Mitsubishi Lancer Milik Saber Bergrafis Batik Hokokai di OAM 2024

Modifikator dan produsen aftermarket Indonesia yang tergabung dalam aktivitas Saber Great of Indonesia telah tiba di Tokyo, Jepang. Mereka bersiap untuk menjemput mobil Mitsubishi Lancer Evolution IX MR milik Saber Industries di pelabuhan. Selanjutnya, tim tersebut akan melaksanakan sesi foto di Gunung Fuji, yang terletak di perbatasan Prefektur Shizuoka dan Yamanashi, Jepang.

Kegiatan yang diiniasi oleh National Modificator & Aftermarket Association (NMAA) ini sekaligus membuka agenda seri pertama Indonesia Modification & Lifestyle Expo 2024 (IMX) ‘Road to The World’. Seri perdana ini akan dilaksanakan di Osaka, sekaligus menjadi pemanasan dari IMX 2024 yang akan digelar Oktober mendatang.

Produk Indonesia Makin Dikenal

Mitsubishi Lancer Evolution IX MR milik Saber Industries ini dibawa untuk mewakili potensi besar industri modifikasi dan aftermarket Indonesia di Jepang dan internasional. 

“Kami mengikuti pameran Osaka Auto Messe 2024 dengan harapan mobil dan produk Indonesia bisa semakin dikenal luas. Ini merupakan kedua kalinya industri modifikasi dan aftermarket Indonesia membawa mobil modifikasi ke pameran berskala internasional,” kata Andre Mulyadi, Founder NMAA dan IMX Project Director.

Modifikator dan produsen aftermarket Indonesia akan memajang line-up terbarunya. Misalnya, produk lampu aftermarket dari Saber Industries, produk premium car dari WetShine, pelek Turbo Bastard Wheel, hasil kolaborasi dengan Free Flow Kustom. Bahkan Shizka Prive akan menampilkan rancangan busana batik Hokokai.

Colorful Indonesia

“Agenda kali ini lebih memfokuskan pada peningkatan kerjasama antara industri modifikasi Indonesia dan Jepang. Faktanya, para pelaku industri modifikasi dan aftermarket Indonesia terbukti mampu merealisasikan ide-ide kreatif,” imbuh Andre.

Grafis bertema Colorful Indonesia pada mobil ini, menghadirkan desain batik Hokokai yang diaplikasi melalui teknik hand painting dan canting batik. Grafis batik Hokokai punya irisan sejarah yang lekat dengan akulturasi budaya Indonesia dan Jepang. Motifnya banyak menggunakan bunga sakura, krisan, dahlia, dilengkapi tambahan motif kupu-kupu.

Mitsubishi Lancer Evolution IX MR dari Saber Great of Indonesia adalah peraih gelar ‘The Ultimate’ NMAA Top 50 dalam gelaran OLX IMX 2022. Mobil ini telah lulus kurasi oleh kurator modifikasi internasional. Menjadi bukti bahwa kreativitas dan inovasi industri modifikasi Indonesia semakin diakui di kancah global.

Mesin Legendaris WRX STI EJ20 vs. Evo 4G63T: Pilih Mana?

Selama lima dekade terakhir, pabrikan otomotif Jepang telah membuktikan kedigdayaan dan keunggulan mesin 4-silinder. Mesin 2 literan yang legendaris mampu melawan pamor performa mesin ber-cc besar bersilinder banyak.

Dua contoh yang paling konkret mungkin mesin Subaru EJ20 dan Mitsubishi 4G63T. Mesin yang digunakan mobil rally legendaris WRX dan Evo selama beberapa dekade.

Tak hanya di ajang rally WRC saja WRX STI dan Lancer Evolution jadi rival bebuyutan. Namun juga di antara kalangan para penyuka adu kebut di jalan raya.

4-Silinder Boxer EJ20

Mesin boxer 2.0-liter, turbo EJ20 yang muncul pada tahun 1989 pertamakali digunakan pada Subaru Legacy.

Impreza WRX STI baru menggunakan versi berikutnya seperti EJ20G, EJ20K, EJ205, dan EJ207 yang kesemuanya lebih kondang dengan sebutan “EJ20”. Khusus untuk Euro dan US-specs, mesinnnya berkode EJ25 dengan kapasitas 2.5-liter.

Konstruksi mesin boxer yang tidak tinggi, compact dan titik gravitasi yang rendah menghasilkan getaran yang lebih halus dibandingkan mesin 4-silinder segaris. Inilah salah satu alasan mengapa mesin ini terus dikembangkan hingga tahun 2019.

4G63T, Dari SOHC Jadi DOHC

Cikal bakal dari 4G63T berawal dari Lancer EX 2000 Turbo Euro-spec yang tampil perdana di Frankfurt Motor Show 1979. Versi awal 4G63T adalah mesin SOHC 8 katup dengan output tenaga 168 hp dan torsi 245 Nm.

Pada tahun 1989, kerjasama antara Mitsubishi Motors dan Chrysler melahirkan era baru 4G63T yang berubah dari SOHC menjadi DOHC 16 katup. Desain mesin 4-silinder 4G63T bertahan hingga muncul versi berkatup variabel MIVEC pada periode tahun 2005- 2007.

Performa Mesin Boxer vs I-4

Subaru Impreza WRX STi lahir pada tahun 1994 dengan dibekali mesin turbo EJ20 bertenaga 247 hp dan torsi 309 Nm.

WRX STI 2019 spec-JDM merupakan edisi terakhir sekaligus palling perkasa dari era mesin EJ20. Versi standarnya saja bertenaga 309 hp dengan torsi maksimum 422 Nm.

Generasi pertama Mitsubishi Lancer Evolution yang juga lahir di tahun 1994 dibekali mesin 4G63T bertenaga 244 hp dengan torsi 309 Nm.

Versi akhir era 4G63T muncul pada Evo IX RS dan GT periode 2005-2007. Outputnya mencapai 287 hp dengan torsi 407 Nm. Evo IX edisi terbatas berkode FQ-400 yang khusus dipasarkan di Inggris, dibekali mesin 4G63T versi 405 hp dan torsi 481 Nm.

Tuning? Pilih Mana?

Sebagai mesin boxer, konstruksi EJ20 memiliki dua kop silinder. Rancang bangun dan mekanisme kerja mesin lebih rumit dari mesin 4-silinder segaris. Meskipun menggunakan blok mesin aluminium, soal durabilitas, tak perlu diragukan.

Hanya saja, dengan dua blok silinder terpisah, EJ20 membutuhkan volume pelumas yang lebih banyak.

Berbekal blok mesin baja cetak, 4G63T tak ubahnya mesin 4-silinder segaris konvensional, hanya saja lebih canggih. Desain dan mekanisme komponen internal mesin tak serumit EJ20.

Namun tetap saja, bukan berarti tanpa kelemahan. Komponen seperti bearing kruk-as dan gasket kop silinder kadang harus lekas diganti.

Meskipun demikian, tetaplah kostruksi 4G63T yang mirip mesin konvensional jauh lebih mudah untuk diolah potensi performanya.

Tak hanya tersedia beragam komponen aftermarket yang melimpah di pasaran. Karakter tune-up dan modifikasi mesin yang terbilang “plug and play”… alias plek tinggal pasang, sudah bisa mendongkrak tenaga hingga 400 hp.

Dengan modifikasi ekstrem, mesin 2.0-liter ini mampu memuntahkan tenaga hingga 800 hp! Tak heran jika 4G63T sangat diminati.

Nah, mesin boxer seperti EJ20 tak banyak yang mampu memodifikasinya. Hanya melakukan tune-up dan modifikasi ringan tanpa mengganti komponen internal mesin, hasilnya tak akan seberapa.

Untuk bisa mendongkrak tenaganya menjadi 400-450 hp, banyak yang harus diubah. Mulai dari turbo besar dan rancang ulang jalur pipanya, kem, kruk as dan piston set plus ECU. Blok mesin aluminium standar masih tahan hingga 600 hp. Lebih dari itu, siapkan blok mesin khusus.

Nah, jadi… Anda pilih mesin legendaris yang mana?

Mitsubishi Lancer Evolution WRC

Terbit Bersinar Lalu Redup, Ini Kisah Mitsubishi di WRC

Coba jangan bayangkan Mitsubishi seperti sekarang, yang isinya didominasi oleh Xpander dan Pajero Sport. Mundur ke era 90-an dan sebutkan nama mobilnya. Kami terbayang Mitsubishi Colt T120 yang tangguh, Minicab yang biar kecil tapi bandel, Galant yang gagah dan bertenaga. Serta tentunya sedan kelas menengah, Mitsubishi Lancer.

Membahas Lancer lagi? Kenapa tidak. Kali ini yang ingin disorot adalah bangkit dan gugurnya Mitsubishi di arena rally. Kisah nyata ini harus diurut lagi ke belakang. Jauh ke belakang. Kurang lebih 100 tahun.

Mobil pertama Mitsubishi adalah PX33 yang muncul 1937, disebut sebagai sedan pertama yang dibuat di Jepang. Lalu datang musibah perang dunia kedua. Mitsubishi beralih membuat pesawat tempur mematikan, A6M ‘Zero’. Kalah perang, sang Tiga Berlian balik lagi bikin produk otomotif beroda seperti bis, truk, skuter dan motor roda tiga.

Termotivasi Orang Australia

Era 1960-an, saat ekonomi Jepang mulai tumbuh, mereka kembali mengeluarkan sedan pada tahun 1962. Bentuknya mungil, dinamai Mitsubishi Colt 500. Pastinya, supaya dikenal mereka menurunkan mobil itu di arena balap. Macau Grand Prix disambangi di tahun yang sama, untuk jadi ajang unjuk gigi dan menang.

Mitsubishi 500

Kemenangan itu membuat pengambil keputusan bersemangat. Mereka keluar dengan Mitsubishi Colt 1000 F tahun 1967, dan meminta bantuan pembalap Australia, Doug Stewart untuk mengujinya. Stewart melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan menyarankan untuk ikut rally Southern Cross di Australia.

Medan berat, cuaca kering diimbangi kelihaian Stewart memberikan hasil lumayan. Finish keempat dan ketiga. Hasilnya biasa saja memang, tapi inilah yang membuat Mitsubishi makin semangat ikut rally. Colt 1000 F turun di rally tersebut selama beberapa tahun.

Mendunia Berkat Petani Skotlandia dan Orang India

Tahun 1971, Mitsubishi menunjuk petani yang jadi pembalap, Andrew Cowan untuk jadi perally mereka di ajang Southern Cross. Menggunakan Mitsubishi Galant. Dia lalu sukses membawa ke podium juara. Meski kesulitan, tapi Galant 16G LS yang dikemudikannya mampu mengalahkan Nissan 240Z dengan selisih waktu 24 menit. Inilah kemenangan pertama Mitsubishi di ajang rally. Tahun 1973 bahkan mereka menduduki posisi satu sampai empat. Bukan main.

Kemudian di tahun itu lahir juga World Rally Championship (WRC). Mitsubishi tidak secara resmi mengikuti kejuaraan ini. Tapi ada satu orang dengan ketangkasannya mendaftar untuk ikut. Namanya Joginder Singh, orang India yang tinggal di Kenya.

Ia beli sendiri Mitsubishi Galant 16G LS dan ikut Safari Rally Kenya tahun itu. Tidak sukses. Tapi Joginder pantang menyerah. Tahun berikutnya, ia ikut lagi. Kali Ini Mitsubishi baru memperkenalkan Lancer 1600 GSR, itulah yang ia beli. Ingat, beli. Mitsubishi yang melihat kegigihan dan kepiawaian Singh kemudian turut memberikan dukungan untuk logistik.

Joghinder Singh Mitsubishi Lancer

Selama lima hari Joginder Singh mengendalikan Lancer 1600 GSR, mobil paling tidak bertenaga yang berlaga di Rally Safari 1974. Tapi Singh dan Lancer berhasil mempersembahkan kemenangan pertama Mitsubishi di arena WRC.

Tidak mau kehilangan talenta berharga, Joginder ‘the Flying Sikh’ dijadikan bagian dari tim reli Mitsubishi bersama Andrew Cowan. Keduanya cukup dominan di Safari Rally. Bahkan tahun 1976, finish satu dan dua. Kemudian Mitsubishi tiba-tiba berhenti dari kejuaraan WRC.

Sadar Diri

Saat sedang bersinar mereka berhenti. Tidak ada yang tahu pasti kenapa, tapi sepertinya para petinggi pabrikan Tiga Berlian ini menyadari, kompetisi WRC adalah sangat serius dan butuh modal ekstra untuk menghasilkan mobil yang bisa terus kompetitif, di segala medan di bumi ini.

Lancer 2000 Turbo WRC

Tahun 1980, saat Audi hadir dengan Quattro, makin disadari kalau era mobil penggerak roda belakang akan tamat riwayatnya di ajang reli dunia. Mitsubishi pernah mencoba untuk ikut di awal era 1980-an, menggunakan Lancer 2000 Turbo (di Indonesia satu marga dengan Lancer SL, beda spek). Tapi waktu terbaik mereka adalah empat menit lebih lambat dari Audi Quattro. Jadi tidak logis untuk terus partisipasi.

Di sisi lain, kejuaraan WRC makin populer berkat kegilaan mobil Group B yang seolah tidak dibatasi aturan. Ini membuat Mitsubishi gerah dan coba membangun mobil Group B. Mereka mencontoh Audi Quattro yang bobotnya condong ke depan dan hanya punya dua pintu. Platform yang dipakai adalah Mitsubishi Starion.

Mitsubishi Starion Group B

Starion adalah mobil coupe dua pintu berpenggerak 4WD, bukan AWD seperti Audi dengan Quattro-nya. Pengembangan Starion pun kerap didera masalah. Akhirnya, saat semua siap, Group B sudah ditutup setelah menelan beberapa nyawa penonton, pembalap. Namun ada kelas baru, namanya Group A.

Gelar Juara Pertama Untuk Orang Jepang

Beruntung, saat peraturan Group A diperkenalkan pada pertengahan era 1980-an, Mitsubishi sudah mengembangkan segala yang diperlukan. Termasuk sistem AWD terbaru, yang kemudian terpasang pada Galant VR-4.

Galant VR-4 adalah sedan empat pintu, punya kemampuan gerak empat roda, bermesin empat silinder dengan kode 4G63. Banyak sekali angka empatnya. Anda mengenalnya di Indonesia sebagai Eterna. Inilah langkah serius mereka untuk mendominasi ajang rally.

Mitsubishi Galant VR4 RS

Dibentuklah dua tim Ralliart untuk mendukung agenda tersebut. Ralliart Europe yang dipimpin Andrew Cowan akan mengikuti semua seri WRC di Eropa. Tim kedua, mengandalkan pereli legendaris Kenjiro Shinozuka, akan berlaga di kejuaraan Asia Pacific Rally Championship.

Kedua tim ini sukses. Apalagi Kenjiro yang jadi juara reli Asia Pacific 1988. Pria ini sempat turun di WRC yang bersamaan dengan seri APRC Australia, dan langsung menang. Menjadikannya orang Jepang pertama yang sukses di ajang tersebut.

Tim Ralliart Tiga Berlian pun terbilang cukup berhasil. Meski belum sempat jadi juara dunia, tapi hasilnya meyakinkan.

Tangan Besi Andrew Cowan

Kemudian pada 1993, peraturan WRC berubah. Kali ini lebih merangkul mobil-mobil dengan ukuran yang lebih compact. Dan Galant VR-4 tidak termasuk di dalamnya. Mitsubishi pun kembali ke meja gambar.

Mau tidak mau mereka harus membangkitkan kembali Lancer. Tapi seperti mobil keluarga di era tersebut, Lancer sudah berevolusi menjadi mobil gerak depan yang mengejar nilai ekonomis.

Lancer Evolution WRC

Lancer harus dibuat AWD dulu. Selain itu, peraturan Group A, juga mengharuskan mobil dibuat versi jalan raya dulu minimal 2.500 unit, dalam 12 bulan.  Soal jualan itu cerita lain waktu. Tapi secara teknis, mereka belajar banyak dari Starion dan VR-4. Langkah kedua, mesin harus dimodifikasi. Diputuskan untuk menjebloskan mesin legendaris 4G63T. Mesin hebat dengan blok yang terbuat dari baja. Makanya tahan banting. Mobil ini lalu hadir dengan nama Lancer Evolution.

Hasilnya memuaskan tapi belum cukup. Andrew Cowan lalu ditunjuk sebagai pemimpin pengembangan Lancer Evolution rally. Langkah yang ia lakukan cukup tegas dan drastis. Para engineer yang cuma duduk di laboratorium, ia bawa ke lapangan untuk melihat langsung kondisi apa yang harus dihadapi oleh Evo.

Lancer Evo I WRC

Otak cerdas para insinyur dipadukan dengan pengalaman Andrew Cowan membuat Evo terus berubah. Lancer Evo punya enam generasi dalam rentang waktu tujuh tahun. Mana ada mobil lain yang ganti model secepat itu.

Mulai Meresahkan

Tahun 1995, Colin McRae dan Subaru jadi juara dunia, tapi mengekor ketat di belakangnya adalah Mitsubishi dengan Evo. Ini dimungkinkan karena pada pertengahan musim tersebut, Cowan cs melakukan perubahan.

Lancer EVo III WRC

Pertama adalah merekrut orang Finlandia bernama Tommi Makinen sebagai pereli, kedua menambahkan diferensial aktif. Keduanya adalah kombinasi jitu. Apalagi kalau bertemu medan yang menuntut kecepatan tinggi dengan akurasi manuver tanpa kompromi.

1996 FIA mengubah peraturan WRC lagi. Kali ini, mobil yang turun tidak perlu dihomologasi, asal aturan teknis diikuti. Evolution III dilepas ke arena rally dunia tahun itu, dan hasilnya membuat kompetitor menggerutu. Yang hebat adalah, spesifikasi mobil ini masih berdasarkan regulasi Group A, alias mobil jalan raya yang dijadikan mobil rally.

Lancer Evolution III Sweden

Tapi dengan spek seperti itu, Evo III seperti setan jalanan. Mitsubishi sukses juara di medan salju Swedia. Kemudian, untuk pertama kalinya sejak Joginder Singh, Makinen menang di Safari Rally. Menyusul juara di Argentina, Finlandia dan Australia. Makinen tersenyum lebar. Gelar juara dunia WRC di tangannya, dan Mitsubishi kembali jadi raja.

Menjelang penutupan musim 1996, Mitsubishi memperkenalkan Lancer Evolution IV. Ini juga jadi catatan khusus. Evo IV adalah mobil WRC terakhir yang berbasis mobil jalan raya. Pabrikan lain sudah menyesuaikan dengan regulasi WRC yang berlaku.

Lancer evolution IV WRC

Tahun berikutnya Evo baru ini mulai berlaga. Dan tidak masalah dengan spek Group A yang dipakai. Makinen juara dunia lagi. Orang ini begitu mendominasi, sehingga siapapun berharap Tommi Makinen terkena penyakit supaya tidak turun reli.

Ditinggal Makinen

Evolution V kemudian mengikuti jejak ‘kakaknya’ dan sukses. Masih berdasarkan spesifikasi mobil jalan raya. Saat Subaru menghadirkan WRX yang khusus untuk WRC berpintu dua, Mitsubishi masih mengandalkan sedan empat pintu. Evo VI juga begitu. Toh, Tommi masih mendominasi WRC hingga 1999.

Kemudian, mereka yang kesulitan mengalahkan Evo menyuarakan kepada FIA, “Ini sebetulnya aturan yang dipakai yang mana? Regulasi WRC atau Group A? Kenapa Mitsubishi masih dibolehkan pakai Group A?” Kurang lebih begitu.

Tapi pertanyaan dari pihak luar lebih dalam, kenapa Mitsubishi harus bertahan dengan mobil reli yang dibangun dari sedan jalanan? Jawabannya adalah dana. Mitsubishi sebetulnya tidak sanggup untuk bikin mobil yang khusus digunakan untuk WRC

Tahun 2000, Mitsubishi Evo akhirnya ditumbangkan. Mereka hanya bisa menyelesaikan kejuaraan di posisi kelima. Tahun itu merek ‘baru tapi lama’ mendominasi, Peugeot 206.

Dimulailah masa suram Mitsubishi di WRC. Hingga akhirnya membuat mobil yang khusus untuk WRC. Namanya Lancer WRC, muncul di pertengahan musim WRC 2001. Mobil ini menggantikan Evo VI, tapi tidak sukses. Total, Makinnen hanya finish di tempat ketiga. Puncaknya tahun 2002 saat Makinen pindah ke rival terbesar, Subaru. Mitsubishi kemudian cuti dari WRC hingga 2004.

Lancer WRC

Tahun berikutnya, mereka masuk lagi dengan Lancer WRC04. Juga tidak sukses. Mitsubishi lantas undur diri dari WRC di akhir musim. Tidak lama, Ralliart juga menutup usahanya. Andrew Cowan pensiun. Beberapa tim privateer sempat dibuatkan Lancer WRC05 untuk musim reli 2006, tapi sekali lagi tidak berhasil. Meski begitu, Lancer Evolution jalan raya terus disukai penyuka kecepatan.

Tetap Hidup di Benak Semua Orang

Kendala utama apalagi kalau kesulitan finansial. Di luar balapan, Mitsubishi sampai harus banting setir dan membuat mobil-mobil keluarga yang mudah dipasarkan. Itupun dengan susah payah.

Kemudian datang skandal emisi gas buang di Jepang. Buntut dari kejadian itu, Mitsubishi diambil alih oleh Nissan. Yang, sayangnya tidak melihat urgensi sebuah Mitsubishi Lancer dan Lancer Evolution. Setelah Evo X, tahun 2016 nama Lancer tamat.

Betul tamat? Tidak juga. Di benak para penyuka mobil seperti kami, Mitsubishi bukan cuma pembuat mobil angkutan penumpang atau barang. Mitsubishi adalah nama yang membuat banyak orang terjun ke dunia otomotif. Lancer adalah mobil keren yang enak untuk diajak nongkrong dan tidak rewel. Dan Lancer Evolution adalah sebuah fenomena abadi.

Lead

Deretan Mobil Yang Terlupakan di Indonesia

Sejak dulu, Indonesia adalah surganya otomotif. Para bule yang dulu menjajah membawa mobil-mobil Eropa yang eksotis, selepas kemerdekaan pabrikan Jepang mulai meraja dengan mobil-mobil yang ekonomis.

Tapi tidak semua mobil itu sukses tertanam di benak masyarakat Indonesia. Beberapa mobil terlupakan entah karena memang tidak meyakinkan, ada pengganti yang lebih baik atau namanya belum dikenal.

Masih banyak memang. Tapi supaya tidak terlalu panjang, di bawah ini Anda bisa melihat beberapa mobil terlupakan yang sebetulnya menarik, tapi namanya seperti hilang digerus waktu.

Infiniti i30

Infiniti i30

Kalau Anda ingat Nissan Cefiro, nah Infiniti i30 adalah penerusnya, ata dikenal juga sebagai Cefiro A32. Menggunakan nama Infiniti untuk menunjukan kalau ini adalah mobil mewah. Masuk ke Indonesia menjelang akhir 90-an dan berlanjut tidak lama. Paling muda yang bisa ditemukan tahun 2000.

Di dalam kap mesin terpasang penggerak V6 berkapasitas 3,0 liter, yang diambil dari keluarga mesin VQ (VQ30DE). Tenaganya lumayan badak, 190 hp. Sekarang, populasinya cukup jarang, bahkan di pasar mobil bekas online pun jarang terlihat. Kalaupun ada, harganya cukup menarik, antara Rp 30-40 jutaan.

Hyundai Grandeur

Hyundai Grandeur

Hyundai sempat mencoba menjamah pasar sedan dengan berbagai produk yang didatangkan dari Korea Selatan. Namun ternyata kurang begitu berhasil. Salah satu yang sempat terlihat di Indonesia adalah Hyundai Grandeur. Masuk ke Indonesia di awal era 2000-an dan sempat membuat heboh dengan kemewahannya.

Sedan ini memiliki ukuran lumayan besar (panjang 4.875 mm, lebar 1.825 mm). Sebagai penggerak, terpasang mesin V6 3.0 liter bertenaga 181 hp. Seperti Infiniti I30, mobil ini populasinya memang sedikit dari awal, cari mobil bekasnya pun agak susah. Kalaupun ada, sepengamatan kami, harganya berkisar di angka Rp 70-80 jutaan.

BMW E34 518i

BMW 518

BMW E34 adalah keluarga Seri-5 yang cukup sukses pada masanya. Masuk Indonesia pada akhir era 80-an dalam berbagai varian yang rata-rata bermesin enam silinder dan satu varian V8. Penampilan luarnya kurang lebih sama, kecuali kalau Anda mendapatkan versi M5.

Namun sering terlupakan kalau sedan ini juga hadir dengan mesin empat silinder dari fam mesin M40 dan M43. Namanya 518i. Ini mobil langka. Bukan karena mahal tapi memang performanya kurang meyakinkan. Bobot E34 paling ringan adalah 1,4 ton. Mesin M40 dengan daya 111 hp memang bisa menjalankan mobil ini, namun berdampak pada performa.

Mercedes-Benz R-Class

R-Class

Mercedes-Benz mencoba turun ke ranah MPV. Kesuksesan A dan B-Class membuat mereka percaya diri untuk membuat R-Class dengan tiga baris kursi dan ukurannya besar. Lahir pertama kali dalam bentuk siap produksi tahun 2005.

Aslinya, R-Class (W251) ini lebih ditujukan untuk pasar Amerika Serikat dan Kanada. Di Indonesia, masuk dalam beberapa varian dari 2008 hingga 2011, yaitu R280, R300. Keduanya bermesin V6. Harga di pasar mobil bekas, berkisar antara Rp 280 hingga 350 jutaan. Yang menarik, mobil ini juga ada versi R63 AMG yang keluar pertama tahun 2007. Pernah meraih gelar sebagai MPV paling kencang sedunia di masanya.

Fiat 127

Fiat 127

Di Indonesia, FIAT yang terkenal mungkin hanya seputar 124, 125 dan 131 Mirafiori. Ketiganya berbentuk sedan empat pintu. Belakangan, hadir FIAT Uno dalam format hatchback. Namun bicara hatchback, jauh sebelum Uno, pernah ada FIAT 127. Mobil ini hadir di Indonesia sekitar pertengahan 70-an.

FIAT 127 merupakan mobil compact yang lahir 1971 dan diproduksi hingga 1983 dalam tiga generasi. Bentuknya mungil, dengan mesin melintang di depan. Ini adalah mobil pertama FIAT di kelas Supermini dengan gerak roda depan. Mobil ini banyak dipuji karena kabinnya yang luas meski ukurannya kecil, berkat lantainya yang rata. Meski di Indonesia tidak begitu populer dan jadi mobil terlupakan, tapi Fiat ‘bantet’ ini diganjar European Car of The Year 1972. Hanya tiga tahun setelah diluncurkan, 127 meraih pencapaian produksi satu juta unit.

Mitsubishi Lancer Fiore

Lancer Fiore

 

Mitsubishi Lancer Fiore adalah penerus generasi Lancer SL yang muncul sekitar tahun 1984 hingga 1988. Masa itu, pabrikan Jepang berubah ‘haluan’ dengan membuat mobil sedan berpenggerak roda depan. Pasar Indonesia yang terbiasa dengan sedan RWD seperti Corolla DX, Lancer SL dkk, merasa asing dengan penggerak FWD. Hasilnya, Corolla GL, Ford Laser, Mazda 323 tidak sukses di generasi tersebut. Kecuali Honda Civic yang sejak awal memang FWD.

Lancer Fiore termasuk korban masa transisi ini. Bentuknya masih mengotak dengan bagasi yang lurus, tidak melandai seperti SL. Hadir di Indonesia dalam bentuk sedan dan hatchback. Yang terakhir itu punya julukan khusus: Lancer jackie Chan karena kiprahnya di film. Mesinnya 4G33 empat silinder 1,5 liter SOHC dengan tenaga yang moderat, 68 hp.

Tahun 1986, ada penyegaran di mesin. Menggunakan 4G32 dengan bentuk intake yang disebut Cyclone. Tenaganya naik jadi 75 hp. Harganya saat ini cukup menarik, kisaran Rp 20 jutaan. Mesin juga tidak sulit karena serupa dengan L300 bensin pada masa itu, yang sekarang masih cukup banyak. Yang jadi masalah, kelengkapan yang sifatnya aksesoris. Karena mobilnya memang minim dari awal, jadinya sulit mencari kelengkapan.

Daihatsu Taft (Bensin)

Taft bensin

Daihatsu Taft terkenal dengan ketangguhannya melahap medan off road di Indonesia. Itu yang bermesin diesel. Sebelumnya, era awal 1970-an, hadir Daihatsu Taft dengan kode body F10. Mesinnya bensin. Kehadirannya terpicu oleh suksesnya Toyota Land Cruiser dan Suzuki Jimny.

Taft F10 masuk ke Indonesia pada 1976 hingga 1979. Jip Daihatsu yang disebut juga ‘kancil’tersebut dibekali mesin 1,0 liter bertenga 57 hp. Tenaga yang moderat itu disalurkan ke penggerak empat roda melalui transmisi 4-speed manual dan transfer case.

Sayang, meski Daihatsu menyempurnakan Taft dengan perubahan pada F20 (1977), tapi di Indonesia tidak tersedia. Malah langsung lompat ke generasi F50 yang bermesin diesel. Dan generasi inilah yang membuat Daihatsu Taft jadi legenda. Sampai sekarang. Versi bensin jadi terlupakan begitu saja, sampai muncul Daihatsu Feroza.

Citroen CX

Citroen CX

Kalau belum pernah dengar mobil ini ada di Indonesia, tidak perlu kecil hati. Citroen CX dijual di pertengahan 1970-an sebagai mobil Eropa mewah. Memang sangat jarang meski ini dipasarkan resmi oleh PT Alun, APM Citroen waktu itu.

CX adalah pesaing Mercedes-Benz E-Class dan BMW Seri-5 yang nyaman dan bermesin 4-silinder 2,4 liter. Lengkap dengan segala macam terobosan dan kenyamanan khas mobil Prancis. Namun karena Mercedes-Benz dan BMW lebih bersinar namanya, Citroen tidak bisa berbuat banyak untuk CX hingga akhirnya jadi mobil terlupakan. Hanya orang yang ‘anti-mainstream’ yang beli.

Yang menarik, Citroen CX adalah mobil terakhir yang keluar dari showroom PT Alun tahun 1994. Itu pun stok tahun 1977! PT Alun kemudian menutup operasinya di Indonesia.

Mitsubishi Lancer GTI

Mitsubishi Lancer GTI CB5, Serigala Berbulu Domba Yang Makin Mahal

Kalau bicara soal Mitsubishi Lancer dengan performa tinggi, pasti yang terbayang adalah keluarga Lancer Evolution. Tidak salah, tapi ada satu varian yang kerap terlewatkan, terutama di Indonesia. Wajar, karena sedan ini hanya keluar selama setahun saja.

Nama resminya adalah Mitsubishi Lancer GTI, atau di kalangan penyuka mobil lebih sering disebut sebagai Lancer CB5. Huruf dan angka itu sebetulnya kode pabrikan yang diberikan oleh Mitsubishi. Muncul pertama kali tahun 1994 di Indonesia dan jadi bagian dari varian Lancer/Mirage generasi keempat.

Mitsubishi Lancer CB5

Posisinya di jajaran keluarga Lancer masa itu berada tepat di atas Lancer standar (GLXi) yang dibekali mesin 1,6 liter SOHC bertenaga 113 hp. Lancer GTI diberikan mesin dengan kapasitas 1,8 liter DOHC dengan daya yang lebih besar yaitu 128 hp. Keduanya memiliki basis mesin serupa yaitu 4G9. Dilengkapi dengan sistem injeksi MPI, belum ada MIVEC.

Sepengalaman kami, pada Lancer GTI, ini mesin yang sulit untuk dibunuh. Lancer GTI kami mengalami masalah seal klep yang membuat katup berisik. Namun tidak pernah menolak untuk diajak jalan diatas 120 km/jam.

Lancer GTI hanya dipasarkan dengan transmisi manual 5-speed. Yang menarik, rasio gigi dari satu hingga lima sama persis dengan versi GLXi. Hanya saja final gear GTI lebih besar (4.322 vs 4.021). Sekedar informasi, varian Lancer GLXi ada pilihan bertransmisi otomatis 4-speed. 

Perbedaan Luar Dalam

Sepintas, antara model GLXi yang lebih laris dengan GTI terlihat serupa dari luar. Wajar, karena lampu, pintu, jendela, kap mesin semua sama. Yang membedakan adalah pada bemper terdapat foglamp berbentuk proyektor dengan bingkainya yang khas. Selain itu, grille sewarna body.

Di belakang, paling signifikan adalah hadirnya spoiler di atas bagasi. Tidak tinggi, namun terlihat proporsional. Yang menarik, spoiler ini sebetulnya kelengkapan opsional untuk semua Lancer di masa itu, namun Mitsubishi Indonesia menjadikannya sebagai kelengkapan standar. Perbedaan lainnya, kalau masih dalam kondisi original, sepasang lubang knalpot di kiri.

Lancer GTI

Foto: Pinterest

Kemudian di samping, desain pelek multi-spoke memperkental kesan sporty. Berbeda dengan versi GLXi yang lebih elegan. Sekali lagi, pelek ini juga sebetulnya opsional untuk Lancer yang diedarkan di seluruh dunia. Jadi, jangan bingung kalau Lancer GTI bermesin 4G93 di luaran sana beda kelengkapannya. 

Beralih ke interior, tidak banyak perbedaan sebetulnya. Namun Anda akan langsung paham kalau ini GTI saat melihat kursi. Mitsubishi Lancer GTI dibekali kursi berbalut kain hitam dan abu-abu di bagian tengah.

Lingkar kemudi juga dipasang yang beda. Jika pada GLXi menggunakan setir dengan empat spoke, GTI 3-spoke. Ini cukup mewakilkan kesan sporty, meski rasanya biasa saja saat digenggam.

Harga

Karena ini mobil jarang, harganya pun ‘gelap’ yang kami temukan di pasaran mobil bekas online, kondisi original sepenuhnya ada yang memasang harga lebih dari Rp 100 juta. Ada juga yang memasang harga Rp 75 juta dengan kondisi lumayan.

Yang jadi kendala adalah suku cadang. Bukan jarang, tapi lebih mahal dari milik Lancer GLXi seangkatannya. Menarik? Pasti. Sampai sekarang kami masih ingin punya.