Hyundai Ioniq 5 review

Review Hyundai IONIQ 5: Menuju Timur Jawa Bawa Balita

Dalam tajuk #motomobimaukemana pada kesempatan kali ini kami ditugaskan melakukan review Hyundai IONIQ 5 untuk berlibur dengan keluarga. Sebelumnya, mobil ini pernah kami uji untuk perjalanan media drive dari Jakarta ke pulau Bali.

Kali ini, Hyundai IONIQ 5 dikendarai dalam kondisi sebenarnya, menuju Kota Surabaya. Diisi dua dewasa plus seorang balita. Serepot apa? Yang pasti, ini mobil enak. 

Interior & Kelengkapan

Posisi mengemudi membuat kami enjoy untuk melakukan perjalanan jauh. Pengaturan yang fleksibel membuat proses menemukan posisi terbaik lebih mudah. Kursi pengemudi dapat diatur secara elektrik 8-way ditambah dengan lumbar support. Ini penting untuk kenyamanan perjalanan jauh. Terdapat juga penghangat dan pendingin jok serta kemampuan memory seat untuk kursi depan.

Meskipun pada mobil yang kami uji mulai terasa kalau ini adalah kendaraan uji Hyundai yang selalu sibuk, tapi kualitasnya masih bisa diapresiasi. Semua berfungsi dengan semestinya. IONIQ 5 juga dibekali dengan audio racikan BOSE yang konsisten memberikan suara yang enak didengar.

Kursi penumpang bagian belakang dan belakang didesain lebar. Memberikan ruang duduk yang luas. Salah satu fitur penting adalah ISOFIX. Memungkinkan kami membawa Car Seat untuk balita. Selain itu, kami suka dengan ruang kaki yang ditawarkan EV ini.

Hal kedua yang juga menyenangkan adalah karena ini EV, jadinya senyap. Seperti itulah peredaman kabin Hyundai IONIQ 5 ini. Suara-suara kendaraan dari luar minim menelusup.

Walaupun keseluruhan kabin terlihat simple, mudah dipahami dan desainnya futuristis, tapi jujur saja, desain seperti ini cepat membuat bosan.

Pengendaraan & Pengendalian

Inoiq 5 long range

Seperti yang kita ketahui jalan tol di Indonesia terutama Tol MBZ & Tol Trans Jawa memiliki kontur yang tidak rata. Cenderung menyebalkan. Hyundai Ioniq 5 memiliki modal untuk menangani jalan seperti itu.

Di depan, kaki-kakinya mengandalkan konstruksi MacPherson Strut. Di belakangnya multi-link. Ini resep kaki-kaki mobil premium. Peredamannya sangat baik untuk guncangan kecil maupun besar, terasa sangat halus. Secara keseluruhan, kinerja suspensinya menyenangkan. Mengingat kami juga membawa balita di dalam mobil. Meski kadang, ban dengan profil rendah memberikan rasa keras di beberapa kondisi.

Bicara ban, geometry suspensi dan lebarnya jarak pijak (track) memberikan kestabilan yang meyakinkan. Meski kemudi terasa agak kosong, tipikal mobil listrik, kami suka rasanya. Presisi dan reaksi dari input pengemudi terasa cepat. Grip juga baik, meski ban di mobil ini sudah menempuh ribuan kilometer.

Perjalanan kami ke timur pulau Jawa juga dibantu beberapa kemampuan bantu berkendara. Yang kami sukai saat cruising di jalan tol adalah Adaptive Cruise Control dan juga Active Lane Keeping Assist yang dapat menjaga mobil untuk tetap pada jalurnya. Fitur ini sangat berguna sekali untuk perjalanan jauh. Meski di dalam kota akan sulit untuk digunakan.

Meski begitu, ada satu fitur yang menurut kami agak kontroversial: Forward Collision Avoidance Assist. Ini berguna untuk menghindarkan tabrakan depan. Namun mengingat jalanan Indonesia banyak kendaraan yang ‘sembrono’, membuat mobil ini tiba-tiba melakukan mitigasi secara mendadak.

Ini bikin efek domino. Pengendara di belakang juga kaget, lalu berpotensi terjadi tabrakan beruntun. Solusinya, kami matikan saja fitur ini. Sekedar masukan untuk para produsen mobil, akan sangat berguna kalau fitur ini ada, tapi jangan secara bawaan (default) aktif saat mobil menyala.

Performa & Konsumsi Baterai

SPKLU

Dengan baterai berukuran 72,6 kWh Hyundai IONIQ 5 yang kami uji dapat menempuh perjalanan sejauh 451 km. Keluaran tenaganya juga terbilang cukup besar yaitu 213,9 hp dengan torsi 350 Nm.

Tenaga tersebut sangat cukup sekali untuk melakukan perjalanan jauh. Pastinya, semakin digeber baterai mobil berkurang makin drastis. Tapi sebagai EV, mobil ini memberikan sensasi yang berbeda dengan mobil bermesin konvensional.

Akselerasinya linear dengan injakan pedal gas yang Anda lakukan. Tenaga mengalir tanpa jeda, dan ini yang kami bilang memberikan sensasi lain. Apalagi tanpa perpindahan gigi, segalanya terasa halus. Penumpang pun lebih ‘happy’.

Soal injakan gas, selama perjalanan menuju Kota Surabaya kami hanya melakukan pengecasan sebanyak tiga kali di Rest Area Km 130A (DC 200 kW), Rest Area Km 379A (DC 200 kW) dan Rest Area Km 519 (DC 200 kW).

Konsumsi baterai tercatat rata-rata 5 km/kWh dengan gaya berkendara kami dan cuaca berangin. Biaya yang kami keluarkan untuk melakukan charging dari Jakarta-Surabaya-Jakarta hanya Rp 800.000 ribuan saja. Waktu charging yang dibutuhkan juga terbilang cepat, rata-rata pengisian menghabiskan sekitar 40 menit dari sisa baterai 25 persen hingga 95 persen.

Kesimpulan

Overall, menurut kami Hyundai IONIQ 5 cocok sekali untuk menjadi melakukan perjalanan jauh. Kabin dan pengendaraan nyaman, performa mumpuni. Hanya saja, seperti EV yang lain, butuh penyesuaian rencana perjalanan, seperti mengukur jarak tempuh dan dimana Anda akan melakukan pengisian daya kembali. Mengingat SPKLU belum tersedia merata.

Hal yang harus Anda perhatikan selama perjalanan jauh menggunakan mobil listrik, yaitu ketersediaan SPKLU. Ya memang sudah hampir disetiap Rest Area besar di tol terdapat fasilitas isi ulang, hanya saja jumlah mesin pengisian masih terbilang sedikit sekali. Satu mesin charging hanya terdapat 2 DC CSS Type 2 saja atau AC charging.

Jika ada pengendara lain sedang melakukan pengisian Anda harus bersabar mengantri. Sedikit tips, Anda dapat melihat ketersediaan SPKLU dengan menggunakan aplikasi PLN Mobile, disana Anda dapat melihat apakah mesin pengisian sedang terpakai atau tidak dan melihat ketersediaan tipe ‘colokan’ untuk mobil Anda.

Terlepas dari semua itu, kami sangat senang bisa melakukan perjalanan jauh dengan mobil ini! Rasa menyetir yang memanjakan pengemudi, kabin yang lega dan nyaman, suspensi mumpuni untuk kenyamanan dan stabilitas. Kami suka mobil ini.

Reviewer: Rifqi Y. Laman
Editor: Indra A

Kendali regenerative braking Hyundai Ioniq

Regenerative Braking di Mobil Listrik, Efektifkah?

Belakangan ini, dengan makin banyaknya mobil dengan teknologi elektrifikasi, salah satu istilah yang makin populer adalah regenerative braking. Atau regen braking. Tapi kalau malas, biasanya hanya disebut regen (baca: rijen).

Kemampuan ini, biasanya ada di mobil hybrid biasa, plug-in hybrid atau mobil listrik (EV). Secara umum, regenerative braking adalah kemampuan untuk menyimpan energi kinetik saat kendaraan melakukan deselerasi. Energi tersebut kemudian dikonversi menjadi listrik, yang disimpan di baterai.

Hyundai Ioniq 6

Cara kerja lengkapnya, akan terlalu kompleks dan panjang untuk dibahas. Ini melibatkan motor listrik dan komponen lainnya. Tapi tidak melibatkan gesekan rem. Makanya, kalau Anda lihai dalam mengoperasikan pengereman renegeratif, kanvas rem dan disc bisa awet.

Mencoba Ke Bali

Sebelumnya, kami tidak terlalu memperhatikan kemampuan ini. Yang kami rasakan, mobil melambat lebih cepat tanpa harus menginjak pedal rem. Namun ternyata sistem regenerative braking sekarang, lebih canggih dan efisien. Ini kami buktikan saat mengendarai Hyundai Ioniq 5 (dan Ioniq 6) dari Jakarta ke Nusa Dua, Bali, beberapa hari lalu.

Hyundai membekali Ioniq 5 dengan empat tingkat kekuatan regenerative braking. Plus kemampuan i-Pedal. Apakah siginifikan mengumpulkan energi listri untuk digunakan kembali? Di jalan tol, menurut kami ini hanya untuk ‘menabung’ sedikit demi sedikit supaya jarak tempuh bisa sedikit lebih jauh. Ingat, sedikit lebih jauh. 

Hyundai Ioniq 5

Kami katakan sedikit karena, seberapa banyak Anda melakukan deselerasi dibandingkan menginjak pedal gas, di jalan bebas hambatan (selain tol di Jakarta)? Tapi bagaimanapun, ini fitur yang bermanfaat. Pertama, selain ada tambahan energi listrik, juga seperti dikatakan tadi, menghemat penggunaan rem.

Contohnya, pada Ioniq 5 yang mengaktifkan regenerative braking level empat, rasanya seperti pindah dari gigi empat ke gigi dua di mobil manual. Dan menghasilkan tangkapan energi kinetik yang lebih besar. Untuk yang tidak biasa, ini akan membuat penumpang protes.

Pada Kenyataanya

Untuk itu, kami mengaktifkan pengereman regeneratif level tiga saat melaju di tol, dan tingkat dua di jalanan biasa dari Surabaya-Banyuwangi. Dengan memperhatikan jarak dengan kendaraan di depan, kaki kanan tidak perlu ‘rusuh’ menginjak rem terlalu sering. Kecuali saat darurat tentunya. Kalau sudah emergency, insting langsung menggusur kaki kanan ke pedal rem. Dan itu sah.

Untuk i-Pedal atau umumnya disebut one pedal driving (mengendarai dengan satu pedal), Anda bahkan tidak perlu menginjak rem. Tapi perhatikan juga, pedal gas harus dilepas dengan intuitif. Main asal lepas, mobil benar-benar mengerem dengan cepat.

Regenerative braking untuk overtaking

Satu hal yang kami suka, meskipun regenerative braking tidak terlalu signifikan memberikan energi untuk disimpan, tapi hasil yang disimpan itu, akan bermanfaat untuk manuver. Terutama akselerasi saat mendahului kendaraan lain. Ini kami rasakan saat melaju dari Surabaya ke Banyuwangi. 

Jadi, apakah perlu fitur ini? Jawabannya, kami tidak keberatan. Bagaimanapun, ini membantu menghemat baterai. Plus, kalau Anda sudah lihai, pedal rem tidak perlu sering-sering diinjak.