Peugeot 305 V6, Prototipe Pembuka Jalan Untuk 205 T16

Bagi penyuka dunia motorsport, pasti mengenali sosok Peugeot 205 Turbo 16 di ajang reli dunia, khususnya di kelas Group B. Namun, sebenarnya di balik kelahiran sosok 205 T16 ada satu unit prototipe yang memicu Peugeot untuk berkompetisi di kelas Group B. Mobil tersebut ialah Peugeot 305 V6.

Banyak pabrikan mengasah kemampuan

Tahun 1980an merupakan era keemasan bagi aktivitas reli dunia. Tidak sedikit pabrikan otomotif mencoba peruntungan dan mengasah kemampuannya dalam kompetisi penuh tantangan ini. Melalui ajang reli, sejumlah brand kendaraan pun mengembangkan mobil khusus yang nantinya menjadi basis untuk mobil produksi massal. Jika sebuah mobil sudah menggunakan mesin yang andal, melalui ajang reli maka durabilitas mesin tersebut semakin ditempa.

Sebelum memasuki tahun 1980an, tepatnya di tahun 1977, Peugeot memperkenalkan 305. Sebuah sedan empat pintu hasil rancangan Pininfarina. Mobil kelas medium ini diciptakan sebagai pengganti Peugeot 304. Respons publik, terutama di Eropa, tergolong cukup baik. Rival terdekatnya yang ‘satu kampung’ ialah Renault 18.

Di tahun 1980, Fédération Internationale de l’Automobile (FIA) melakukan revolusi dalam ajang reli dunia, dengan mengumumkan kelas Group B. Kategori kompetisi ini memungkinkan tim pabrikan untuk mengembangkan mobil secara ‘pol-polan’. Baik dalam aspek bobot kendaraan, output mesin, maupun traksi suspensi.

Dimensi Peugeot 305 dianggap terlalu besar

Reli dunia kelas Group B dimulai pada tahun 1982, sampai akhirnya dibubarkan setelah lima tahun berlangsung, karena terlalu banyak musibah yang ditimbulkan. Tim Peugeot Sport sempat dua kali menyabet juara dunia kelas Group B, berkat mobil reli Peugeot 205 Turbo 16.

Dalam mengembangkan 205 Turbo 16 tersebut, Peugeot memulainya dengan unit 305. Tapi saat proyek ini dilakukan, banyak yang mengganggap jika dimensi Peugeot 305 ini terlalu besar dan rapuh untuk menghadapi brutalnya kompetisi reli kelas Group B.

Langkah liar dilakukan oleh Peugeot, sebab sosok 305 ini dibuat seperti 505 versi ringkas. Sejumlah komponen mekanis dari Peugeot 604 pun dijejalkan. Ya, sistem penggerak roda belakang dan tentunya mesin V6. Khusus untuk 305 ini, mesinnya berkapasitas 2.5 liter dan punya empat klep per silinder.

Kenyataan pun berkata lain, Peugeot 305 V6 tidak sempat merasakan kejamnya event reli dunia. Sebab Peugeot Sport yang saat itu dipimpin oleh Jean Todt, memilih 205 untuk dikembangkan lebih dalam lagi. Akhirnya, seperti yang diketahui bersama, 205 Turbo 16 menjadi jagoan Peugeot di kancah reli dunia, khususnya Group B. Lalu bagaimana dengan 305 V6? Mobil ini masih ada dan menjadi ‘penduduk tetap’ di museum Peugeot.

Suka Reli? Film Race for Glory Jangan Sampai Terlewat

Jalan cerita sebuah film yang berdasarkan kisah nyata, memang seru untuk disimak. Apalagi jika berhubungan dengan hobi maupun kesukaan si penonton film. Buat Anda yang antusias dengan dunia motorsport, khususnya reli, maka nantikan film Race for Glory di tahun 2024 nanti.

Film bertemakan kompetisi sengit dalam musim reli dunia tahun 1983, antara Lancia dengan rivalnya. ‘Bintang’ utama dalam kisah ini ialah Lancia Rally 037 yang masih berpenggerak roda belakang, sedangkan kompetitor lainnya sudah mulai menggunakan sistem penggerak empat roda.

“Dengan prestasi 15 kali juara reli dunia, Lancia menjadi brand otomotif yang amat sukses dalam kancah motorsport,” bangga Luca Napolitano, Chief Executive Officer Lancia.

Lancia Rally 037 amat mewakili jiwa dari brand Lancia, memiliki bentuk geometri yang radikal, dipadu dengan desain bodi yang unik. Wajar saja jika mobil tersebut menginspirasi desain mobil-mobil Lancia di masa depan.

Tim reli Lancia Squadra Corse hanya beranggotakan sedikit orang, namun mampu meraih kesuksesan di ajang motorsport dunia. Semua ini berkat jiwa kompetitif dan kepiawaian dalam pekerjaan mereka. Tim reli ini dipimpin oleh Cesare Fiorio.

Puncak cerita diperlihatkan saat sorotan tertuju pada Cesare Fiorio dan Walter Röhrl, pereli asal Jerman yang bergabung dengan Lancia Squadra Corse pada tahun 1983. Prestasi super gemilang dari brand Italia ini dibuktikan saat menyapu bersih semua stage reli Sanremo, tanggal 7 Oktober 1983. Keempat mobil Lancia bertengger di lima posisi final teratas.

Sejumlah footage berlangsungnya reli berasal dari rekaman asli di era 1980an, sedangkan untuk syuting film dilakukan di Italia dan Yunani. Termasuk mengambil lokasi asli di kantor Lancia dan proving ground Balocco milik Stellantis.

Menurut rencana, jadwal rilis film Race for Glory ini akan berlangsung pada 5 Januari 2024 di wilayah Amerika dan Canada. Sedangkan untuk di Italia ialah sekitar bulan Maret. Semoga saja jadwal tayang di Indonesia tidak terlalu lama setelahnya…

Alfasud Sprint 6C, Tenggelam Karena Terjegal Keadaan

Era keemasan reli memang terjadi di tahun 1980an dan kelas Group B menjadi puncaknya. Wajar saja jika sejumlah pabrikan otomotif pun ingin ambil bagian di ajang tersebut. Salah satunya ialah Alfa Romeo yang tergoda untuk masuk ke dunia reli kelas Group B di tahun 1982. Perusahaan yang bermarkas di kota Milan, Italia, ini segera menyiapkan Alfasud Sprint 6C.

Kelas reli dunia Group B meminimalisir batasan teknologi, desain, dan hanya memerlukan sedikit unit mobil yang diproduksi untuk keperluan homologasi. Karena regulasinya tergolong ‘enteng’, maka Alfa Romeo pun termotivasi menciptakan Alfasud untuk keperluan reli Group B.

Bobotnya tak sampai 1 ton

Alfasud Sprint 6C mengambil basis dari Alfasud Sprint yang dimodifikasi secara keseluruhan. Mesin V6 berkapasitas 2.5 liter menggunakan milik Alfa Romeo Alfetta GTV6 yang diletakkan di tengah bodi secara longitudinal, lalu dipadu dengan transaxle 5-speed buatan ZF. Di atas kertas, mobil ini bisa saja kompetitif. Bobotnya hanya 900 kg, top speed mencapai 215 km/jam, dan akselerasi 0-100 km/jam cukup 7,3 detik saja.  

Ramuan yang dilakukan oleh Alfa Romeo ini telah dilakukan oleh Lancia pada mobil reli 037 dan terbukti ampuh dalam berkompetisi. Bahkan, transaxle ZF yang digunakan pada Lancia 037 pun serupa dengan Alfasud Sprint 6C. Sehingga Alfa Romeo merasa yakin untuk bersaing di ‘taman bermain’ yang ganas di kelas Group B.

Skena reli dunia bergeser

Alfa Romeo juga memprediksi bahwa Alfasud Sprint 6C di masa depan akan berevolusi dengan menggunakan mesin V6 3.0 liter, serta dapat digunakan pada mobil balap untuk event Trofeo Sprint Europa. Kombinasi antara mesin bertenaga besar dan dimensi mobil yang tidak terlalu besar tentu menghasilkan rasa berkendara yang mengagumkan. Jika bisa dikendalikan…

Seiring berjalannya waktu, skena reli dunia bergeser secara cepat dan mendahului proyek yang sedang digarap oleh Alfa Romeo ini. Aspek teknologi yang dikembangkan oleh pabrikan lain dalam menggarap mobil reli Group B, benar-benar luar biasa. Sedangkan, apa yang dilakukan oleh Alfa Romeo terkesan konservatif dan dianggap kurang kompetitif. Bahkan sebelum proyek ini selesai dikerjakan.

Memang sudah suratan takdir, jika Alfa Romeo belum waktunya terjun di kelas Group B. Sebab pabrikan ini malah mengalami kendala finansial dan kesulitan administratif. Oleh karenanya, proyek Alfasud Sprint 6C menjadi hal yang bukan diprioritaskan. Sebagai pelengkap derita, reli Group B dihapuskan pada tahun 1986, karena dianggap amat berbahaya dan terlalu banyak kecelakaan fatal.

Dengan berakhirnya reli Group B, maka secara perlahan sosok Alfasud Sprint 6C mulai tenggelam dan dilupakan. Mobil ini menjadi sekeping sejarah otomotif dari eksperimen yang dilakukan oleh Alfa Romeo, namun ide visioner tersebut tidak pernah terealisasi secara sempurna.