Solar B35_a

Pertamina Jelaskan Sumber Pengganti BBM, Ternyata Bebas Impor

PT Pertamina (Persero) menjelaskan bahwa jenis Bahan Bakar Nabati (BBN) dapat menjadi salah satu langkah untuk mengganti peran Bahan Bakar Minyak (BBM). Perlu dicatat, hingga saat ini sebagiam dari kebutuhan Indonesia terhadap BBM masih diimpor.

Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Upaya mengurangi impor BBM, bisa dilakukan dengan meningkatkan ketahanan, keterjangkauan, aksesibilitas, hingga keberlanjutan energi. Salah satu cara yang didorong oleh perseroan, bisa melalui pengembangan program bioenergi seperti biodiesel, biogasoline, dan bioavtur.

Ada potensi keberlanjutan di Tanah Air

“Masih banyak potensi keberlanjutan di Indonesia, kami dapat meningkatkan program bioenergi, biodiesel, biogasoline, bahan bakar penerbangan berkelanjutan, termasuk carbon offsetting seperti natural base solution dan Carbon Capture Utilization Storage,” kata Nicke, dalam acara Indonesian Petroleum Association (IPA) Convex (14/5/2024).

Saat ini Pertamina mendorong penggunaan bahan bakar berbasis nabati untuk jenis bahan bakar diesel, melalui pencampuran antara BBM dengan bahan bakar basis sawit sebesar 35 persen (B35). Pencampuran olahan sawit dengan BBM tersebut akan terus dikembangkan hingga sebesar 60 persen pada BBM (B60).

“Salah satu program prioritas Pertamina adalah biofuel. Saat ini kami mulai dengan B35 dan kami akan menambahkan pencampuran hingga B60. Dan dari B25 saja, sebenarnya kita sudah mengurangi emisi karbon sekitar 32,7 juta ton CO2 per tahun,” imbuhnya.

Pakai basis tetes tebu

Untuk jenis biogasoline, Pertamina saat tengah mengembangkan campuran bioetanol atau bahan bakar basis tetes tebu (molase) dengan BBM. Saat ini, perusahaan telah menjual secara komersial BBM dengan campuran bioetanol sebesar 5 persen (E5), pada Pertamax Green 95.

Nantinya, bioetanol akan mencapai E40 atau pencampuran hingga 40 persen pada BBM. “Bioetanol, sekarang dimulai dari bahan bakar non subsidi dengan nama E5 dan E7, yaitu Pertamax Green 92 dan 94. Kami akan tambahkan blending-nya hingga E40 untuk semua bahan bakar,” lanjut Nicke.

Pertamina kini sudah mulai memproduksi bahan bakar penerbangan melalui SAF (Sustainable Aviation Fuel), dengan mencampurkan bioavtur basis sawit sebesar 2,4 persen.

“Hal ini juga mematuhi kebijakan energi nasional dan sudah mulai memproduksi SAF dengan 2,4 persen pencampuran CPO pada bensin serta avtur kami,” tutupnya.