lihat saja peserta kompetisi di segmen ini. Hanya ada Honda City, Mazda2 Sedan dan Toyota Vios.

Apakah pasarnya memang tidak menarik? Atau konsumen sudah tidak lagi merasa sedan adalah sebuah ‘go to’ kalau mau dibilang sukses? Tapi kami yakin, pangsa pasar ini tidak akan lenyap. Ini berkaca dari tiga merek Jepang tadi, yang teguh memasarkan produknya. Bahkan Mazda2 Sedan merupakan produk lama yang kembali lagi. Artinya, mereka yakin pasar ini masih bisa hidup. Meski tidak bisa dipastikan kapan akan seramai dulu.

Penerus Toyota Soluna

Tapi mari bahas Vios. Kita lihat ke belakang sebentar. Toyota Vios muncul pada 2002. Mobil ini didaulat untuk meneruskan estafet sebagai sedan kelas bawah dari Toyota Soluna yang sederhana, praktis, mudah dirawat dan awet. Vios dibekali mesin 1,5 liter berkode 1NZ-FE. Seiring berjalannya waktu, diakui kalau mesin ini irit, punya performa lumayan dan bandel.

Toyota Vios Gen 3

2007 masuk Vios generasi kedua yang terlihat lebih elegan dengan garis desain membulat yang dinamis. Mesinnya masih 1NZ-FE. Sekitar 2013, Vios kembali berganti model menjadi generasi ketiga yang terlihat jelas kalau dimensinya membesar. Mesinnya lagi-lagi masih 1NZ-FE. Bukti kalau Toyota suka mesin ini. Konsumen juga tidak keberatan, toh karena dipakai tiga generasi, suku cadang pasti terjamin.

Kuartal terakhir 2022, Toyota Vios berubah total. Mulai dari platform, mesin hingga fitur. Dan inilah dia, kami akhirnya berkesempatan mencoba langsung sedan entry level Toyota ini. Yang Anda lihat adalah Vios varian G, yang dilengkapi paket teknologi TSS (Toyota Safety Sense).

Toyota All New Vios

Vios ini adalah salah satu produk dari perusahaan internal yang dibentuk oleh Toyota dan Daihatsu, yang bernama Emerging Market Compact Car Company (EMCC). Dan tidak perlu heran kalau nantinya akan ada versi Daihatsu, atau Perodua di Malaysia dan kawasan lain.

Desain & Fitur Eksterior

Dibalik lempengan body terpasang platform yang sebetulnya dibuat oleh Daihatsu, atas bimbingan Toyota. Namanya DNGA-B atau Daihatsu New Global Architecture-B. Untuk mobil-mobil B Segment seperti Vios, Yaris, Xenia/Avanza/Veloz dan sejenisnya.

Secara desain, dari depan hingga ke pilar B, Toyota (dan Daihatsu) seperti melakukan penyempurnaan. Anda akan tetap merasakan penampilan Vios gen.3 di bagian ini. Namun dari pilar B ke belakang, sama sekali baru.

Toyota All New Vios 2023

Hampir menyerupai model fastback dengan bagian kaca belakang yang melandai. Kami katakan hampir karena untuk jadi fastback, saat buka bagasi kaca belakang harus ikut terangkat. Ini tidak. Tidak semua orang suka bentuk begini. Tapi keuntungannya adalah ruang bagasi yang luas.

Mukanya dibekali grill yang melebar ke bawah, seperti juga pada sedan Toyota lainnya. Desain lampu dengan sudut tajam ikut menegaskan kalau ini adalah sedan Toyota. Tidak percaya? Coba perhatikan Corolla dan Camry. Lampunya punya sudut lancip dan grill melebar ke bawah.

Lampu belakang Vios baru

Bagian belakang juga begitu. Lampu dengan bentuk yang tipis melebar hingga ke penutup bagasi. Desainnya memang tidak sespektakuler Camry atau Corolla, tapi Anda akan langsung paham kalau ini buritannya sedan Toyota.

All New Vios tipe G, dibekali pelek alloy berukuran 17 inci. Desainnya seperti yang bisa Anda lihat. Tapi untuk varian terbawah (Vios E) ukurannya diperkecil jadi 16 inci.

Kabin Menarik, Tapi…

Masuk ke dalam, bentuk interiornya seperti melompat jauh dari generasi sebelumnya. Tapi jangan lupakan juga, ini tipe Vios tertinggi. Dan meski secara keseluruhan sudah memuaskan, tapi kami tetap lebih suka kualitas Mazda 2 Sedan di bagian ini.

Dashboard all new vios 2023

Bahan padded (empuk) ditemukan di bagian yang memang akan sering tersentuh oleh tangan Anda. Selebihnya adalah plastik keras. Pola jahitan di dashboard dan trim pintu ternyata asli. Bukan digambar. Ini seperti menunjukan kalau Toyota Vios ingin naik kelas lebih mewah.

Harus diakui, segalanya mudah diraih oleh pengemudi. Tombol pengaturan AC masih berbentuk tombol fisik mudah untuk digunakan. Sayang, tidak ada semburan yang mengarah ke kaca depan. Meski di belakang ada defogger.

Jok belakang vios baru

Rem parkir elektrik lengkap dengan kemampuan auto hold sudah tersedia. Tepat di bawah pengaturan AC ada tempat penyimpanan yang cukup dalam. Sepertinya ini bisa dimanfaatkan untuk fasilitas wireless charging.

Jok depan belakang sudah dilapisi kulit dan memberikan ruang yang cukup lega untuk kaki. Ruang kepala di belakang, karena bentuk atap yang merendah jadinya agak sempit.

Monitor Vios 2023

Bicara ruang, kami harus bilang soal ruang pandang pengemudi. Melihat ke depan, bukan masalah. Tapi geser sedikit pandangan ke kiri. Pandangan akan terganggu oleh layar multimedia 9-inci. Posisinya terlalu tinggi, sehingga menghalangi. Saat berjalan, kami mengalami kesulitan untuk mendapatkan pandangan serong kiri yang pas. Ini satu-satunya yang bikin kami kecewa. Lainnya, Vios G TSS ini cukup layak dapat pujian.

Pengendaraan & Pengendalian

Untuk menyesuaikan diri dengan mobil ini terbilang mudah. Posisi duduk yang pas bukan hal sulit untuk dicari. Apalagi setir sudah bisa tilt dan telescopic pengaturannya.

Fitur bantu TSS, meski tanpa kemampuan lane keeping assist, tapi sudah cukup memudahkan. Teknologi ini sudah bisa aktif saat mobil berjalan diatas 30 km/jam. Cruise control adaptif bekerja sebagaimana mestinya saat diaktifkan. Semuanya bisa Anda aktifkan melalui tombol di setir.

toyota Vios 2023

Pergerakan lingkar kemudi yang agak membingungkan. Saat diam atau digerakan di kecepatan rendah, setir terasa berbobot. Namun lajukan di kecepatan diatas 60 km/jam, terasa terlalu ringan dan kosong. Meski, respon pergerakan ban cukup baik.

Suspensi juga untuk di dalam kota diakui memang nyaman. Meski kompensasinya, manuver di kecepatan tinggi membuat kami sedikit waspada.

Ban standar ukuran 205/50 memberikan grip yang cukup baik. Paling tidak, melibas tikungan panjang pada kecepatan 50-60 km/jam masih meyakinkan. Dengan catatan, jalannya kering. Tapi ya itu tadi, suspensinya bekerja keras untuk menahan daya lateral.

Mesin & Performa

Toyota All New Vios diberikan mesin 2NR-VE. Ini bukan mesin baru memang, tapi pertama untuk Vios. Spesifikasi Toyota mengatakan tenaga puncaknya muncul pada 6.000 rpm sebesar 106 hp. Torsi tertinggi 138 Nm tersedia di 4.200 rpm.

Mesin 2NR-VE Vios

Transmisi CVT dipercaya untuk meneruskan daya ke roda depan. Perpindahannya halus memang. Tapi saat dihadapkan dengan kepadatan lalu lintas, terasa kalau kendali transmisinya seperti kebingungan. Efeknya, kadang ada rasa kasar yang muncul.

Tim Motomobi TV melakukan uji akselerasi untuk mobil ini. Tercatat 0-100 km/jam diselesaikan dalam waktu sekitar 11 detik. Dengan catatan kemiringan jalan dua derajat naik. Sementara konsumsi BBM dalam kota adalah 11 km/liter. Sedangkan jalan tol, 21 km/liter.

Kesimpulan

Mobil ini sangat cukup untuk jadi mobil keluarga yang digunakan sehari-hari. Ruang kabin lega, fitur lengkap, dan nama besar Toyota. Performa juga cukup. Meski ada saja yang menurut kami harus ditingkatkan.  Namun apa yang dibuat oleh Toyota, sukses mempertahankan jati diri Vios sebagai sedan keluarga yang praktis, mudah digunakan. Soal daya tahan, waktu yang akan berbicara.

Toyota All New Vios G CVT TSS yang kami uji, dihargai Rp 368.400.000 (OTR DKI) adalah yang paling mahal. Di bawahnya ada Vios G CVT (tanpa TSS) seharga Rp 355,2 juta. Paling standar, All New Vios E bertransmisi manual. Harganya Rp 314 jutaan.

Mahal? Mungkin. Tapi untuk sedan entry level, kisaran harganya memang seperti itu. Honda City terbaru, yang hanya punya satu varian lengkap dengan Honda Sensing, harganya Rp 373.900.000. Mazda 2 Sedan Rp 344.400.000. Semua OTR DKI.

Review Citroën C3, Pendatang Baru di Segmen Ramai

PT Indomobil Wahana Trada, selaku agen pemegang merk Citroën di Indonesia, membuktikan komitmennya dengan menghadirkan sejumlah produk Citroën untuk pasar Tanah Air. Salah satunya ialah C3. Mobil compact crossover ini bakal menjadi produk volume-maker Citroën di Tanah Air. Uniknya, C3 yang diniagakan di Indonesia merupakan unit dengan platform CC21, alias C3 yang juga dipasarkan di India dan Amerika Selatan. Berbeda dengan Citroën C3 yang dipasarkan di Eropa.

Sebenarnya konsumen Indonesia tak perlu risau dengan produk ini. Karena CC21 ini mengadopsi Citroën Common Modular Platform dan C3 menjadi model pertama yang diproduksi di dalam program Citroën C-Cubed. Desainnya terlihat sederhana, namun tetap atletis layaknya sebuah Sport Utility Vehicle (SUV). Bagian depannya didominasi dengan lubang udara yang besar dan sepasang aksen chrome beserta 4 buah daytime running lamps.

Lampu utamanya berada di atas lampu kabut berbentuk bundar dan berada dalam bingkai hexagonal berwarna ceria. Citroën C3 ini memiliki aksen dan kombinasi warna eksterior yang kontras, seperti biru dan putih, abu-abu dan hitam, oranye dan hitam, serta putih dan oranye. Pilar A dan B, serta roof rail Citroën C3 ini dilabur warna hitam. Citroën sengaja memasang panel body moulding di sekujur bodi C3. Velgnya pun mengadopsi desain yang unik dan berwarna two-tone.

Interiornya menyiratkan desain unik yang fungsional, khas mobil Prancis. Terdapat layar sentuh berukuran 10 inci, lubang udara berdesain unik, instrument cluster digital, dan lingkar setir yang sederhana. Lebih lanjut, posisi tuas lampu di sebelah kanan dan wiper di sebelah kiri sudah menyerupai kendaraan Asia lainnya. Karena biasanya mobil Eropa posisinya tetap seperti versi setir kiri.

Citroën juga menyuguhkan fitur Android Auto, Apple CarPlay, voice recognition, dan ruang bagasi berkapasitas 315 liter. Ground clearance Citroën C3 juga cukup memadai untuk sebuah SUV kompak, sepertinya memang sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia.

Untuk pasar Indonesia, hanya ada pilihan mesin 3 silinder 1.2 liter bertenaga 81 hp yang digandengkan dengan transmisi manual 5-speed. Keputusan ini memang cukup menantang, karena belum ada pilihan transmisi selain manual tersebut. Semoga saja dalam waktu dekat Citroën memberikan opsi transmisi lainnya. Kami pun mendapat kesempatan untuk merasakan langsung Citroën C3 ini di Kawasan BSD City, Tangerang Selatan. Setidaknya, impresi singkat ini mampu menjawab rasa penasaran kami sejak bulan November 2022 silam.

Memasuki kabinnya, jok depan memang cukup baik menopang tubuh pengemudi maupun penumpang depan. Tapi menurut kami, posisi penempatan joknya masih belum optimal. Sedangkan untuk jok belakang, dirasa cukup oke dan sepertinya mampu membuat penumpang tetap merasa nyaman, meski dalam perjalanan jauh sekalipun. Bentuk atap yang tinggi, membuat visibilitas berkendara lebih leluasa.

Suara mesin memang terdengar cukup nyaring saat kondisi stasioner. Tapi uniknya, suara mesin tersebut mulai berubah senyap saat Citroën C3 mulai melaju. Bahkan suara knalpot yang dihasilkan saat berakselerasi, terdengar begitu mengasyikkan (throaty exhaust note). Padahal mesinnya bukan yang berkarakter sporty, cenderung disesuaikan untuk penggunaan dalam kota. Respons mesin di putaran bawah cukup baik, sehingga membuat C3 ini dapat lincah di kondisi jalan padat.

Sayangnya, ketika putaran mesin menengah hingga atas, performanya mulai terasa datar. Seandainya didukung fitur turbocharger, mungkin akan lain ceritanya. Lagipula, kami memang suka turbo… Pengoperasian pedal kopling dan tongkat transmisi manualnya juga terasa ringan serta tidak menyulitkan. Hanya, tentu akan lebih baik lagi jika Citroën juga menghadirkan C3 versi ‘dua pedal’.

Membahas mobil Prancis, tentu banyak yang menyoroti aspek kenyamanan berkendara. Walaupun Citroën tidak menyematkan sistem hydropneumatic legendarisnya, namun settingan suspensi C3 terbukti menyimpan kenyamanan tersendiri. Kami malah tergugah untuk membuktikannya di kecepatan ‘agak tinggi’.

Ketika kami menghajar speedbumps maupun polisi tidur di kecepatan rendah (sekitar 20-25 km/jam), guncangannya cukup terasa dan sesekali hingga menyentuh stopper sokbrekernya. Tapi, jika kami melibasnya di kecepatan di atas 40 km/jam, maka peredamannya akan terasa nyaman. Bahkan di atas kecepatan 50 km/jam, malah lebih baik lagi. Heran…

Memang kami merasa ada sejumlah hal yang dapat dioptimalkan oleh Citroën terhadap C3 platform CC21 ini. Namun setidaknya dengan kembalinya Citroën, salah satunya dengan memboyong C3 ini, berpotensi untuk meramaikan segmen yang gemuk di pasar Indonesia. Lagipula, konsumen pun jadi memiliki pilihan baru dengan hadirnya Citroën C3 ini.

Review Wuling Almaz Hybrid, Percaya Diri di Segmen Baru

Wuling resmi meluncurkan Almaz Hybrid di Indonesia pada 3 November 2022 silam. Sport Utility Vehicle (SUV) kelas medium ini sekaligus menjadi mobil Wuling hybrid pertama di Tanah Air. Sesuai nama yang diusung, SUV ini menggunakan perpaduan antara dua jenis sumber tenaga, yaitu mesin konvensional dan motor listrik.

Kombinasi sumber tenaga tersebut membuat performa berkendara Wuling Almaz Hybrid semakin mantap, menghasilkan efisiensi bahan bakar yang baik, dan pastinya rendah emisi gas buang. Bahkan Wuling Almaz Hybrid mengaplikasikan teknologi Multi-mode Hybrid Performance yang terdiri dari EV Mode, Series Hybrid Mode, dan Parallel Hybrid Mode.

Selain mengimplementasikan teknologi hybrid dengan Multi-mode Hybrid Performance, Almaz Hybrid pun dibekali jajaran inovasi, mulai dari Advanced Driver Assistance System (ADAS), Internet of Vehicle (IoV) hingga Wuling Indonesian Command (WIND). Ketiga memang sudah menjadi ciri khas dari sejumlah produk Wuling yang dipasarkan di Indonesia.

Dengan kata lain, paduan mesin bensin dengan motor listrik melalui sistem hybrid pada SUV ini diklaim mampu menghadirkan rasa berkendara yang menyenangkan. Inovasi lengkap untuk mendukung kenyamanan berkendara sekaligus memberikan ketenangan dan perlindungan secara aktif turut hadir dalam Almaz Hybrid ini.

Wuling Almaz Hybrid dibekali dengan mesin bensin 4 silinder Atkinson-cycle berkapasitas 2.0 liter yang bertenaga maksimal 123 hp dan torsi sebesar 168 Nm. Selain itu, terdapat motor listrik yang mampu memproduksi tenaga setara 174 hp dan torsi 320 Nm. Tentu saja ada juga baterai ternary lithium berkapasitas 1.8 kWh. Seluruh output yang dihasilkan selanjutnya disalurkan menuju roda depan melalui Dedicated Hybrid Transmission.

Tiga mode berkendara

Sajian utama yang langsung menjadi fokus kami ialah merasakan beberapa mode berkendara yang ada pada Wuling Almaz Hybrid ini. Yang pertama ialah EV Mode, yakni ketika roda digerakkan oleh motor listrik mengambil energi listrik yang berasal dari baterai ternary lithium. SUV ini diklaim mampu melaju dengan motor listrik saja hingga kisaran kecepatan 30 km/jam.

Namun kami sempat melaju lebih cepat dan masih hanya motor listrik saja yang beroperasi, hingga kecepatan di atas 45 km/jam. Hal tersebut tentu saja terkait dengan gaya mengemudi, kondisi baterai, serta penggunaan daya listrik yang ada pada mobil.  Meski melaju senyap, torsi yang tersedia untuk melaju pun tetap melimpah.

Memasuki Series Hybrid Mode, yakni kondisi roda masih digerakkan oleh motor listrik, namun mesin bensin beroperasi mengisi daya listrik pada baterai melalui motor generator. Kami merasakan mesin bensin mulai hidup, namun output yang dihasilkan tetap halus, tanpa lonjakan seketika. Ada dua hal  yang kami rasakan saat mesin bensin mulai beroperasi, yaitu lampu bertulisan ‘HEV’ pada meter cluster TFT dan ada sedikit getaran pada lingkar setir.

Selanjutnya, untuk performa berkendara yang maksimal maka Almaz Hybrid langsung menyuguhkan Hybrid Parallel Mode. Kondisi ini ialah mesin bensin dan motor listrik beroperasi untuk menghasilkan daya penggerak roda secara bersamaan. Kami mengujinya di saat mendahului kendaraan di depan dan dalam kondisi jalan yang menanjak.

Belasan fitur di dalam ADAS

Perbedaan performa suspensi memang tidak terlalu signifikan dengan Almaz bermesin konvensional, malah terasa ayunannya yang lebih empuk. Mungkin saja hal ini karena adanya komponen motor listrik dan baterai tambahan. Saat mengendarai Almaz Hybrid, permainan pedal gas memang perlu penyesuaian selama beberapa saat. Sebab luapan torsi di kecepatan rendah memang cukup terasa, sehingga akselerasi dari posisi diam pun terasa kuat.

SUV ini adalah lini produk kedua Wuling yang mengusung fitur ADAS. Inovasi ini terbagi menjadi 4 kategori dengan total 12 fitur. Kategori pertama ialah Adaptive Cruise yang memungkinkan pengaturan kecepatan jelajah dan penyesuaikan jarak aman dengan kendaraan di depannya secara otomatis. Lalu, Lane Recognition menjaga agar kendaraan tidak keluar dari lajur jalan.

Kemudian, Safe Distance & Braking Assistance yang siaga memberikan peringatan hingga mitigasi secara aktif berupa pengereman darurat otomatis saat kendaraan menghadapi situasi yang berpotensi bahaya. Tak ketinggalan, Automatic Lamp yang membantu pengemudi berkendara di malam hari melalui pengaturan ketinggian lampu utama yang menyesuaikan pencahayaan sekitar.

Di bawah ‘angka sakral’ Rp 500 juta

Inovasi Wuling Remote Control App melalui teknologi Internet of Vehicle (IoV) menghubungkan pengguna dengan kendaraannya melalui jaringan internet yang dapat diakses melalui melalui aplikasi MyWuling+ dan Head Unit. Sedangkan Wuling Indonesian Command (WIND) dapat diakses dengan kata kunci ‘Halo Wuling’ dan perintah suara berbahasa Indonesia dengan mudah. WIND membantu pengguna untuk tetap fokus berkendara dan tetap nyaman selama perjalanan.

Dengan banderol Rp 470 juta (on the road DKI Jakarta), mobil ini berada di bawah ‘angka sakral’ Rp 500 juta di pasar otomotif Tanah Air. Wuling sendiri menyediakan program pembelian unit Almaz Hybrid melalui skema SGMW Multifinance, dengan down payment mulai dari Rp 100 jutaan, sedangkan angsurannya mulai dari Rp 8 jutaan.

Jika dilihat dari segmen dan harga jual (on-the-road DKI Jakarta), menurut kami sepertinya kompetitor terdekat SUV ini ialah Toyota All New Kijang Innova Zenix V Hybrid. Kalau saja Anda sedang menyasar produk SUV dan tertarik dengan teknologi hybrid dan sederet fitur penunjang berkendara dari Wuling, maka Almaz Hybrid bisa menjadi salah satu pilihan saat ini.

Mazda 2 Hatchback_1

Review Mobil Bekas: Mazda 2 Hatchback, Tampilan Oke dan Bertaburan Fitur

Mazda 2 Hatchback ialah sebuah hatchback lansiran Mazda yang pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 2009. Desain menarik dan dinamis, disertai dengan aneka fitur yang cukup lengkap di segmennya. Hal tersebut membuat Mazda 2 Hatchback memiliki banderol sedikit di atas para kompetitor terdekatnya.

Walaupun harganya tergolong tinggi untuk hatchback 1.500 cc, penjualan Mazda 2 dapat dikatakan cukup sukses. Apalagi kalau bukan karena desain yang manis, fitur lengkap, mesin yang bertenaga, dan efisien bahan bakar. Rival terdekat Mazda 2 Hatchback saat itu ialah Honda Jazz, Toyota Yaris, Suzuki Swift, dan Ford Fiesta. Lalu muncul generasi kedua pada akhir 2014, seperti yang ada di halaman ini. 

Eksterior Mazda 2 Hatchback memang menggabungkan beberapa aspek, terkesan elegan tapi tetap terlihat sporty. Mengusung desain KODO dengan lekukan bodi yang dinamis. Ini terlihat melalui lekukan bodi samping dan shark fin antenna yang bertengger pada atap. Diiringi headlamp dengan LED projector dan DRL melingkar. Tak ketinggalan sepasang foglamp untuk mendukung visibilitas pengendara ketika hujan lebat atau berkabut.

Mazda 2 Hatchback memiliki panjang bodi sekitar 4 meter. Tingginya tidak sampai 1,5 meter dan lebarnya nyaris 1,7 meter. Sedangkan ground clearance 152 mm membuat mobil ini tetap nyaman dipakai di perkotaan. 

Khusus pada versi GT yang kami review kali ini, menggunakan velg alloy 16 inci yang dibalut ban berukuran 185/60 R16. Lampu belakang yang memiliki desain seperti mata burung hantu menjadi salah satu keunikan produk Mazda ini. Garnish pada bagian bawah bumper belakang dan rear roof spoiler ikut menambah kesan sporty.

Masuk ke bagian interior, maka Anda akan menemui atmosfer yang didominasi kelir hitam. Namun ada kesan modern, berkat tombol dan instrumen pada dashboard. Khusus pada tipe GT, sudah dilengkapi dengan paddle shift, Active Driving Display, dan Mazda Navigation System. Active Driving Display merupakan fitur berupa head-up display yang menampilkan kecepatan serta navigasi dengan cara dipantulkan ke kaca depan, sehingga tidak mengganggu konsentrasi pengemudi.

Fitur unik lainnya adalah Commander Control, yaitu switch multifungsi yang terletak di bagian console tengah untuk mengatur fitur multimedia dengan mudah. Aneka fitur canggih lain juga dihadirkan seperti Mazda Connect, TFT Touchscreen berukuran 7 inci, Steering Wheel Audio Control, Drive Selection Mode, dan sebagainya.

Kabin hatchback ini banyak mengakomodir pengemudi dan penumpangnya. Ruang kaki dan ruang kepala pada baris pertama maupun kedua, dirasa cukup baik sehingga nyaman untuk dikendarai dalam perjalanan jauh. Fleksibilitas pengemudi juga maksimal dengan fitur tilt dan teleskopik steering pada lingkar setir.

Di balik kap depannya, terdapat mesin SKYACTIV-G 1.5 liter yang mampu memberikan tenaga maksimal sebesar 109 hp dan torsi puncak 144 Nm. Tenaga mesin disalurkan ke roda depan melalui transmisi otomatis 6-speed, namun ada juga yang dilengkapi dengan transmisi manual 6-speed. Dukungan teknologi SKYACTIV-BODY dan SKYACTIV-CHASSIS memberi andil kepada performa Mazda 2 Hatchback ini.

Settingan suspensinya memang mengedepankan unsur fun to drive dan kedinamisan berkendara, karena nyaris tidak ada gejala bodyroll ketika bermanuver. Kestabilan juga tetap terjaga ketika mobil ini dibesut di kecepatan tinggi. Jika Anda menginginkan sebuah hatchback berkarakter dinamis dan mampu digunakan sehari-hari, maka Mazda 2 Hatchback bisa jadi pilihan. Namun, Anda harus bisa kompromi dengan aspek kenyamanannya.

Harga mobil bekas Mazda 2 Hatchback seperti ini, mulai dari Rp 150 jutaan hingga Rp 200 jutaan. Tergantung tahun dan kondisinya. 

Hyundai Palisade AWD_!

Hyundai Palisade AWD, Si Bongsor Yang Menyenangkan Untuk Rute Jarak Jauh

Akhirnya kami berkesempatan untuk bisa mengetes Hyundai Palisade AWD 2022 dengan rute yang agak jauh. Ya, kami mencoba melintasi tol Jawa Tengah dengan tujuan Jakarta-Salatiga-Semarang-Jakarta. Di benak kami ketika ingin berkendara atau berpergian jarak jauh, idealnya menggunakan kendaraan yang nyaman. Tidak lupa kaya akan fitur, punya kabin yang lapang, dan tenaga yang cukup untuk dapat melibas jalan bebas hambatan. Jadi, Hyundai Palisade AWD kami pilih untuk melihat, apakah mobil ini memiliki kemampuan tersebut.

Sport Utility Vehicle (SUV) besar ini sejatinya telah hadir di Indonesia sejak akhir 2020 dan mengalami facelift pada pertengahan tahun 2022. Hyundai Palisade sendiri seakan membuka kelas baru. Karena dia seperti bermain sendiri di segmen SUV bongsor dngan platform monokok. Hyundai Palisade memiliki mesin turbo diesel, dibekali captain seat, panoramic sunroof, Apple CarPlay, fitur ventilated & heated seat, dan lainnya.

Ciri khas SUV ini memang pada bentuknya yang intimidatif, terlihat jelas melalui grille berukuran besar berwarna hitam. Kabin luas disertai konfigurasi kursi yang nyaman, adanya captain seat membuat penumpang baris kedua tidak cepat merasa lelah ketika bepergian jauh. Bagasi yang super besar diperoleh ketika kursi baris ketiga dilipat untuk diisi dengan barang bawaan.

Walaupun dimensinya besar, Hyundai Palisade ternyata menyenangkan saat diajak lari-lari kecil di tol lintas Jawa. Di balik kap depan, ada mesin Smartstream D2.2 CRDi berkapasitas 2.2 liter dengan perabotan variable geometry turbocharger. Mesin ini mampu menyemburkan tenaga 197 hp dan torsi 440 Nm. Output tadi disalurkan keempat rodanya melalui transmisi otomatis 8 speed ke keempat rodanya. Kenapa keempat roda, karena unit yang kami coba ini ialah varian all-wheel drive (AWD).

Untuk mode traksi, terdapat tiga pilihan yang bisa digunakan sesuai dengan kondisi jalan yang ditempuh, mulai dari Snow, Mud, serta Sand (karena ini AWD). Lebih lanjut, ada mode berkendara Eco, Comfort, Sport, dan Smart.

Fitur-fitur keselamatan juga tidak luput di Hyundai Palisade facelift ini. Ada Forward Collision Assist, Lane Keeping Assist & Lane Following Assist, Blind Spot Collision-Avoidance Warning, Driver Attention Warning dan Rear Cross Traffic Collision-Avoidance Assist. Lalu ada juga High Beam Assist, Blind Spot View Monitor, Surround View Monitor, Safe Exit Assist hingga Smart Cruise Control.

Tidak ketinggalan, Hyundai Palisade facelift ini sudah dilengkapi dengan fitur Bluelink yang terkoneksi dengan smartphone. Dengannya, kita bisa mengetahui kondisi bahan bakar, posisi mobil, menyalakan mobil, menyalakan ac mobil, sampai membuka kunci mobil hanya menggunakan smartphone yang terhubung dengan Bluelink mobil tersebut.

Hyundai Palisade 2022 juga dilengkapi TFT Color Touch Display Audio berukuran  12,3 inci dengan tampilan digital yang dapat mengakses ke gadget Anda melalui Apple Car Play atau Android Auto. Lalu disediakan juga dua port USB-C Charging di tiap baris dan ada juga wireless charging di bagian depan. Tidak ketinggalan, telinga Anda akan sangat dimanja oleh dentuman empuk yang berasal dari Infinity Premium Audio dengan 12 speaker.

Karena ini varian AWD, kami sudah punya menduga bahwa konsumsi bahan bakarnya tidak akan sebaik yang varian 4×2. Benar saja, saat kami menjajal Hyundai Palisade 4×2 pada tahun lalu dengan rute Jakarta-Semarang, kami mendapatkan konsumsi BBM rata-rata di 1 liter untuk 16 kilometer. Sedangkan untuk yang versi AWD, kami mencatat rata-rata 1 liter untuk 12 kilometer. Sebetulnya hal ini tidak terlalu mengganggu, karena dengan sistem penggerak AWD kami merasa yakin membesutnya di kecepatan tinggi.

Panjang bodinya yang nyaris 5 meter, mungkin dirasa tidak terlalu praktis untuk penggunaan dalam kota. Namun, jika Anda gunakan untuk perjalanan jarak jauh, SUV ini seolah memiliki dimensi yang jauh lebih singset. Suka SUV bongsor? Mungkin Hyundai Palisade cocok untuk mengisi garasi Anda.

Fariz ‘Ogut’

Editor: Aldi Prihaditama

KIA Grand Carnival

KIA Grand Carnival Tempuh Lebih Dari 750 km Tanpa Refuelling

Perjalanan jarak jauh melalui jalan darat tentu menjadi salah satu pilihan healing bagi banyak orang bersama keluarga atau kerabat terdekatnya. Jika menggunakan mobil pribadi, aspek kenyamanan berkendara biasanya berada di poin teratas, hal ini juga terkait dengan ruang kabin yang lapang. Jika mobil tersebut disertai dengan output mesin mumpuni dan konsumsi bahan bakar yang efisien, maka kombinasinya menjadi optimal. Sepertinya semua ini yang diramu oleh KIA dalam menciptakan Grand Carnival.

Ya, multi-purpose vehicle (MPV) mewah ini telah diperkenalkan pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 lalu. KIA Grand Carnival ini menggantikan model KIA Grand Sedona dan mengisi segmen MPV dengan kapasitas tempat duduk 11 penumpang (11-seater). Saat ini PT Kreta Indo Artha, selaku agen pemegang merk KIA di Indonesia, memasarkan Grand Carnival dengan dua varian, yaitu Premiere dan Dynamic.

Keunggulan MPV ini memang pada kapasitas penumpangnya, hal tersebut tentu berkat dimensi panjang 5.155 mm, lebar 1.995 mm, tinggi 1.740 mm, dan wheelbase 3.090 mm. Ya, kami anggap memang bongsor, wajar saja jika ingin memiliki kapasitas tempat duduk nyaris selusin penumpang. Oke, kalo dimensinya besar tentu harus didukung dengan mesin dengan output yang baik. Grand Carnival mengusung mesin diesel 4 silinder Smartstream D2.2 CRDi berkapasitas 2.2 liter dengan variable geometry turbocharger. Mesin ini dipadu dengan transmisi otomatis 8-speed.

Ketika MPV dengan kode bodi KA4 ini tampil di GIIAS 2021 silam, timbul rasa penasaran kami. Sejauh mana perpaduan bodi yang besar dan mesin diesel 4 silinder, mampu memberikan kepuasan bagi pengguna Grand Carnival. KIA Indonesia lalu menjawabnya dengan ‘tantangan satu tangki bahan bakar diesel’ dari Grand Carnival, untuk melakukan perjalanan dari Jakarta sampai Surabaya.

Eco-driving menjadi high-speed cruising

Jika menurut aplikasi Google Maps, rute yang ditempuh tak kurang dari 750 kilometer dan perjalanan ini ‘dimodali’ dengan 80 liter bahan bakar diesel.  Di awal perjalanan, kami berencana untuk mengemudi dengan gaya berkendara hemat bahan bakar, namun rencana tadi gagal total. Mesin Grand Carnival dengan tenaga 199 hp memang menggoda untuk dipacu. Apalagi torsi puncak 441 Nm, membentang dari putaran 1.750 hingga 2.750 rpm. Hasilnya, rencana eco-driving pun berubah menjadi high-speed cruising.

Kenikmatan berkendara ditunjang juga dengan transmisi otomatis 8-speed dengan fitur e-shift dan empat mode berkendara (Normal, Sport, Eco, Smart). Berkat torsi mesin yang melimpah dan rasio gigi transmisi yang banyak, KIA Grand Carnival seolah tidak pernah kehabisan nafas. Jangankan untuk menyusul kendaraan yang lebih pelan di jalur kiri, untuk mendahului truk gandeng di jalan panjang yang menanjak di sekitar Ungaran pun dapat diselesaikan dengan mudah. Bahkan kami tanpa perlu kickdown!

Menjelang wilayah Jawa Timur, kami menyimpulkan bahwa kecepatan jelajah yang dilakukan ialah 120 km/jam ++. Kenapa ada embel-embel ++? Karena kami malu untuk mengungkapkan ‘pencapaian’ yang lainnya. Sebagai ilustrasi, melaju pada kecepatan 120 km/jam di jalanan rata dengan mode berkendara Smart dan transmisi di gigi 8, maka putaran mesin KIA Grand Carnival berada di sekitar 2.000 rpm. Ingat, di putaran mesin tersebut torsi puncak 441 Nm masih tersedia.

Jumlah BBM masih tersisa untuk lebih dari 330 km

Memasuki titik pemberhentian di Surabaya, kami dan beberapa rekan media lain pun tercengang dengan jumlah bahan bakar yang tersisa. Ya, perjalanan high-speed cruising selama hampir 12 jam (dengan beberapa kali melipir di rest area) yang kami selesaikan, ternyata masih menyisakan sepertiga bahan bakar diesel. Bahkan estimasi jumlah bahan bakar tersebut dianggap masih memungkinkan kami untuk melaju sejauh lebih dari 330 kilometer lagi!

Ada beberapa poin yang dapat kami simpulkan melalui one-tank challenge bersama KIA Grand Carnival ini. Kabin dengan banyak tempat duduk, belum tentu tidak mampu memberikan kenyamanan bagi penumpang. Mesin berkapasitas tidak terlalu besar bukan berarti tidak memiliki output yang optimal. Tak ketinggalan, kombinasi bodi MPV yang besar dan pilihan mesin yang tepat, terbukti tetap memiliki peluang untuk menyuguhkan efisiensi bahan bakar yang amat baik.

Rentang konsumsi bahan bakar yang kami peroleh dalam perjalanan bersama KIA Garnd Carnival tersebut ialah berkisar antara 13,2 hingga 15,5 kilometer per liter. Tentu saja semua ini tergantung dengan gaya berkendara, serta kondisi lalu lintas yang ditempuh. Jika saja perilaku kaki kanan dalam menginjak pedal gas lebih ‘manusiawi’, maka angka konsumsi bahan bakar bakal jauh lebih baik. Tapi sepertinya agak sulit, karena kami suka turbo…