Nostalgia, Toyota GR Yaris Rally2 Livery Castrol WRC 1993

Bernostalgia dengan livery mobil balap era tempo dulu tak hanya dilakukan para penyuka modifikasi. Tim balap pabrikan pun melakukan hal serupa. Salah satunya adalah Toyota. Dua mobil rally Toyota GR Yaris Rally2 yang bakal berlaga di British Rally Championship 2024 tampil dengan livery nan ikonik.

Hal ini terjadi pada acara debut perdana tim balap “Castrol MEM Rally Team” di Rolls of Monmouth, Inggris beberapa hari lalu. 

Nostalgia Team Castrol Toyota

Mobil rally legendaris Toyota Celica GT-Four ST185 team Castrol Toyota memang tidak sembarangan. Dibesut pereli Carlos Sainz, Juha Kankkunen dan Didier Auriol sukses melambungkan pamor Toyota dan Castrol di jagad rally dunia.

Kini, sekujur bodi GR Yaris Rally2 ini dikemas livery ikonik Castrol Toyota dari mobil rally Celica GT-Four ST185 yang berlaga di WRC 1993 ini.

Mobil rally yang berlaga di kelas Group A ini dibekali mesin 2.0-liter 4-silinder turbo dengan transmisi sequential 6-speed lansiran Xtrac.

Livery Jimat Keberuntungan

Pemilihan livery ikonik team Castrol bukan lantaran kebetulan mobilnya juga lansiran Toyota. Tema warna ini merupakan simbol kejayaan Toyota dan brand pelumas Castrol pada saat itu.

Penggunaan kembali livery ikonik ini diharapkan jadi “jimat” yang bakal membawa keberuntungan. Selain menggugah kembali brand image yang telah begitu melekat di kalangan konsumen selama beberapa dekade.

Desain digarap oleh Keane Design. Agar terlihat kekinian, tampilannya dikemas ulang dan disesuaikan dengan kontur bodi Toyota GR Yaris Rally2.

Mobil rally Toyota GR Yaris Rally2 dikembangkan oleh Toyota Gazoo Racing di Finlandia dan dihomologasi sesuai regulasi WRC2. Pengembangan mobil ini dimulai sejak tahun 2022.

Mesin yang diusung masih murni peminum BBM, tanpa perangkat hybrid seperti spek regulasi Rally1. Mesin 3-silinder turbo 1.6-liter dipadukan dengan transmisi sequential 5-speed plus penggerak all-wheel drive (AWD).

Pada seri kejuaraan British Rally Championship 2024 ini, Castrol MEM Rally Team akan dipiloti oleh Meirion Evans, Jonathan Jackson, Chris Ingram dan Alex Kihurani.

 

Dominasi Toyota GR Yaris AP4 di Kejurnas Sprint Rally 2023

Mobil balap Toyota GR Yaris AP4 sukses membawa pembalap TGRI, Ryan Nirwan dan navigator Adi Indiarto meraih podium pertama Interauto Kejurnas Sprint Rally 2023. Balap seri ke-4 yang digelar di Sirkuit Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung ini menjadi semangat baru untuk tim TGRI.

Performa GR Yaris AP4 pun terlihat maksimal. Dominan sejak sesi shakedown hingga menyelesaikan 4 tahapan lomba atau Special Stage (SS).

“Selamat atas keberhasilan tim TOYOTA GAZOO Racing Indonesia (TGRI). Yang kembali menempatkan pasangan Ryan Nirwan dan navigator Adi Indiarto di podium pertama Interauto Kejurnas Sprint Rally 2023 Seri ke-4 di Bandung. Semoga hasil positif ini memperbesar peluang TGRI mempertahankan gelar juara nasional tahun ini,” kata Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy.

Toyota GR Yaris AP4 dominan di sprint rally

Ryan dan Adi bersama Toyota GR Yaris AP4 tampil all-out menempati posisi pertama sejak sesi shakedown di hari Jumat (8/9). Masuk hari Sabtu (9/9), kedua pembalap ini langsung memimpin di SS 1 dengan waktu tercepat 02:48.39. Dilanjutkan waktu tercepat 02:45.17 di SS 2.

Keduanya menunjukkan hasil positif dengan kembali memimpin di SS 3. Waktu tercepatnya 03:37.82 dan 03:36.5 di SS 4, Minggu (10/9). Mereka mencatatkan total waktu tercepat 12:47:93. Membawa TGRI sebagai juara pertama overall, sekaligus satu-satunya pasangan dengan catatan waktu 12 menit.

Toyota GR Yaris AP4

“Bersyukur chesmistry yang baik antara tim dan pembalap. Membuat saya dan Adi bertarung dengan penuh rasa percaya diri untuk meraih posisi pertama overall. Sehingga tetap berada di jalur juara nasional tahun ini,” kata pereli TGRI, Ryan Nirwan.

Sebastien Loeb Besut Lancia Delta EV “Martini Racing” Di World Rallycross

Para penggemar mobil rally Lancia Delta Evo mungkin nyaris tak percaya jika mendengar mobil rally legendaris tersebut ‘hidup’ kembali. Dikemudikan oleh Sebastien Loeb pula. 

Ya, mobil rally yang fenomenal pada eranya ini berhasil mencatatkan 46 kemenangan di ajang balap Group-A World Rally Championship sepanjang periode tahun 1987-1992. Bahkan mobil ini 6 kali berturut -turut meraih gelar juara konstruktor. Sebuah prestasi langka di sepanjang sejarah WRC.

Mobil rally dari pabrikan asal Italia ini telah melambungkan nama sejumlah pereli dunia seperti Bruno Saby, Markku Alén, Didier Auriol, Carlos Sainz, serta Juha Kankkunen (Juara Dunia WRC 1987 dan 1991) dan Miki Biasion (Juara Dunia WRC 1988 dan1989).

Lancia Delta EV

Pada seri perdana kejuaraan balap 2023 World Rallycross Championship yang berlangsung pada 3-4 Juni lalu di Montalegre, Portugal muncul sosok Lancia Delta Evo. Hanya saja, mobil tersebut tak mengkonsumsi racing fuel, akan tetapi merupakan versi penghisap elektron.

Pasalnya, World Rallycross adalah ajang rally untuk mobil tanpa asap knalpot alias mobil bertenaga listrik.

Sebastien Loeb

Mobil rally berlabel Lancia Delta Evo-e RX tersebut berasal dari tim balap Special ONE Racing yang dikendarai oleh Guerlain Chicherit dan mantan juara dunia rally Sébastien Loeb. Keduanya akan berlaga di sepanjang 9 seri World Rallycross Championship untuk musim balap tahun 2023.

Lancia Delta Evo-E yang diuji oleh Sebastien Loeb.

Mobil ini bahkan telah membuat penasaran media dunia dan pecinta rally. Mulai dari debut perdana di Nürburgring, Jerman dan eksibisi ‘perkenalan’ di Perancis hingga laga perdana di Portugal akhir pekan lalu.

Nah, seperti apa detail dari mobil rally garapan GCK Performance yang tak lain adalah milik Guerlain Chicherit?

0-100 Km/Jam 1,8 Detik!

Seperti umumnya mobil rally ternasuk Lancia Delta Evo yang asli, Lancia Delta Evo-E RX pun dilengkapi sistem penggerak empat roda alias all-wheel drive.

Sistem penggerak all-wheel drive pada mobil ini bersumber dari dua motor elektrik yang masing-masing berdaya 246 kW atau setara 335 hp.

Kombinasi kinerja kedua motor penggerak tersebut menghasilkan output tenaga maksimum 680 horsepower dan torsi maksimum 800 Nm.

Maka tak heran jika Lancia Delta Evo-E RX hanya butuh waktu 1,8 detik untuk melesat ke angka 100 km/jam. Lebih gesit dari mobil balap F1 yang akselerasinya rata-rata ‘hanya’ 2,5 detik. Ya, melesat sekejap mata bagai rudal dalam artian yang sebenarnya. Sayangnya, tak diungkap berapa kecepatan maksimum yang dapat dicapai mobil ini.

Perakitan Butuh Waktu 2000 Jam

Bagaikan menyusun sebuah puzzle atau merakit mobil model kit, penggarapan mobil ini butuh ketelitian ekstra.

Para teknisi GCK Performance butuh waktu selama 2000 jam kerja untuk merakit mobil balap Evo-E RX. Baik untuk mobil besutan Chicherit maupun Sebastien Loeb, waktu yang dibutuhkan kurang lebih sama.

Mulai dari setting sasis dan roll cage pipa tubular, suspensi, pemasangan motor elektrik penggerak, baterai hingga seluruh sistem kelistrikan dan komputer pada mobil ini sedikit berbeda dari mobil rally konvensional.

Seluruh konstruksi rancang bangun dan aerodinamika serta perangkat keselamatan yang dibekalkan telah disesuaikan dengan regulasi FIA.

Livery “Martini Racing” Legendaris

Jika anda mengingat mobil balap F1 besutan mendiang Ayrton Senna, maka anda akan terlintas livery merah-putih “Marlboro”. Lancia Delta Evoluzione? Legenda di berbagai ajang rally dunia ini pun tersohor oleh livery “Martini Racing” yang khas.

Body mobil besutan Sebastien Loeb pun dilabur warna putih plus kombinasi aksen warna biru dan merah serta imbuhan logo dan label tulisan “Martini Racing”.

Body kit yang diimbuhkan pada Evo-E RX pun jauh lebih garang dan berhasil menjadi pusat perhatian.

Lancia Delta Evo rally telah hidup kembali dan bereinkarnasi dalam versi yang lebih modern serta tak kalah keren.

 

Mitsubishi Lancer Evolution WRC

Terbit Bersinar Lalu Redup, Ini Kisah Mitsubishi di WRC

Coba jangan bayangkan Mitsubishi seperti sekarang, yang isinya didominasi oleh Xpander dan Pajero Sport. Mundur ke era 90-an dan sebutkan nama mobilnya. Kami terbayang Mitsubishi Colt T120 yang tangguh, Minicab yang biar kecil tapi bandel, Galant yang gagah dan bertenaga. Serta tentunya sedan kelas menengah, Mitsubishi Lancer.

Membahas Lancer lagi? Kenapa tidak. Kali ini yang ingin disorot adalah bangkit dan gugurnya Mitsubishi di arena rally. Kisah nyata ini harus diurut lagi ke belakang. Jauh ke belakang. Kurang lebih 100 tahun.

Mobil pertama Mitsubishi adalah PX33 yang muncul 1937, disebut sebagai sedan pertama yang dibuat di Jepang. Lalu datang musibah perang dunia kedua. Mitsubishi beralih membuat pesawat tempur mematikan, A6M ‘Zero’. Kalah perang, sang Tiga Berlian balik lagi bikin produk otomotif beroda seperti bis, truk, skuter dan motor roda tiga.

Termotivasi Orang Australia

Era 1960-an, saat ekonomi Jepang mulai tumbuh, mereka kembali mengeluarkan sedan pada tahun 1962. Bentuknya mungil, dinamai Mitsubishi Colt 500. Pastinya, supaya dikenal mereka menurunkan mobil itu di arena balap. Macau Grand Prix disambangi di tahun yang sama, untuk jadi ajang unjuk gigi dan menang.

Mitsubishi 500

Kemenangan itu membuat pengambil keputusan bersemangat. Mereka keluar dengan Mitsubishi Colt 1000 F tahun 1967, dan meminta bantuan pembalap Australia, Doug Stewart untuk mengujinya. Stewart melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan menyarankan untuk ikut rally Southern Cross di Australia.

Medan berat, cuaca kering diimbangi kelihaian Stewart memberikan hasil lumayan. Finish keempat dan ketiga. Hasilnya biasa saja memang, tapi inilah yang membuat Mitsubishi makin semangat ikut rally. Colt 1000 F turun di rally tersebut selama beberapa tahun.

Mendunia Berkat Petani Skotlandia dan Orang India

Tahun 1971, Mitsubishi menunjuk petani yang jadi pembalap, Andrew Cowan untuk jadi perally mereka di ajang Southern Cross. Menggunakan Mitsubishi Galant. Dia lalu sukses membawa ke podium juara. Meski kesulitan, tapi Galant 16G LS yang dikemudikannya mampu mengalahkan Nissan 240Z dengan selisih waktu 24 menit. Inilah kemenangan pertama Mitsubishi di ajang rally. Tahun 1973 bahkan mereka menduduki posisi satu sampai empat. Bukan main.

Kemudian di tahun itu lahir juga World Rally Championship (WRC). Mitsubishi tidak secara resmi mengikuti kejuaraan ini. Tapi ada satu orang dengan ketangkasannya mendaftar untuk ikut. Namanya Joginder Singh, orang India yang tinggal di Kenya.

Ia beli sendiri Mitsubishi Galant 16G LS dan ikut Safari Rally Kenya tahun itu. Tidak sukses. Tapi Joginder pantang menyerah. Tahun berikutnya, ia ikut lagi. Kali Ini Mitsubishi baru memperkenalkan Lancer 1600 GSR, itulah yang ia beli. Ingat, beli. Mitsubishi yang melihat kegigihan dan kepiawaian Singh kemudian turut memberikan dukungan untuk logistik.

Joghinder Singh Mitsubishi Lancer

Selama lima hari Joginder Singh mengendalikan Lancer 1600 GSR, mobil paling tidak bertenaga yang berlaga di Rally Safari 1974. Tapi Singh dan Lancer berhasil mempersembahkan kemenangan pertama Mitsubishi di arena WRC.

Tidak mau kehilangan talenta berharga, Joginder ‘the Flying Sikh’ dijadikan bagian dari tim reli Mitsubishi bersama Andrew Cowan. Keduanya cukup dominan di Safari Rally. Bahkan tahun 1976, finish satu dan dua. Kemudian Mitsubishi tiba-tiba berhenti dari kejuaraan WRC.

Sadar Diri

Saat sedang bersinar mereka berhenti. Tidak ada yang tahu pasti kenapa, tapi sepertinya para petinggi pabrikan Tiga Berlian ini menyadari, kompetisi WRC adalah sangat serius dan butuh modal ekstra untuk menghasilkan mobil yang bisa terus kompetitif, di segala medan di bumi ini.

Lancer 2000 Turbo WRC

Tahun 1980, saat Audi hadir dengan Quattro, makin disadari kalau era mobil penggerak roda belakang akan tamat riwayatnya di ajang reli dunia. Mitsubishi pernah mencoba untuk ikut di awal era 1980-an, menggunakan Lancer 2000 Turbo (di Indonesia satu marga dengan Lancer SL, beda spek). Tapi waktu terbaik mereka adalah empat menit lebih lambat dari Audi Quattro. Jadi tidak logis untuk terus partisipasi.

Di sisi lain, kejuaraan WRC makin populer berkat kegilaan mobil Group B yang seolah tidak dibatasi aturan. Ini membuat Mitsubishi gerah dan coba membangun mobil Group B. Mereka mencontoh Audi Quattro yang bobotnya condong ke depan dan hanya punya dua pintu. Platform yang dipakai adalah Mitsubishi Starion.

Mitsubishi Starion Group B

Starion adalah mobil coupe dua pintu berpenggerak 4WD, bukan AWD seperti Audi dengan Quattro-nya. Pengembangan Starion pun kerap didera masalah. Akhirnya, saat semua siap, Group B sudah ditutup setelah menelan beberapa nyawa penonton, pembalap. Namun ada kelas baru, namanya Group A.

Gelar Juara Pertama Untuk Orang Jepang

Beruntung, saat peraturan Group A diperkenalkan pada pertengahan era 1980-an, Mitsubishi sudah mengembangkan segala yang diperlukan. Termasuk sistem AWD terbaru, yang kemudian terpasang pada Galant VR-4.

Galant VR-4 adalah sedan empat pintu, punya kemampuan gerak empat roda, bermesin empat silinder dengan kode 4G63. Banyak sekali angka empatnya. Anda mengenalnya di Indonesia sebagai Eterna. Inilah langkah serius mereka untuk mendominasi ajang rally.

Mitsubishi Galant VR4 RS

Dibentuklah dua tim Ralliart untuk mendukung agenda tersebut. Ralliart Europe yang dipimpin Andrew Cowan akan mengikuti semua seri WRC di Eropa. Tim kedua, mengandalkan pereli legendaris Kenjiro Shinozuka, akan berlaga di kejuaraan Asia Pacific Rally Championship.

Kedua tim ini sukses. Apalagi Kenjiro yang jadi juara reli Asia Pacific 1988. Pria ini sempat turun di WRC yang bersamaan dengan seri APRC Australia, dan langsung menang. Menjadikannya orang Jepang pertama yang sukses di ajang tersebut.

Tim Ralliart Tiga Berlian pun terbilang cukup berhasil. Meski belum sempat jadi juara dunia, tapi hasilnya meyakinkan.

Tangan Besi Andrew Cowan

Kemudian pada 1993, peraturan WRC berubah. Kali ini lebih merangkul mobil-mobil dengan ukuran yang lebih compact. Dan Galant VR-4 tidak termasuk di dalamnya. Mitsubishi pun kembali ke meja gambar.

Mau tidak mau mereka harus membangkitkan kembali Lancer. Tapi seperti mobil keluarga di era tersebut, Lancer sudah berevolusi menjadi mobil gerak depan yang mengejar nilai ekonomis.

Lancer Evolution WRC

Lancer harus dibuat AWD dulu. Selain itu, peraturan Group A, juga mengharuskan mobil dibuat versi jalan raya dulu minimal 2.500 unit, dalam 12 bulan.  Soal jualan itu cerita lain waktu. Tapi secara teknis, mereka belajar banyak dari Starion dan VR-4. Langkah kedua, mesin harus dimodifikasi. Diputuskan untuk menjebloskan mesin legendaris 4G63T. Mesin hebat dengan blok yang terbuat dari baja. Makanya tahan banting. Mobil ini lalu hadir dengan nama Lancer Evolution.

Hasilnya memuaskan tapi belum cukup. Andrew Cowan lalu ditunjuk sebagai pemimpin pengembangan Lancer Evolution rally. Langkah yang ia lakukan cukup tegas dan drastis. Para engineer yang cuma duduk di laboratorium, ia bawa ke lapangan untuk melihat langsung kondisi apa yang harus dihadapi oleh Evo.

Lancer Evo I WRC

Otak cerdas para insinyur dipadukan dengan pengalaman Andrew Cowan membuat Evo terus berubah. Lancer Evo punya enam generasi dalam rentang waktu tujuh tahun. Mana ada mobil lain yang ganti model secepat itu.

Mulai Meresahkan

Tahun 1995, Colin McRae dan Subaru jadi juara dunia, tapi mengekor ketat di belakangnya adalah Mitsubishi dengan Evo. Ini dimungkinkan karena pada pertengahan musim tersebut, Cowan cs melakukan perubahan.

Lancer EVo III WRC

Pertama adalah merekrut orang Finlandia bernama Tommi Makinen sebagai pereli, kedua menambahkan diferensial aktif. Keduanya adalah kombinasi jitu. Apalagi kalau bertemu medan yang menuntut kecepatan tinggi dengan akurasi manuver tanpa kompromi.

1996 FIA mengubah peraturan WRC lagi. Kali ini, mobil yang turun tidak perlu dihomologasi, asal aturan teknis diikuti. Evolution III dilepas ke arena rally dunia tahun itu, dan hasilnya membuat kompetitor menggerutu. Yang hebat adalah, spesifikasi mobil ini masih berdasarkan regulasi Group A, alias mobil jalan raya yang dijadikan mobil rally.

Lancer Evolution III Sweden

Tapi dengan spek seperti itu, Evo III seperti setan jalanan. Mitsubishi sukses juara di medan salju Swedia. Kemudian, untuk pertama kalinya sejak Joginder Singh, Makinen menang di Safari Rally. Menyusul juara di Argentina, Finlandia dan Australia. Makinen tersenyum lebar. Gelar juara dunia WRC di tangannya, dan Mitsubishi kembali jadi raja.

Menjelang penutupan musim 1996, Mitsubishi memperkenalkan Lancer Evolution IV. Ini juga jadi catatan khusus. Evo IV adalah mobil WRC terakhir yang berbasis mobil jalan raya. Pabrikan lain sudah menyesuaikan dengan regulasi WRC yang berlaku.

Lancer evolution IV WRC

Tahun berikutnya Evo baru ini mulai berlaga. Dan tidak masalah dengan spek Group A yang dipakai. Makinen juara dunia lagi. Orang ini begitu mendominasi, sehingga siapapun berharap Tommi Makinen terkena penyakit supaya tidak turun reli.

Ditinggal Makinen

Evolution V kemudian mengikuti jejak ‘kakaknya’ dan sukses. Masih berdasarkan spesifikasi mobil jalan raya. Saat Subaru menghadirkan WRX yang khusus untuk WRC berpintu dua, Mitsubishi masih mengandalkan sedan empat pintu. Evo VI juga begitu. Toh, Tommi masih mendominasi WRC hingga 1999.

Kemudian, mereka yang kesulitan mengalahkan Evo menyuarakan kepada FIA, “Ini sebetulnya aturan yang dipakai yang mana? Regulasi WRC atau Group A? Kenapa Mitsubishi masih dibolehkan pakai Group A?” Kurang lebih begitu.

Tapi pertanyaan dari pihak luar lebih dalam, kenapa Mitsubishi harus bertahan dengan mobil reli yang dibangun dari sedan jalanan? Jawabannya adalah dana. Mitsubishi sebetulnya tidak sanggup untuk bikin mobil yang khusus digunakan untuk WRC

Tahun 2000, Mitsubishi Evo akhirnya ditumbangkan. Mereka hanya bisa menyelesaikan kejuaraan di posisi kelima. Tahun itu merek ‘baru tapi lama’ mendominasi, Peugeot 206.

Dimulailah masa suram Mitsubishi di WRC. Hingga akhirnya membuat mobil yang khusus untuk WRC. Namanya Lancer WRC, muncul di pertengahan musim WRC 2001. Mobil ini menggantikan Evo VI, tapi tidak sukses. Total, Makinnen hanya finish di tempat ketiga. Puncaknya tahun 2002 saat Makinen pindah ke rival terbesar, Subaru. Mitsubishi kemudian cuti dari WRC hingga 2004.

Lancer WRC

Tahun berikutnya, mereka masuk lagi dengan Lancer WRC04. Juga tidak sukses. Mitsubishi lantas undur diri dari WRC di akhir musim. Tidak lama, Ralliart juga menutup usahanya. Andrew Cowan pensiun. Beberapa tim privateer sempat dibuatkan Lancer WRC05 untuk musim reli 2006, tapi sekali lagi tidak berhasil. Meski begitu, Lancer Evolution jalan raya terus disukai penyuka kecepatan.

Tetap Hidup di Benak Semua Orang

Kendala utama apalagi kalau kesulitan finansial. Di luar balapan, Mitsubishi sampai harus banting setir dan membuat mobil-mobil keluarga yang mudah dipasarkan. Itupun dengan susah payah.

Kemudian datang skandal emisi gas buang di Jepang. Buntut dari kejadian itu, Mitsubishi diambil alih oleh Nissan. Yang, sayangnya tidak melihat urgensi sebuah Mitsubishi Lancer dan Lancer Evolution. Setelah Evo X, tahun 2016 nama Lancer tamat.

Betul tamat? Tidak juga. Di benak para penyuka mobil seperti kami, Mitsubishi bukan cuma pembuat mobil angkutan penumpang atau barang. Mitsubishi adalah nama yang membuat banyak orang terjun ke dunia otomotif. Lancer adalah mobil keren yang enak untuk diajak nongkrong dan tidak rewel. Dan Lancer Evolution adalah sebuah fenomena abadi.

Rolls-Royce Corniche “Jules” Legenda Rally Paris-Dakar Bermodal Nekat

Apa yang terjadi jika dua pria Perancis eksentrik mengendarai mobil mewah Rolls-Royce Corniche mengikuti rally Paris-Dakar? Ya, bertualang di reli terganas dunia dari kota Paris menuju Dakar, ibukota negara Senegal. Reli berjarak 10.000 km yang 80 persen adalah rute gurun pasir dan tanah tandus Afrika.

Rolls-Royce? Ya…Anda tidak salah baca. Satu-satunya Rolls-Royce Corniche yang berlaga di rally Paris-Dakar 1981.

Berawal dari lelucon iseng dua sahabat karib, Thierry de Montcorgé dan Jean-Christophe Pelletier yang ingin mencoba ikut bertualang di rally terganas dunia itu dengan sebuah limousine.

Jean-Christophe mulai pusing dengan biaya perawatan rutin Rolls-Royce Corniche miliknya yang pada saat itu terbilang sangat mahal. “Daripada bayar mahal ke bengkel, mengapa tidak ‘disiksa’ sekalian di rally Paris-Dakar?”, kelakar Thierry pada Jean-Christophe. Lalu keduanya pun sepakat ikut Rally Dakar yang akan segera dihelat di Paris.

Meskipun keduanya kaya raya, namun untuk ikut rally Paris-Dakar butuh sokongan dana yang tak sedikit. Keduanya lantas membujuk brand fashion Christian Dior untuk mensponsori petualangan mereka. Hmm…berkelas!

Dior pun menyetujui untuk mensponsori petualangan duo eksentrik ini. Logo Jules, parfum pria lansiran Christian Dior pun menjadi branding sponsor. Terpampang mentereng di body sang Corniche. Nama “Jules” pun akhirnya menjadi julukan yang disematkan pada Rolls-Royce “Paris-Dakar” ini.

Otot British, Tulang Jepangan, Jantung Amerika

Butuh persiapan 3 bulan untuk merombak total konstruksi Rolls Royce Corniche agar siap berlaga di rally Paris-Dakar.

Seluruh komponen dipreteli. Sasis asli diganti ladder frame gress dari Toyota Land Cruiser HJ45. Selain kokoh, ukuran wheelbasenya identik. TLC juga memberi bonus penggerak 4×4 plus girboks badak siap off-road.

Mesin 6.75 liter V8 bawaan Corniche diganti Chevy ‘small-block’ 5.7-liter V8 baru yang dipesan langsung dari Detroit.

Panel body asli diterondoli dan diganti bahan fiberglass. Rangka body berbahan baja plus roll-cage dilas ke sasis. Komponen orisinal yang tersisa dari Corniche hanya kaca, bumper dan grille…plus emblem Spirit of Ecstasy sebagai ciri khas dan martabat sebuah Rolls-Royce.

Interior? Hanya dashboard asli Rolls Royce Corniche yang tersisa. Sepasang jok sport diadopsi dari mobil balap Alpine A110 yang dibalut kulit. Setidaknya harga diri Rolls-Royce sebagai mobil mewah masih dipertahankan.

Sebagai bekal logistik, warga Paris yang eksentrik ini membekali Jules dengan roti baguette, champagne, keju, caviar, Foie Gras, dan oyster. Hidangan mewah ala Perancis tak boleh ketinggalan, walau hanya tahan untuk beberapa hari. 

Paris-Dakar via Timbuktu

Start dimulai pada 1 Januari 1981. Hampir 300 mobil bertolak dari Paris. Setelah melalui 2 etape di Perancis, “Jules” pun menyeberang ke Afrika dan mendarat di Aljazair. Di sinilah siksaan lahir batin dimulai. Peserta harus melintasi gurun Sahara via Timbuktu melewati Mali, Upper Volta dan Pantai Gading menuju Senegal.

Thierry memegang kemudi dan Jean-Christophe menjadi navigator. Tak hanya menjadi salah satu peserta favorit sorotan media, “Jules” ternyata berhasil menempati posisi 13.

Sayangnya, mereka mengalami kerusakan di tengah jalan. Thierry dan Jean-Christophe pun mencoba memperbaiki sendiri mobil mereka. Namun oleh panitia hal itu dianggap ‘ilegal’. Poin mereka pun tidak dihitung sebagai sanksi. Namun tetap diperbolehkan meneruskan perjuangan hingga finish.

Meski tak mendapat poin, namun “Jules” menjadi satu dari 170 mobil yang berhasil mencapai garis finish di kota Dakar tanpa dikawal tim pendukung! Luar biasa…

Sepanjang event berlangsung, “Jules” menjadi sorotan publik dan media dunia baik majalah, surat kabar hingga berita TV. Christian Dior pun secara tak langsung mendapat publikasi luar biasa yang nominalnya jutaan Francs. Trik marketing yang jitu dan “Jules” pun jadi legenda.

Audi Quattro

10 Mobil Rally Terbaik Yang Sulit Digantikan

Kalau balap Formula One (F1) dianggap sebagai puncak dari segala balapan, maka kejuaraan rally dunia (WRC, World Rally Championship) mungkin berada di sebelahnya. F1 memang balapan yang menantang dan membutuhkan keahlian khusus untuk bisa mengendarai mobil di sirkuit dengan kecepatan lebih dari 300 km/jam. Tapi WRC mobilnya dikendarai lebih dari 180 km/jam di jalanan terbuka yang bukan hanya aspal.

Karena itu, tidak hanya skill pengemudi, sebuah mobil rally dunia memerlukan kekuatan ekstra. Dibangun dari mobil jalan raya, dimodifikasi untuk menembus medan berat ratusan kilometer, dengan harapan bisa jadi yang paling cepat. Kekuatan ekstra ini yang menjadikan sebuah mobil reli sebagai ‘legend’. Dan karena dibangun dari mobil biasa, bentuknya jadi lebih mudah dipahami siapapun yang menonton.

Kami hadirkan sepuluh mobil rally yang memang legendaris dari masa ke masa, diurutkan secara acak. Selain kencang, kuat, juara dunia konstruktor dan/atau juara dunia untuk perelinya, juga enak dipandang. Selamat menyimak.

Fiat Abarth 131

Fiat abarth 131

Di Indonesia, Fiat 131 lebih dikenal sebagai Mirafiori. Hadir di akhir 1970-an. Kiprah mobil ini di WRC juga cukup mengejutkan. Abarth, tuner resmi Fiat menghasilkan sedan dua pintu yang tangguh dan lincah. Hasilnya, pabrikan Italia ini cukup bangga dengan juara dunia 1977, 78 dan 1980.

Peugeot 205

Peugeot 205 T16 WRC

Peugeot 205 adalah salah satu mobil hatchback yang sukses. Tercatat lebih dari lima juta unit laris terjual. Tapi yang paling menonjol adalah Peugeot 205 T16. Dibangun untuk kejuaraan reli dunia Group B, dimana tim bebas memodifikasi mobilnya, 205 T16 sukses meraja dan juara dunia tahun 1985 dan 86.

Lancia Delta Integrale

Lancia Delta Integrale

Awalnya, Lancia Delta bukan mobil yang spesial. Kalau Anda lihat bentuk aslinya, kami yakin tidak akan terbayang kalau mobil ini punya sepak terjang hebat di WRC. Tapi itulah kenyataanya. Delta diracik ulang untuk turun di medan reli dan ditambahi nama Integrale. Keseriusan Lancia membuahkan hasil. Delta Integrale memenangkan 46 lomba dan juara dunia dari 1987 hingga 1991, sebelum dominasinya dipatahkan oleh mobil di bawah.

Toyota Celica

Toyota Celica WRC

Toyota Celica lebih dikenal sebagai mobil sport dengan harga terjangkau. Tapi begitu Toyota meracik Celica untuk turun reli, citra itu berubah. Celica ST185 menjegal dominasi Lancia Delta Integrale dan mengamankan juara dunia tahun 1992 sampai 1994. Setelah ST185, Toyota turun dengan ST205 pada WRC 1995. Namun mereka gagal dengan tidak kalah spektakuler: Diskualifikasi karena terbukti melakukan modifikasi ilegal pada restriktor turbo. Era Celica pun tamat.

Subaru Impreza ‘555’

Subaru Impreza WRC

Kalau Anda lahir tahun 1980-an, kemungkinan besar paham inilah yang melambungkan nama Subaru seperti sekarang. Kehadiran Subaru Impreza di WRC menggantikan Legacy yang tidak sukses. Salah satu perelinya adalah sang legenda, Collin McRae. Determinasi dan keahlian McRae, dipadukan engineering hebat oleh Subaru dan tuner Prodrive, membuat sukses menyabet juara dunia konstruktor dan pereli tahun 1995. Tidak hanya tahun itu, Impreza ‘555’ juga juara 1996 dan 1997.

Mitsubishi Lancer Evolution

Mitsubishi Lancer Evo WRC

Inilah jawaban pasti Mitsubishi atas dominasi Subaru di WRC. Meski Lancer Evolution hanya memberikan satu kali juara dunia konstruktor untuk pembuatnya di tahun 1998. Namun pria bernama Tommi Makinen berhasil jadi juara dunia dengan mobil ini. Bukan cuma sekali, tapi sejak  1996 hingga 1999. Dari ajang reli ini, nama Lancer Evolution lantas menjadi salah satu icon kultur otomotif dunia, hingga sekarang.

Lancia Stratos

Lancia Stratos WRC

Bayangkan sebuah supercar Italia bermesin Ferrari, ditinggikan lalu dipacu di lintasan gravel. Itulah Lancia Stratos. Ringan, kecil, punya mesin buatan Ferrari. Tapi tidak seperti supercar lain, Stratos memang dibuat khusus untuk turun sebagai mobil rally di medan WRC. Kalau sempat melihat versi jalan rayanya, Anda beruntung karena mobil terebut dibuat terbatas, demi memenuhi syarat untuk ikut WRC. Stratos memberikan gelar kepada Lancia tahun 1974 hingga 1976. Meski mobil ini pensiun tahun 1978, citranya tetap menempel sebagai mobil eksotis juara WRC. Tidak ada lagi mobil reli dengan bentuk seperti ini.

Volkswagen Polo R WRC

VW Polo R WRC

VW Polo R WRC mungkin salah satu contoh kesuksesan instan, selesainya juga cepat. Debut pertama kali tahun 2013, dan langsung jadi juara dunia. 43 balapan dimenangkan oleh hatchback ini dan banyak kalangan yang bilang, sebetulnya inilah mobil WRC paling hebat sepanjang masa. Juara dunia konstruktor dan pereli pun diraih di waktu yang sama. Driver Sebastien Ogier jadi yang paling dominan dengan mobil ini. Namun VW Polo R WRC kemudian pensiun tahun 2016, setelah VW juga memutuskan untuk mundur dari kejuaraan.

Citroen C4 WRC

Citroen C4 WRC

Era awal 2000-an, Citroen mengganggu dominasi Mitsubishi, Subaru dan Ford di arena WRC dengan Citroen Xsara. Karena mobilnya juga semakin berumur, mereka memutuskan untuk ganti senjata. Hatchback Citroen C4 kemudian dipilih sebagai basis pengembangan. Hasilnya, C4 yang dikendalikan mantan atlet gymnastic Perancis, Sebastien Loeb, jadi juara dunia konstruktor dan pereli dari 2006 hingga 2010.

Audi Quattro

Audi Quattro WRC

 

Kalau VW Polo WRC adalah mobil rally yang paling sukses, kami setuju saja. Tapi kalau dibilang yang sukses dan sekaligus mengubah keseruan reli dunia seperti sekarang, ini yang paling bertanggung jawab. Audi Quattro. Bicara melibas jalanan offroad, opsi gerak empat roda pasti paling benar untuk digunakan. Tapi masa-masa awal WRC, tidak satupun yang peduli dan hanya mengandalkan gerak roda belakang (RWD). Audi menggebrak melalui sistem penggerak Quattro AWD dan membukakan mata pelaku WRC, sekaligus badan otomotif dunia. Mobil ini juara tahun 1982 dan 84. 1983 dan 85 mereka jadi runner up.