Mesin Legendaris WRX STI EJ20 vs. Evo 4G63T: Pilih Mana?
Selama lima dekade terakhir, pabrikan otomotif Jepang telah membuktikan kedigdayaan dan keunggulan mesin 4-silinder. Mesin 2 literan yang legendaris mampu melawan pamor performa mesin ber-cc besar bersilinder banyak.
Dua contoh yang paling konkret mungkin mesin Subaru EJ20 dan Mitsubishi 4G63T. Mesin yang digunakan mobil rally legendaris WRX dan Evo selama beberapa dekade.
Tak hanya di ajang rally WRC saja WRX STI dan Lancer Evolution jadi rival bebuyutan. Namun juga di antara kalangan para penyuka adu kebut di jalan raya.
4-Silinder Boxer EJ20
Mesin boxer 2.0-liter, turbo EJ20 yang muncul pada tahun 1989 pertamakali digunakan pada Subaru Legacy.
Impreza WRX STI baru menggunakan versi berikutnya seperti EJ20G, EJ20K, EJ205, dan EJ207 yang kesemuanya lebih kondang dengan sebutan “EJ20”. Khusus untuk Euro dan US-specs, mesinnnya berkode EJ25 dengan kapasitas 2.5-liter.
Konstruksi mesin boxer yang tidak tinggi, compact dan titik gravitasi yang rendah menghasilkan getaran yang lebih halus dibandingkan mesin 4-silinder segaris. Inilah salah satu alasan mengapa mesin ini terus dikembangkan hingga tahun 2019.
4G63T, Dari SOHC Jadi DOHC
Cikal bakal dari 4G63T berawal dari Lancer EX 2000 Turbo Euro-spec yang tampil perdana di Frankfurt Motor Show 1979. Versi awal 4G63T adalah mesin SOHC 8 katup dengan output tenaga 168 hp dan torsi 245 Nm.
Pada tahun 1989, kerjasama antara Mitsubishi Motors dan Chrysler melahirkan era baru 4G63T yang berubah dari SOHC menjadi DOHC 16 katup. Desain mesin 4-silinder 4G63T bertahan hingga muncul versi berkatup variabel MIVEC pada periode tahun 2005- 2007.
Performa Mesin Boxer vs I-4
Subaru Impreza WRX STi lahir pada tahun 1994 dengan dibekali mesin turbo EJ20 bertenaga 247 hp dan torsi 309 Nm.
WRX STI 2019 spec-JDM merupakan edisi terakhir sekaligus palling perkasa dari era mesin EJ20. Versi standarnya saja bertenaga 309 hp dengan torsi maksimum 422 Nm.
Generasi pertama Mitsubishi Lancer Evolution yang juga lahir di tahun 1994 dibekali mesin 4G63T bertenaga 244 hp dengan torsi 309 Nm.
Versi akhir era 4G63T muncul pada Evo IX RS dan GT periode 2005-2007. Outputnya mencapai 287 hp dengan torsi 407 Nm. Evo IX edisi terbatas berkode FQ-400 yang khusus dipasarkan di Inggris, dibekali mesin 4G63T versi 405 hp dan torsi 481 Nm.
Tuning? Pilih Mana?
Sebagai mesin boxer, konstruksi EJ20 memiliki dua kop silinder. Rancang bangun dan mekanisme kerja mesin lebih rumit dari mesin 4-silinder segaris. Meskipun menggunakan blok mesin aluminium, soal durabilitas, tak perlu diragukan.
Hanya saja, dengan dua blok silinder terpisah, EJ20 membutuhkan volume pelumas yang lebih banyak.
Berbekal blok mesin baja cetak, 4G63T tak ubahnya mesin 4-silinder segaris konvensional, hanya saja lebih canggih. Desain dan mekanisme komponen internal mesin tak serumit EJ20.
Namun tetap saja, bukan berarti tanpa kelemahan. Komponen seperti bearing kruk-as dan gasket kop silinder kadang harus lekas diganti.
Meskipun demikian, tetaplah kostruksi 4G63T yang mirip mesin konvensional jauh lebih mudah untuk diolah potensi performanya.
Tak hanya tersedia beragam komponen aftermarket yang melimpah di pasaran. Karakter tune-up dan modifikasi mesin yang terbilang “plug and play”… alias plek tinggal pasang, sudah bisa mendongkrak tenaga hingga 400 hp.
Dengan modifikasi ekstrem, mesin 2.0-liter ini mampu memuntahkan tenaga hingga 800 hp! Tak heran jika 4G63T sangat diminati.
Nah, mesin boxer seperti EJ20 tak banyak yang mampu memodifikasinya. Hanya melakukan tune-up dan modifikasi ringan tanpa mengganti komponen internal mesin, hasilnya tak akan seberapa.
Untuk bisa mendongkrak tenaganya menjadi 400-450 hp, banyak yang harus diubah. Mulai dari turbo besar dan rancang ulang jalur pipanya, kem, kruk as dan piston set plus ECU. Blok mesin aluminium standar masih tahan hingga 600 hp. Lebih dari itu, siapkan blok mesin khusus.
Nah, jadi… Anda pilih mesin legendaris yang mana?