Toyota HiAce hidrogen

Toyota HiAce Hydrogen Jalani Uji Coba, Berikutnya Land Cruiser?

Penggunaan bahan bakar hidrogen untuk kendaraan bermotor memang diteliti dengan serius oleh Toyota. Setelah mereka melepas Mirai ke pasaran dengan teknologi FCEV (Fuel Cell Electric Vehicle) bersumber energi hidrogen, kini giliran Toyota HiAce dijadikan platform uji coba.

Toyota Hiace dijadikan mobil penumpang komersial bermesin bakar dengan bahan bakar H2, dan 11 November lalu, resmi melakukan uji coba di wilayah Australia. Beberapa unit disediakan untuk dioperasikan oleh perusahaan transportasi di negara itu. Yang menarik, mobil ini dibekali mesin V6 3,5 dengan twin turbocharger.

Mesin tersebut serupa dengan yang dipakai oleh Land Cruiser 300 series dan Lexus LX600 yang tersedia di berbagai belahan dunia. Termasuk Indonesia. Namun tenaganya dipangkas dari 409 hp menjadi 160 hp saja.

Toyota Land Cruiser 300

Menurut Toyota, penggunaan hidrogen untuk kendaraan komersial seperti HiAce adalah langkah berikutnya dari pengujian di arena balap. Seperti diketahui, pabrikan Jepang ini sudah menurunkan Corolla untuk balap ketahanan di beberapa negara, termasuk Super Taikyu di Jepang, dengan menggunakan bahan bakar hidrogen. “Kami akan mengasah teknologi mesin hidrogen yang terus kami sempurnakan melalui partisipasi dalam seri Super Taikyu lebih jauh lagi, menuju penerapan praktis,” begitu bunyi pernyataan resmi Toyota.

Lalu, karena mesin yang digunakan HiAce Hidrogen ini terpasang juga di Land Cruiser, spekulasi soal akan adanya SUV versi BBH (bahan bakar hidrogen) jadi berkembang. Dikutip dari media Drive di Australia, Presiden Hydrogen Factory Toyota, Mitsumasa Yamagata tidak menampik hal tersebut.

“Kemungkinannya ada untuk memasangkan teknologi penggerak hidrogen di mobil-mobil besar. Termasuk Land Cruiser,” ujarnya. Menurut Yamagata, kelebihan teknologi ini salah satunya bisa digunakan untuk mobil-mobil yang kerap menarik beban berat.

Jujur, kami sebetulnya lebih tertarik dengan mobil BBH atau FCEV daripada BEV (Battery Electric Vehicle). Yang jadi masalah adalah, penyediaan infrastruktur pengisian hidrogen. Tidak seperti BBM, hidrogen memerlukan infrastruktur yang lebih kompleks. Baik dalam pembuatan maupun perawatan. Sayang sekali.