Suka Reli? Film Race for Glory Jangan Sampai Terlewat

Jalan cerita sebuah film yang berdasarkan kisah nyata, memang seru untuk disimak. Apalagi jika berhubungan dengan hobi maupun kesukaan si penonton film. Buat Anda yang antusias dengan dunia motorsport, khususnya reli, maka nantikan film Race for Glory di tahun 2024 nanti.

Film bertemakan kompetisi sengit dalam musim reli dunia tahun 1983, antara Lancia dengan rivalnya. ‘Bintang’ utama dalam kisah ini ialah Lancia Rally 037 yang masih berpenggerak roda belakang, sedangkan kompetitor lainnya sudah mulai menggunakan sistem penggerak empat roda.

“Dengan prestasi 15 kali juara reli dunia, Lancia menjadi brand otomotif yang amat sukses dalam kancah motorsport,” bangga Luca Napolitano, Chief Executive Officer Lancia.

Lancia Rally 037 amat mewakili jiwa dari brand Lancia, memiliki bentuk geometri yang radikal, dipadu dengan desain bodi yang unik. Wajar saja jika mobil tersebut menginspirasi desain mobil-mobil Lancia di masa depan.

Tim reli Lancia Squadra Corse hanya beranggotakan sedikit orang, namun mampu meraih kesuksesan di ajang motorsport dunia. Semua ini berkat jiwa kompetitif dan kepiawaian dalam pekerjaan mereka. Tim reli ini dipimpin oleh Cesare Fiorio.

Puncak cerita diperlihatkan saat sorotan tertuju pada Cesare Fiorio dan Walter Röhrl, pereli asal Jerman yang bergabung dengan Lancia Squadra Corse pada tahun 1983. Prestasi super gemilang dari brand Italia ini dibuktikan saat menyapu bersih semua stage reli Sanremo, tanggal 7 Oktober 1983. Keempat mobil Lancia bertengger di lima posisi final teratas.

Sejumlah footage berlangsungnya reli berasal dari rekaman asli di era 1980an, sedangkan untuk syuting film dilakukan di Italia dan Yunani. Termasuk mengambil lokasi asli di kantor Lancia dan proving ground Balocco milik Stellantis.

Menurut rencana, jadwal rilis film Race for Glory ini akan berlangsung pada 5 Januari 2024 di wilayah Amerika dan Canada. Sedangkan untuk di Italia ialah sekitar bulan Maret. Semoga saja jadwal tayang di Indonesia tidak terlalu lama setelahnya…

Mobil Reli Legendaris, Sedikit Tapi Mencuri Perhatian di IMX 2023

Area pameran OLX Indonesia Modification & Lifestyle Expo (OLX IMX 2023) tentu disesaki beragam mobil modifikasi, dengan sederet gaya ubahan dan penampilannya. Namun, selama tiga hari penyelenggaraan OLX IMX 2023, ‘radar’ kami menangkap sosok tiga mobil reli yang legendaris.

Walaupun hanya tiga unit saja, namun terbukti menjadi magnet perhatian banyak pengunjung yang memadati Hall A dan Hall B Jakarta Convention Center (JCC). Yang pertama ialah Toyota Celica GT-Four, Subaru Impreza WRX STi Spec-C WR Limited, dan Nissan 240RS. Ayo kita dalami masing-masing unitnya.

Toyota Celica GT-Four

Celica GT-Four yang tampil di OLX IMX 2023 ialah yang berkode bodi ST185. Mobil ini diciptakan untuk berlaga di ajang kejuaraan reli dunia (World Rally Championship/WRC). Statusnya sebagai mobil reli tentu didukung regulasi yang mengharuskan Toyota membuat sejumlah mobil serupa untuk penggunaan jalan raya pula alias unit homologasi.

Celica GT-Four ST185 diproduksi pertama kali di tahun 1989 dan berakhir di tahun 1993. Mesinnya menggunakan unit 3S-GTE 4 silinder 2.0 liter DOHC yang didukung dengan twin-entry turbocharger CT26 dengan turbin bermaterial keramik dan intercooler model air-to-air. Output yang dihasilkan mencapai 222 hp dan torsi mencapai 304 Nm. Sistem penggerak roda pada Celica GT-Four ialah Full-Time 4 Wheel Drive.

Subaru Impreza WRX STi Spec-C WR Limited

Karena namanya begitu panjang, kami menduga kalau mobil ini bukan Subaru Impreza WRX yang biasa-biasa saja. Benar saja, mobil reli dengan kode bodi GDB ini masuk ke Indonesia sebagai Reece Car atau mobil survei lintasan reli. Reece sendiri merupakan singkatan dari reconnaissance.

Jadi Reece Car ialah mobil berspesifikasi reli, namun digunakan untuk menyusuri trek reli dan bukan untuk dipakai saat berlomba. Sehingga masih ada komponen yang serupa dengan unit Subaru Impreza WRX STi pada umumnya dan meskipun interiornya sudah ‘terondol’.

Pada unit ini, menggunakan sejumlah body part dari mobil reli Subaru dengan kode S11. Panel bodi yang digunakan pun terbuat dari material kevlar, dengan dimensi sesuai regulasi WRC. Mesinnya ialah EJ20 boxer 4 silinder 2.0 liter dengan turbocharger, sehingga mampu menghasilkan tenaga sebesar 276 hp.

Nissan 240RS

Bagi para penyuka dunia motorsport, khususnya reli, pasti kenal betul dengan Nissan 240 RS. Mobil dengan kode bodi BS110 ini berbasis Nissan Silvia yang dikembangkan bersama Bill Blydenstein Racing. Debut Nissan 240RS berlangsung di reli Monte-Carlo 1983, dengan Tino Salonen sebagai pengemudinya.

Prestasi Nissan bermesin FJ24 2.4 liter DOHC ini pada sejumlah event di Eropa, memang kurang gemilang. Tapi ketika ambil bagian di event reli ketahanan di Afrika, ternyata mobil ini tergolong ‘badak’. Sepanjang tahun 1983 hingga 1985, Nissan 240RS ikut dalam 20 event reli dunia, dan empat di antaranya membawa Nissan naik podium.

Mitsubishi Lancer Evolution WRC

Terbit Bersinar Lalu Redup, Ini Kisah Mitsubishi di WRC

Coba jangan bayangkan Mitsubishi seperti sekarang, yang isinya didominasi oleh Xpander dan Pajero Sport. Mundur ke era 90-an dan sebutkan nama mobilnya. Kami terbayang Mitsubishi Colt T120 yang tangguh, Minicab yang biar kecil tapi bandel, Galant yang gagah dan bertenaga. Serta tentunya sedan kelas menengah, Mitsubishi Lancer.

Membahas Lancer lagi? Kenapa tidak. Kali ini yang ingin disorot adalah bangkit dan gugurnya Mitsubishi di arena rally. Kisah nyata ini harus diurut lagi ke belakang. Jauh ke belakang. Kurang lebih 100 tahun.

Mobil pertama Mitsubishi adalah PX33 yang muncul 1937, disebut sebagai sedan pertama yang dibuat di Jepang. Lalu datang musibah perang dunia kedua. Mitsubishi beralih membuat pesawat tempur mematikan, A6M ‘Zero’. Kalah perang, sang Tiga Berlian balik lagi bikin produk otomotif beroda seperti bis, truk, skuter dan motor roda tiga.

Termotivasi Orang Australia

Era 1960-an, saat ekonomi Jepang mulai tumbuh, mereka kembali mengeluarkan sedan pada tahun 1962. Bentuknya mungil, dinamai Mitsubishi Colt 500. Pastinya, supaya dikenal mereka menurunkan mobil itu di arena balap. Macau Grand Prix disambangi di tahun yang sama, untuk jadi ajang unjuk gigi dan menang.

Mitsubishi 500

Kemenangan itu membuat pengambil keputusan bersemangat. Mereka keluar dengan Mitsubishi Colt 1000 F tahun 1967, dan meminta bantuan pembalap Australia, Doug Stewart untuk mengujinya. Stewart melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan menyarankan untuk ikut rally Southern Cross di Australia.

Medan berat, cuaca kering diimbangi kelihaian Stewart memberikan hasil lumayan. Finish keempat dan ketiga. Hasilnya biasa saja memang, tapi inilah yang membuat Mitsubishi makin semangat ikut rally. Colt 1000 F turun di rally tersebut selama beberapa tahun.

Mendunia Berkat Petani Skotlandia dan Orang India

Tahun 1971, Mitsubishi menunjuk petani yang jadi pembalap, Andrew Cowan untuk jadi perally mereka di ajang Southern Cross. Menggunakan Mitsubishi Galant. Dia lalu sukses membawa ke podium juara. Meski kesulitan, tapi Galant 16G LS yang dikemudikannya mampu mengalahkan Nissan 240Z dengan selisih waktu 24 menit. Inilah kemenangan pertama Mitsubishi di ajang rally. Tahun 1973 bahkan mereka menduduki posisi satu sampai empat. Bukan main.

Kemudian di tahun itu lahir juga World Rally Championship (WRC). Mitsubishi tidak secara resmi mengikuti kejuaraan ini. Tapi ada satu orang dengan ketangkasannya mendaftar untuk ikut. Namanya Joginder Singh, orang India yang tinggal di Kenya.

Ia beli sendiri Mitsubishi Galant 16G LS dan ikut Safari Rally Kenya tahun itu. Tidak sukses. Tapi Joginder pantang menyerah. Tahun berikutnya, ia ikut lagi. Kali Ini Mitsubishi baru memperkenalkan Lancer 1600 GSR, itulah yang ia beli. Ingat, beli. Mitsubishi yang melihat kegigihan dan kepiawaian Singh kemudian turut memberikan dukungan untuk logistik.

Joghinder Singh Mitsubishi Lancer

Selama lima hari Joginder Singh mengendalikan Lancer 1600 GSR, mobil paling tidak bertenaga yang berlaga di Rally Safari 1974. Tapi Singh dan Lancer berhasil mempersembahkan kemenangan pertama Mitsubishi di arena WRC.

Tidak mau kehilangan talenta berharga, Joginder ‘the Flying Sikh’ dijadikan bagian dari tim reli Mitsubishi bersama Andrew Cowan. Keduanya cukup dominan di Safari Rally. Bahkan tahun 1976, finish satu dan dua. Kemudian Mitsubishi tiba-tiba berhenti dari kejuaraan WRC.

Sadar Diri

Saat sedang bersinar mereka berhenti. Tidak ada yang tahu pasti kenapa, tapi sepertinya para petinggi pabrikan Tiga Berlian ini menyadari, kompetisi WRC adalah sangat serius dan butuh modal ekstra untuk menghasilkan mobil yang bisa terus kompetitif, di segala medan di bumi ini.

Lancer 2000 Turbo WRC

Tahun 1980, saat Audi hadir dengan Quattro, makin disadari kalau era mobil penggerak roda belakang akan tamat riwayatnya di ajang reli dunia. Mitsubishi pernah mencoba untuk ikut di awal era 1980-an, menggunakan Lancer 2000 Turbo (di Indonesia satu marga dengan Lancer SL, beda spek). Tapi waktu terbaik mereka adalah empat menit lebih lambat dari Audi Quattro. Jadi tidak logis untuk terus partisipasi.

Di sisi lain, kejuaraan WRC makin populer berkat kegilaan mobil Group B yang seolah tidak dibatasi aturan. Ini membuat Mitsubishi gerah dan coba membangun mobil Group B. Mereka mencontoh Audi Quattro yang bobotnya condong ke depan dan hanya punya dua pintu. Platform yang dipakai adalah Mitsubishi Starion.

Mitsubishi Starion Group B

Starion adalah mobil coupe dua pintu berpenggerak 4WD, bukan AWD seperti Audi dengan Quattro-nya. Pengembangan Starion pun kerap didera masalah. Akhirnya, saat semua siap, Group B sudah ditutup setelah menelan beberapa nyawa penonton, pembalap. Namun ada kelas baru, namanya Group A.

Gelar Juara Pertama Untuk Orang Jepang

Beruntung, saat peraturan Group A diperkenalkan pada pertengahan era 1980-an, Mitsubishi sudah mengembangkan segala yang diperlukan. Termasuk sistem AWD terbaru, yang kemudian terpasang pada Galant VR-4.

Galant VR-4 adalah sedan empat pintu, punya kemampuan gerak empat roda, bermesin empat silinder dengan kode 4G63. Banyak sekali angka empatnya. Anda mengenalnya di Indonesia sebagai Eterna. Inilah langkah serius mereka untuk mendominasi ajang rally.

Mitsubishi Galant VR4 RS

Dibentuklah dua tim Ralliart untuk mendukung agenda tersebut. Ralliart Europe yang dipimpin Andrew Cowan akan mengikuti semua seri WRC di Eropa. Tim kedua, mengandalkan pereli legendaris Kenjiro Shinozuka, akan berlaga di kejuaraan Asia Pacific Rally Championship.

Kedua tim ini sukses. Apalagi Kenjiro yang jadi juara reli Asia Pacific 1988. Pria ini sempat turun di WRC yang bersamaan dengan seri APRC Australia, dan langsung menang. Menjadikannya orang Jepang pertama yang sukses di ajang tersebut.

Tim Ralliart Tiga Berlian pun terbilang cukup berhasil. Meski belum sempat jadi juara dunia, tapi hasilnya meyakinkan.

Tangan Besi Andrew Cowan

Kemudian pada 1993, peraturan WRC berubah. Kali ini lebih merangkul mobil-mobil dengan ukuran yang lebih compact. Dan Galant VR-4 tidak termasuk di dalamnya. Mitsubishi pun kembali ke meja gambar.

Mau tidak mau mereka harus membangkitkan kembali Lancer. Tapi seperti mobil keluarga di era tersebut, Lancer sudah berevolusi menjadi mobil gerak depan yang mengejar nilai ekonomis.

Lancer Evolution WRC

Lancer harus dibuat AWD dulu. Selain itu, peraturan Group A, juga mengharuskan mobil dibuat versi jalan raya dulu minimal 2.500 unit, dalam 12 bulan.  Soal jualan itu cerita lain waktu. Tapi secara teknis, mereka belajar banyak dari Starion dan VR-4. Langkah kedua, mesin harus dimodifikasi. Diputuskan untuk menjebloskan mesin legendaris 4G63T. Mesin hebat dengan blok yang terbuat dari baja. Makanya tahan banting. Mobil ini lalu hadir dengan nama Lancer Evolution.

Hasilnya memuaskan tapi belum cukup. Andrew Cowan lalu ditunjuk sebagai pemimpin pengembangan Lancer Evolution rally. Langkah yang ia lakukan cukup tegas dan drastis. Para engineer yang cuma duduk di laboratorium, ia bawa ke lapangan untuk melihat langsung kondisi apa yang harus dihadapi oleh Evo.

Lancer Evo I WRC

Otak cerdas para insinyur dipadukan dengan pengalaman Andrew Cowan membuat Evo terus berubah. Lancer Evo punya enam generasi dalam rentang waktu tujuh tahun. Mana ada mobil lain yang ganti model secepat itu.

Mulai Meresahkan

Tahun 1995, Colin McRae dan Subaru jadi juara dunia, tapi mengekor ketat di belakangnya adalah Mitsubishi dengan Evo. Ini dimungkinkan karena pada pertengahan musim tersebut, Cowan cs melakukan perubahan.

Lancer EVo III WRC

Pertama adalah merekrut orang Finlandia bernama Tommi Makinen sebagai pereli, kedua menambahkan diferensial aktif. Keduanya adalah kombinasi jitu. Apalagi kalau bertemu medan yang menuntut kecepatan tinggi dengan akurasi manuver tanpa kompromi.

1996 FIA mengubah peraturan WRC lagi. Kali ini, mobil yang turun tidak perlu dihomologasi, asal aturan teknis diikuti. Evolution III dilepas ke arena rally dunia tahun itu, dan hasilnya membuat kompetitor menggerutu. Yang hebat adalah, spesifikasi mobil ini masih berdasarkan regulasi Group A, alias mobil jalan raya yang dijadikan mobil rally.

Lancer Evolution III Sweden

Tapi dengan spek seperti itu, Evo III seperti setan jalanan. Mitsubishi sukses juara di medan salju Swedia. Kemudian, untuk pertama kalinya sejak Joginder Singh, Makinen menang di Safari Rally. Menyusul juara di Argentina, Finlandia dan Australia. Makinen tersenyum lebar. Gelar juara dunia WRC di tangannya, dan Mitsubishi kembali jadi raja.

Menjelang penutupan musim 1996, Mitsubishi memperkenalkan Lancer Evolution IV. Ini juga jadi catatan khusus. Evo IV adalah mobil WRC terakhir yang berbasis mobil jalan raya. Pabrikan lain sudah menyesuaikan dengan regulasi WRC yang berlaku.

Lancer evolution IV WRC

Tahun berikutnya Evo baru ini mulai berlaga. Dan tidak masalah dengan spek Group A yang dipakai. Makinen juara dunia lagi. Orang ini begitu mendominasi, sehingga siapapun berharap Tommi Makinen terkena penyakit supaya tidak turun reli.

Ditinggal Makinen

Evolution V kemudian mengikuti jejak ‘kakaknya’ dan sukses. Masih berdasarkan spesifikasi mobil jalan raya. Saat Subaru menghadirkan WRX yang khusus untuk WRC berpintu dua, Mitsubishi masih mengandalkan sedan empat pintu. Evo VI juga begitu. Toh, Tommi masih mendominasi WRC hingga 1999.

Kemudian, mereka yang kesulitan mengalahkan Evo menyuarakan kepada FIA, “Ini sebetulnya aturan yang dipakai yang mana? Regulasi WRC atau Group A? Kenapa Mitsubishi masih dibolehkan pakai Group A?” Kurang lebih begitu.

Tapi pertanyaan dari pihak luar lebih dalam, kenapa Mitsubishi harus bertahan dengan mobil reli yang dibangun dari sedan jalanan? Jawabannya adalah dana. Mitsubishi sebetulnya tidak sanggup untuk bikin mobil yang khusus digunakan untuk WRC

Tahun 2000, Mitsubishi Evo akhirnya ditumbangkan. Mereka hanya bisa menyelesaikan kejuaraan di posisi kelima. Tahun itu merek ‘baru tapi lama’ mendominasi, Peugeot 206.

Dimulailah masa suram Mitsubishi di WRC. Hingga akhirnya membuat mobil yang khusus untuk WRC. Namanya Lancer WRC, muncul di pertengahan musim WRC 2001. Mobil ini menggantikan Evo VI, tapi tidak sukses. Total, Makinnen hanya finish di tempat ketiga. Puncaknya tahun 2002 saat Makinen pindah ke rival terbesar, Subaru. Mitsubishi kemudian cuti dari WRC hingga 2004.

Lancer WRC

Tahun berikutnya, mereka masuk lagi dengan Lancer WRC04. Juga tidak sukses. Mitsubishi lantas undur diri dari WRC di akhir musim. Tidak lama, Ralliart juga menutup usahanya. Andrew Cowan pensiun. Beberapa tim privateer sempat dibuatkan Lancer WRC05 untuk musim reli 2006, tapi sekali lagi tidak berhasil. Meski begitu, Lancer Evolution jalan raya terus disukai penyuka kecepatan.

Tetap Hidup di Benak Semua Orang

Kendala utama apalagi kalau kesulitan finansial. Di luar balapan, Mitsubishi sampai harus banting setir dan membuat mobil-mobil keluarga yang mudah dipasarkan. Itupun dengan susah payah.

Kemudian datang skandal emisi gas buang di Jepang. Buntut dari kejadian itu, Mitsubishi diambil alih oleh Nissan. Yang, sayangnya tidak melihat urgensi sebuah Mitsubishi Lancer dan Lancer Evolution. Setelah Evo X, tahun 2016 nama Lancer tamat.

Betul tamat? Tidak juga. Di benak para penyuka mobil seperti kami, Mitsubishi bukan cuma pembuat mobil angkutan penumpang atau barang. Mitsubishi adalah nama yang membuat banyak orang terjun ke dunia otomotif. Lancer adalah mobil keren yang enak untuk diajak nongkrong dan tidak rewel. Dan Lancer Evolution adalah sebuah fenomena abadi.

Toyota GR Yaris Rally2 Concept, Solusi Ekonomis Ikut WRC

Perhelatan event Tokyo Auto Salon 2023 di Makuhari Messe, Perfektur Chiba, Jepang mulai dibanjiri para pengunjung dari berbagai belahan dunia. Toyota adalah salah satu peserta yang paling atraktif dan memamerkan beragam mobil terbaru baik versi produksi, konsep maupun modifikasi. Salah satunya adalah Toyota GR Yaris Rally2 Concept.

Mobil rally ini berbasis dari hot hatch Toyota GR Yaris. Dengan jumlah produksi yang memadai, maka GR Yaris dapat dihomologasi untuk keperluan balap, termasuk rally.

Toyota GR Yaris yang dirombak sesuai regulasi balap Rally2 ini memang tak banyak berubah dari versi standarnya. Baik dari sektor body maupun mesin, karena mengikuti regulasi Rally2. Rally2 merupakan kelas balap rally WRC yang lebih ekonomis untuk dapat menjangkau lebih banyak pereli privatir. 

Mesin Turbo 1.6L Yang Greget

Dalam kondisi standar, mesin 3-silinder 1.6L turbo G16E-GTS untuk GR Yaris spek Eropa memiliki output tenaga maksimum 257 hp dengan torsi maksimum 360 Nm. Sementara untuk spek Jepang outputnya lebih besar. Tenaga maksimum 268 hp dan torsi maksimum 370 Nm. Performa mesin disalurkan ke poros roda via transmisi manual 6-speed.

Pada GR Yaris Rally2, mesin 3-silinder segaris 1.6-liter turbocharged versi standard dipadukan dengan transmisi manual 5-speed close ratio plus penggerak all-wheel drive dan perangkat limited-slip differential.

Piranti rem pun disesuailan dengan regulasi balap dan kondisi trek. Untuk trek gravel, cakram rem menggunakan ukuran 300 mm. Sedangkan untuk trek aspal ukuran cakram rem yang digunakan lebih besar yakni 355 mm. Sistem suspensi menggunakan MacPherson struts dengan peredam kejut adjustable.

Tampilan Spek Rally 

Tampilan bergaya mobil rally memang membuat body Toyota GR Yaris jadi kian kekar berotot dan garang.

Ubahan pada bagian depan meliputi fender yang lebih mekar dan kekar, kap mesin berventilasi, hingga saluran intake bumper depan berukuran lebih besar. Sementara ubahan lain pada body termasuk sayap spoiler belakang berukuran extra large, mud flap, serta velg spek rally.

Body berlabur warna hitam dihiasi beragam decal stiker layaknya sebuah mobil rally. Untuk area kokpit, terondol tanpa panel interior untuk mengurangi bobot kendaraan. Namun tentu saja dilengkapi roll cage pelindung kokpit, jok balap serta seat harness sesuai regulasi.

Perangkat komunikasi dan GPS menjadi kelengkapan standar pada mobil rally. Sementara untuk panel instrument telah menggunakan layar digital. Tuas persneling yang tingginya sejajar dengan setir dirancang untuk memudahkan perpindahan gigi.

Bikin Senyum Akio Toyoda

Dari segi dimensi, versi rally ini tak banyak perbedaan dari spek standarnya. Panjang body dari depan ke belakang masih 3.995 mm. Hanya lebar yang mulur 15 mm menjadi 1.820 mm. Ketinggian mobil dapat diatur bergantung pada setting suspensi. Termasuk ban cadangan dan roll cage, bobot kosong mobil ini terhitung 1.230 kg sesuai dengan standar regulasi FIA.

Yang membuat Toyota GR Yaris begitu istimewa adalah konstruksinya. Mobil ini dibangun dengan platform Toyota TNGA GA-B dari Yaris standar pada bagian depan yang dipadukan dengan platform GA-C dari Corolla di bagian belakang. Maka tak heran jika GR Yaris dapat dibekali dengan sistem penggerak all-wheel drive GR-FOUR.

Hatcback versi rally Toyota GR Yaris yang telah dihomologasi khusus ini bahkan berhasil membuat pereli legendaris Juha Kankunnen terkagum melihatnya. Akio Toyoda, CEO Toyota Motor Corporation pun tersenyum puas dengan hasil karya Toyota Gazoo Racing yang satu ini.

 

Audi Quattro

10 Mobil Rally Terbaik Yang Sulit Digantikan

Kalau balap Formula One (F1) dianggap sebagai puncak dari segala balapan, maka kejuaraan rally dunia (WRC, World Rally Championship) mungkin berada di sebelahnya. F1 memang balapan yang menantang dan membutuhkan keahlian khusus untuk bisa mengendarai mobil di sirkuit dengan kecepatan lebih dari 300 km/jam. Tapi WRC mobilnya dikendarai lebih dari 180 km/jam di jalanan terbuka yang bukan hanya aspal.

Karena itu, tidak hanya skill pengemudi, sebuah mobil rally dunia memerlukan kekuatan ekstra. Dibangun dari mobil jalan raya, dimodifikasi untuk menembus medan berat ratusan kilometer, dengan harapan bisa jadi yang paling cepat. Kekuatan ekstra ini yang menjadikan sebuah mobil reli sebagai ‘legend’. Dan karena dibangun dari mobil biasa, bentuknya jadi lebih mudah dipahami siapapun yang menonton.

Kami hadirkan sepuluh mobil rally yang memang legendaris dari masa ke masa, diurutkan secara acak. Selain kencang, kuat, juara dunia konstruktor dan/atau juara dunia untuk perelinya, juga enak dipandang. Selamat menyimak.

Fiat Abarth 131

Fiat abarth 131

Di Indonesia, Fiat 131 lebih dikenal sebagai Mirafiori. Hadir di akhir 1970-an. Kiprah mobil ini di WRC juga cukup mengejutkan. Abarth, tuner resmi Fiat menghasilkan sedan dua pintu yang tangguh dan lincah. Hasilnya, pabrikan Italia ini cukup bangga dengan juara dunia 1977, 78 dan 1980.

Peugeot 205

Peugeot 205 T16 WRC

Peugeot 205 adalah salah satu mobil hatchback yang sukses. Tercatat lebih dari lima juta unit laris terjual. Tapi yang paling menonjol adalah Peugeot 205 T16. Dibangun untuk kejuaraan reli dunia Group B, dimana tim bebas memodifikasi mobilnya, 205 T16 sukses meraja dan juara dunia tahun 1985 dan 86.

Lancia Delta Integrale

Lancia Delta Integrale

Awalnya, Lancia Delta bukan mobil yang spesial. Kalau Anda lihat bentuk aslinya, kami yakin tidak akan terbayang kalau mobil ini punya sepak terjang hebat di WRC. Tapi itulah kenyataanya. Delta diracik ulang untuk turun di medan reli dan ditambahi nama Integrale. Keseriusan Lancia membuahkan hasil. Delta Integrale memenangkan 46 lomba dan juara dunia dari 1987 hingga 1991, sebelum dominasinya dipatahkan oleh mobil di bawah.

Toyota Celica

Toyota Celica WRC

Toyota Celica lebih dikenal sebagai mobil sport dengan harga terjangkau. Tapi begitu Toyota meracik Celica untuk turun reli, citra itu berubah. Celica ST185 menjegal dominasi Lancia Delta Integrale dan mengamankan juara dunia tahun 1992 sampai 1994. Setelah ST185, Toyota turun dengan ST205 pada WRC 1995. Namun mereka gagal dengan tidak kalah spektakuler: Diskualifikasi karena terbukti melakukan modifikasi ilegal pada restriktor turbo. Era Celica pun tamat.

Subaru Impreza ‘555’

Subaru Impreza WRC

Kalau Anda lahir tahun 1980-an, kemungkinan besar paham inilah yang melambungkan nama Subaru seperti sekarang. Kehadiran Subaru Impreza di WRC menggantikan Legacy yang tidak sukses. Salah satu perelinya adalah sang legenda, Collin McRae. Determinasi dan keahlian McRae, dipadukan engineering hebat oleh Subaru dan tuner Prodrive, membuat sukses menyabet juara dunia konstruktor dan pereli tahun 1995. Tidak hanya tahun itu, Impreza ‘555’ juga juara 1996 dan 1997.

Mitsubishi Lancer Evolution

Mitsubishi Lancer Evo WRC

Inilah jawaban pasti Mitsubishi atas dominasi Subaru di WRC. Meski Lancer Evolution hanya memberikan satu kali juara dunia konstruktor untuk pembuatnya di tahun 1998. Namun pria bernama Tommi Makinen berhasil jadi juara dunia dengan mobil ini. Bukan cuma sekali, tapi sejak  1996 hingga 1999. Dari ajang reli ini, nama Lancer Evolution lantas menjadi salah satu icon kultur otomotif dunia, hingga sekarang.

Lancia Stratos

Lancia Stratos WRC

Bayangkan sebuah supercar Italia bermesin Ferrari, ditinggikan lalu dipacu di lintasan gravel. Itulah Lancia Stratos. Ringan, kecil, punya mesin buatan Ferrari. Tapi tidak seperti supercar lain, Stratos memang dibuat khusus untuk turun sebagai mobil rally di medan WRC. Kalau sempat melihat versi jalan rayanya, Anda beruntung karena mobil terebut dibuat terbatas, demi memenuhi syarat untuk ikut WRC. Stratos memberikan gelar kepada Lancia tahun 1974 hingga 1976. Meski mobil ini pensiun tahun 1978, citranya tetap menempel sebagai mobil eksotis juara WRC. Tidak ada lagi mobil reli dengan bentuk seperti ini.

Volkswagen Polo R WRC

VW Polo R WRC

VW Polo R WRC mungkin salah satu contoh kesuksesan instan, selesainya juga cepat. Debut pertama kali tahun 2013, dan langsung jadi juara dunia. 43 balapan dimenangkan oleh hatchback ini dan banyak kalangan yang bilang, sebetulnya inilah mobil WRC paling hebat sepanjang masa. Juara dunia konstruktor dan pereli pun diraih di waktu yang sama. Driver Sebastien Ogier jadi yang paling dominan dengan mobil ini. Namun VW Polo R WRC kemudian pensiun tahun 2016, setelah VW juga memutuskan untuk mundur dari kejuaraan.

Citroen C4 WRC

Citroen C4 WRC

Era awal 2000-an, Citroen mengganggu dominasi Mitsubishi, Subaru dan Ford di arena WRC dengan Citroen Xsara. Karena mobilnya juga semakin berumur, mereka memutuskan untuk ganti senjata. Hatchback Citroen C4 kemudian dipilih sebagai basis pengembangan. Hasilnya, C4 yang dikendalikan mantan atlet gymnastic Perancis, Sebastien Loeb, jadi juara dunia konstruktor dan pereli dari 2006 hingga 2010.

Audi Quattro

Audi Quattro WRC

 

Kalau VW Polo WRC adalah mobil rally yang paling sukses, kami setuju saja. Tapi kalau dibilang yang sukses dan sekaligus mengubah keseruan reli dunia seperti sekarang, ini yang paling bertanggung jawab. Audi Quattro. Bicara melibas jalanan offroad, opsi gerak empat roda pasti paling benar untuk digunakan. Tapi masa-masa awal WRC, tidak satupun yang peduli dan hanya mengandalkan gerak roda belakang (RWD). Audi menggebrak melalui sistem penggerak Quattro AWD dan membukakan mata pelaku WRC, sekaligus badan otomotif dunia. Mobil ini juara tahun 1982 dan 84. 1983 dan 85 mereka jadi runner up.

ROOKIE Racing_1

ROOKIE Racing dan Toyota Ikut Balap Ketahanan di Thailand

ROOKIE Racing Co., Ltd. dan Toyota Motor Corporation mengumumkan partisipasi mereka di IDEMITSU 1500 SUPER ENDURANCE 2022 (Thailand 25H Endurance Race) di Chang International Circuit di Thailand dari 17 hingga 18 Desember 2022 mendatang. Mereka akan balapan dengan mobil konsep ORC ROOKIE GR Corolla H2, kendaraan bermesin hidrogen, dan mobil konsep ORC ROOKIE GR86 CNF, kendaraan berbahan bakar karbon netral.

Partisipasi kali ini tidak akan mengikuti balapan selama 25 jam penuh, namun hanya di beberapa jam awal dan akhir balapan. Ini akan menjadi pertama kalinya kedua kendaraan tersebut bersaing dalam balapan di luar Jepang. Selain itu, salah satu kendaraan Toyota Gazoo Racing Team Thailand akan menggunakan bahan bakar karbon netral.

Dimulai dengan partisipasi di Thailand 25H Endurance Race, ROOKIE Racing dan Toyota akan terus berupaya meningkatkan dan mempercepat pengembangan teknologi karbon netral di Asia melalui motorsport. ROOKIE Racing dan Toyota berpartisipasi dalam seri Super Taikyu di Jepang pada pertengahan musim 2021.

Dengan Corolla yang bertenaga hidrogen, dan mempercepat upaya untuk memproduksi, memperkenalkan, dan menggunakan hidrogen, selaras dengan visi-misi para mitra di dalam dan di luar industri yang bertujuan membantu masyarakat untuk mencapai netralitas karbon yang sesungguhnya.

Mulai musim 2022, selain mesin hidrogen Corolla, ROOKIE Racing dan Toyota juga menggunakan bahan bakar sintetis GR86 dan terus menghadapi tantangan untuk memperluas opsi energi bersih, termasuk melalui penggunaan mesin pembakaran internal. Akio Toyoda, Presiden Toyota Motor Corporation, yang juga merupakan pendiri dan pemilik tim dari ROOKIE Racing, berpartisipasi dengan nama pembalap Morizo.

Selama putaran kesembilan World Rally Championship (WRC) di Ypres pada bulan Agustus dan putaran ke-13 WRC di Jepang pada bulan November, ROOKIE Racing dan Toyota melakukan uji coba kendaraan bermesin hidrogen GR Yaris H2 yang sedang dalam pengembangan.

Langkah tersebut bertujuan untuk menunjukkan potensi hidrogen sebagai opsi yang layak untuk mencapai netralitas karbon dalam kondisi reli yang panjang. Morizo juga mengemudikan kendaraan tersebut untuk memberikan penilaian dari segi keselamatan dan kinerja.

Sejak sirkuit dibuka pada tahun 2014, Toyota Motor Thailand Co., Ltd. telah menjadi sponsor utama, dan mempromosikan perkembangan motorsport di Thailand dengan mengadakan one-make race di Chang International Circuit. ROOKIE Racing memenangkan IDEMITSU 600 SUPER ENDURANCE 2019 selama 10 jam, partisipasi pertamanya dalam balapan yang diadakan di sirkuit internasional utama di Thailand itu.

Tahun ini, entri pertama dari ROOKIE Racing dan Toyota dalam tiga tahun, mobil-mobil tersebut akan diuji di kondisi yang berbeda dari Jepang, untuk mempercepat upaya perluasan opsi teknologi dalam menciptakan masyarakat yang karbon netral di seluruh dunia. Partisipasi ROOKIE Racing dan Toyota dalam balapan Buriram, menampilkan teknologi baru mesin hidrogen dan kendaraan berbahan bakar sintetik di wilayah tersebut. Hal ini memperkuat komitmen Toyota untuk lebih memperluas dan mempercepat pengembangan opsi mobilitas netral karbon ke Asia, melalui motorsport.