Wuling Binguo

Review Wuling BinguoEV, Dilema Harga dan Fitur

Wuling BinguoEV sempat membuat heboh pasar mobil listrik di Indonesia. Kami katakan sempat karena setelah mobil ini buka harga, rivalnya langsung banting banderol atau datang saingan baru. Impresi pertama kami pun cukup memuaskan. Waktu itu. 

Yang pasti, kini di markas Motomobi kedatangan satu unit Wuling BinguoEV varian Premium Range (410 km) untuk kami coba. Saat kami kendarai, odometer menunjukan 150 km, yang artinya mobil ini belum lama keluar dari pabrik di Cikarang, Jawa Barat.

Bentuk melengkung aerodinamis yang minim tekukan mengundang perdebatan. Ada yang suka, ada yang bilang terlalu ‘imut’ tapi kami merasa biasa saja. Lebih penasaran dengan apa yang bisa disuguhkan selama perjalanan.

Jarak total yang ditempuh untuk pengujian ini kurang lebih 250 km dengan beragam kondisi lalu lintas dan kontur jalan di Jabodetabek.

Tendangan Balik

Wuling BinguoEV

Begitu berjalan, Anda tidak akan keliru kalau ini mobil listrik. Segalanya hening dan ringan. Membuat mobil seperti melayang. Akselerasinya juga spontan di mode Normal, namun terasa kalau mobil berusaha untuk mengurangi efek sentrifugal berlebihan dengan memainkan lontaran daya ke roda depan.

Hingga mencapai kecepatan 20 km/jam, kesunyian dipecah oleh suara ban menggilas permukaan jalan. Seiring dengan peningkatan kecepatan, peredamannya masih cukup masuk akal untuk di jalanan aspal. Catat, aspal. 

Melindas lubang yang tidak terlalu dalam tanpa peduli kecepatan menancap di 40 km/jam masih meyakinkan. Tidak ada bunyi suspensi yang protes dan membuat khawatir. Pendek kata, di perjalanan perkotaan cukup meyakinkan.

Yang terasa kurang membuat kami percaya diri adalah saat dilajukan pada kecepatan 100 km/jam di tol. Bagian belakang terasa terlalu antusias saat melewati permukaan jalan beton bebas hambatan. Proses rebound shockbreaker belakang terlalu cepat, akibatnya yang duduk di ruang ini terkadang protes, “Belakangnya keras!”

Bagian depannya cukup baik memberikan handling yang mumpuni. Ban terasa mencengkram dengan baik saat tikungan ramp exit tol dengan radius besar diselesaikan pada kecepatan 50 km/jam. Meski efek body roll cukup terasa. Mungkin karena atapnya yang tinggi, titik gravitasinya jadi jadi lebih ke atas.

Yang tidak mengejutkan adalah, pergerakan kemudi terasa kosong, khas mobil listrik. Ini serius, para pembuat mobil listrik harus mulai memikirkan kualitas pergerakan setir. Supaya tidak dianggap ‘seperti mobil mainan’. Meski begitu, respon kemudi jauh dari kesan lambat. Bahkan terbilang sangat cepat. Gerakkan sedikit, BinguoEV akan langsung menanggapi. Kadang malah pengemudinya yang kebablasan dan harus melakukan koreksi.

Posisi Duduk EV

Interior BinguoEV

Harus diakui, posisi duduk di mobil ini agak lain. Baterai yang tebal di dek menjadikan posisi lantai agak naik. Sayangnya, Wuling tidak mengatur ulang ketinggian jok yang jadi terlalu rendah. Walhasil, lutut menekuk dan paha tidak tersangga sepenuhnya, saat duduk di depan ataupun di belakang. Sepertinya, mereka fokus mempertahankan keluasan ruang kepala dengan posisi jok seperti ini.

Hal tersebut dikompensasi dengan ruang yang lega baik di depan ataupun belakang. Lantai yang rata membuat kaki bebas bergerak. Di depan, absennya konsol pemisah penumpang dan pengemudi memberikan kesan serupa. Tidak kalah menyenangkan adalah material dan desain dashboard yang digunakan. Nyaman dan enak dilihat.

Yang harus kami puji adalah bidang pandang yang luas. Terutama ke depan. Ini karena BinguoEV dibekali dashboard yang rendah dan kaca lebar. Untuk pengemudi pemula, akan sangat dimudahkan. Lagi pula, segalanya terasa ergonomis di kabin. Mudah dijangkau dan dioperasikan. Masih ada tombol fisik untuk AC dan pengaturan mode berkendara. Tidak semua diletakan di display 10.25 inci. 

Fitur Langka

Binguo

Wuling BinguoEV Premium Range saat diluncurkan, dibekali harga Rp 408 juta. Kini, dengan adanya insentif PPn dari pemerintah Indonesia, harganya turun jadi Rp 372 juta (perkiraan OTR DKI).

Dengan harga tersebut, Anda mendapatkan EV hatchback dengan jarak tempuh 410 km. Sangat masuk akal. Namun, kami mencatat beberapa hal yang sepertinya tidak biasa dilakukan Wuling.

Seperti yang Anda tahu, fitur ADAS yang lengkap adalah salah satu value yang diberikan oleh Wuling Motors terhadap produk yang harganya di atas Rp 290 juta. Tapi sepertinya ini tidak berlaku untuk BinguoEV.

Memang, fitur khas macam perintah suara dengan ‘Halo Wuling’ masih ada. Tapi jujur, kami sempat berharap akan ada paling tidak cruise control adaptif atau lane keeping alert. Absennya fitur ADAS yang paling minimum ini agak mengecewakan.

Okelah, masih ada ABS, EBD atau rem parkir elektrik dengan fitur auto hold. Jadi kaki tidak cepat lelah menekan pedal rem di kemacetan.

Untuk membantu kondisi berkendara yang beragam, Wuling BinguoEV dibekali mode berkendara Sport, ECO, ECO+ dan Normal. Masing-masing memberikan sensasi sendiri, terutama dalam hal akselerasi dan tentunya konsumsi listrik.

Bicara konsumsi baterai, lagi-lagi, Wuling layak dipuji. Dengan jarak pengujian 250 km, dengan menghitung manual karena kami gagal menemukan dimana MID yang menginformasikan konsumsi listrik, tercatat 10,8 km/kWh.

Akan Ada Peningkatan?

Review Wuling BinguoEV

Melihat pasar mobil listrik sekelas BinguoEV yang diperkirakan akan makin padat, pastinya Wuling tidak akan lengah. Kompetitor di kelas hatchback EV seperti MG4 EV dan BYD Dolphin akan ‘menggencet’ BinguoEV kalau tidak ada peningkatan dari sisi kelengkapan. Terutama di varian tertinggi seperti Premium Range ini.

Kami menyayangkan absennya ADAS di mobil ini, yang harusnya jadi nilai lebih sebuah Wuling. Untuk harga, kami yakin ini sudah cukup. Apalagi sekarang ada varian paling bawah, BinguoEV AC dengan jarak tempuh 333 km. Layak dibeli? Tentu. Utamanya untuk varian tengah ke bawah, dengan penggunaan lebih sering di kawasan urban. Premium Range, kami harus berpikir lagi.

Wuling BinguoEV

Impresi Pertama Mengendarai Wuling BinguoEV: Menjanjikan

Pasar mobil listrik di Indonesia sepertinya akan makin panas. Nama mobil listrik semakin beragam sehingga Anda, wahai para konsumen, akan semakin dimanjakan dengan banyaknya pilihan EV berbasis baterai. Salah satu yang cukup membuat heboh adalah Wuling BinguoEV, yang diperkenalkan minggu lalu oleh Wuling Indonesia.

Kali ini, kami berkesempatan untuk mencobanya secara singkat. Kurang lebih 2 km, di dalam lingkungan perumahan mewah di Tangerang. Terlalu singkat memang. Tapi menghasilkan impresi pertama yang cukup menjanjikan. Ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, Wuling Binguo dibekali ukuran yang wajar untuk masuk di segmen mobil hatchback perkotaan. Panjangnya 3.950 mm, lebar 1.708 mm. Tingginya mencapai 1.580 mm. Angka dimensi yang cukup untuk sebuah mobil keluarga harian.

Binguo EV

Sebagai penggerak, dipasangkan motor listrik bertenaga 50 kW (setara 67 hp), lebih kecil ketimbang pesaingnya, Neta V (93,6 hp). Baterainya ada dua pilihan yang menggerakan varian Binguo Short Range, 31,9 kWh dengan jarak tempuh maksimum 333 km. Atau 37,9 kWh yang memberikan daya jelajah hingga 410 km, terpasang pada Binguo Long Range.

Fasilitas

Kabinnya terbilang lega berkat wheelbase 2.560 mm. Untuk informasi, panjang wheelbase ini lebih besar 140 mm dibanding Neta V. Di bagian depan, meski kami rasa joknya terlalu rendah, tapi cukup lega dan memberikan rasa nyaman. Segalanya mudah di raih dan dipahami. Layar infotainement berukuran 10,25 inci siap menampilkan berbagai hiburan dan informasi serta pengaturan.

Satu lagi yang menyenangkan adalah, hadirnya tombol fisik di dashboard. Meski hanya untuk mengatur AC dan pemilihan mode berkendara (Eco, Eco+, Sport dan Normal). Di lingkar kemudi, seperti biasa ada tombol cruise control dan audio.

Kenop transmisi ada di antara dua kursi depan dan lagi-lagi mudah digapai. Di sampingnya tersemat rem parkir elektronik dengan kemampuan auto hold.

Jok pengemudi dibekali pengaturan elektrik, namun untuk penumpang masih manual. Kursi ini cukup nyaman dengan balutan bahan kulit sintetis. Meski bahan seperti ini sebetulnya akan mudah membuat punggung berkeringat, tapi jok tetap nyaman. Ukuran badan orang Asia akan bisa duduk dengan nyaman.

transmisi Binguo EV

Selain itu, atap tinggi memberikan ruang kepala yang cukup lega. Posisi duduk kami dengan jok yang ditinggikan, menyisakan ruang kepala sekitar 10 cm di depan. Lain ceritanya di belakang. Posisi sandaran punggung dan head room juga lega. Namun paha kurang tertopang dengan baik. Sepertinya, ini adalah efek lantai yang tebal untuk penempatan baterai, tapi ketebalan jok tidak menyesuaikan.

Bagasinya, saat bangku belakang ditegakkan, tidak terlalu membanggakan. Sedangkan saat jok dilipat, menghasilkan kapasitas hingga 760 liter.

Eksterior

Wuling BinguoEV dibekali dengan beragam fitur kekinian seperti lampu utama LED dan DRL. Meski tidak dibekali dengan kemampuan lampu menyala otomatis, tapi sepertinya ini sudah cukup. Lampu belakang juga terlihat atraktif dan tidak cepat membosankan.

Yang kami cermati, pesaing Neta V ini dibekali pelek ukuran 15 dengan PCD (jarak antara lubang baut) 4 x 114. Penyuka modifikasi seperti kami langsung membayangkan banyaknya jumlah pelek yang bisa dipakai untuk mendongkrak tampilan. Selain itu, Binguo diberikan ban standar berukuran 185/60 R15. Ini ukuran ban yang bisa Anda temukan di mana saja. Apapun mereknya.

Wuling baru

Untuk versi bawaan, Binguo dibekali pelek besi (biasa disebut pelek kaleng) dengan dop. Tidak salah memang, kalau bicara memangkas harga jual dan kekuatan, pelek kaleng memang jawabannya. Binguo dihadirkan dalam tiga pilihan warna yang kekinian. Perlu diketahui, ketiganya memiliki atap berwarna hitam.

Pengendaraan

Sekali lagi, kami mencoba mobil ini dalam jarak dan waktu yang singkat. Yang kami perhatikan adalah kemampuan suspensi meladeni permukaan jalan dan kestabilan. Hasilnya, cukup baik. Kaki-kaki mampu meredam dengan baik hingga kecepatan 50-60 km/jam. Kestabilan menikung juga sepertinya bisa diapresiasi. Kami coba menikung sembari melakukan akselerasi mendadak dan mobil menurut saja. Tentunya, pengujian lebih lanjut masih diperlukan untuk benar-benar meyakinkan. 

Tapi seperti biasa, mobil listrik dengan power steering elektrik kurang punya bobot. Akibatnya pergerakan kemudi kurang berbobot. Hal yang sepertinya harus diperbaiki oleh pabrikan EV, terutama yang berbasis di Tiongkok. Hal ini juga terjadi di MG4 EV dan Neta V. Bukannya tidak nyaman, tapi setir yang ‘feel-nya’ kosong kurang memberikan rasa percaya diri.

Binguo

Sempat dicoba juga sistem cruise control. Meski ini bukan versi adaptif, tapi sudah mampu bekerja saat mobil melaju 40 km/jam. Wuling tidak menyebutkan apakah nantinya akan ada adaptive cruise control. Yang pasti, ada yang disebut creep mode, dimana saat pedal rem dilepas, mobil akan bergerak pelan. Tidak seperti Wuling airEV yang harus menginjak pedal gas baru bisa berjalan. Hal seperti ini jamak ditemukan di mobil bertransmisi otomatis bermesin pembakaran internal. Tentunya akan sangat berguna waktu merayap di kepadatan lalu lintas.

Overall, Wuling BinguoEV mampu memberikan impresi yang meyakinkan. Meski kami harus benar-benar mencoba mobil ini untuk mendapatkan rasa berkendara yang lebih dalam. Soal harga, sepertinya akan berkisar di Rp 300-400 jutaan. Wuling Indonesia belum mengeluarkan harganya.