Jaecoo Terus Tawarkan Keunggulan Teknologi SHS

Dengan komitmen terhadap teknologi hybrid dan elektrik, sepertinya JAECOO siap berkontribusi pada masa depan yang lebih hijau. Mengusung gaya SUV premium dan NEV (New Energy Vehicle) di bawah Chery International, JAECOO terus melangkah pasti di pasar otomotif Indonesia dengan membawa varian J7 SHS, J5, dan J8.

Rancangan JAECOO rasanya siap menjawab kebutuhan generasi pengemudi saat ini. JAECOO J7 dirancang oleh desainer yang sama dengan Range Rover. Paduan estetika Britania menyatu elegan dengan teknologi Super Hybrid System (SHS) dari Chery.

Sejak diboyong di ajang IIMS 2025 lalu, J7 telah mencatatkan lebih dari 2.000 SPK untuk pasar lokal. Teknologi SHS menawarkan performa elektrik yang optimal, manajemen bahan bakar dan emisi yang lebih rendah, dan pengalaman berkendara menyenangkan di berbagai kondisi jalan.

Fitur SHS ini didukung oleh R&D mutakhir dari Chery. Mulai dari sistem kendali berbasis AI hingga mesin hybrid berdaya efisiensi tinggi.

Jaecoo J7 dengan teknologi SHS.

Kini OMODA&JAECOO siap merayakan kampanye global “2 Years 2gether”, momentum ini akan difokuskan ke Indonesia untuk menjadi semangat baru brand ini.

“Kami percaya Indonesia siap untuk jenis SUV baru yang tidak mengharuskan memilih antara kekuatan dan tanggungjawab. Dengan teknologi hybrid terdepan dan identitas desain yang kuat, JAECOO hadir untuk memimpin babak baru mobilitas cerdas di Indonesia,” ujar Max Zhou, Country Director JAECOO Indonesia.

Jaecoo J7 SHS Siap Jelajah Jarak Jauh

SUV Jaecoo J7 SHS telah sukses menjalani uji tantangan berkendara jarak jauh di sejumlah negara termasuk di Indonesia. Bahkan kami pun membuktikan kemampuan SUV berteknologi plug-in hybrid ini melintasi medan off-road Afrika Selatan pada Februari 2025 lalu.

Jaecoo SHS

Kami tak hanya mempertimbangkan tampilan dan fitur maupun harganya yang cukup memikat. Kemampuan teknologi Super Hybrid System yang telah teruji jadi pertimbangan lain. Kemampuan jelajah lebih dari 1.300 km hanya dengan bensin full tank jarang dimiliki kendaraan sejenis di pasar otomotif Indonesia.

Jaecoo J8

Selain J7, model SUV lain yang dipamerkan Jaecoo di IIMS 2025 adalah Jaecoo J8. SUV kelas sedang ini berbagi platform dengan Chery Tiggo 9. Hanya saja saat ini J8 baru dalam tahap perkenalan

Jaecoo J8 adalah SUV premium yang menggabungkan kemewahan, teknologi canggih, dan kemampuan serbaguna khas SUV. Tak hanya jadi mobil harian penunjang aktifitas dan gaya hidup perkotaan. Jaecoo J8 juga menyenangkan untuk perjalanan antar kota maupun off-road.

Seperti halnya J7, model J8 juga tersedia dalam varian bensin non-hybrid dan PHEV.

Jaecoo J8 non-hybrid dibekali mesin 4-silinder 1.598 cc. turbo gasoline direct injection (TGDI) yang dipadukan dengan transmisi CVT 9-speed.

 

 

Membelah Afrika Selatan Bersama Jaecoo J7 SHS

Kami sungguh beruntung bisa ikut serta dalam kegiatan Jaecoo J7 SHS South Africa Safari Drive yang berlangsung pada 21 – 27 Februari 2025 lalu di dataran Afrika Selatan.

Para peserta ditantang untuk menguji batas ketahanan mobil dengan teknologi super hybrid system (SHS) yang dimiliki Jaecoo J7 SHS. Sebanyak 41 peserta dari enam negara yang berbeda. Bukan hanya awak media saja, tapi juga dan key opinion leaders (KOLs). Selain kami dari Indonesia, juga ada peserta lainnya dari Australia, Inggris, Malaysia, Thailand, dan Afrika Selatan sebagai tuan rumah.

Perjalanan menantang dari Cape Town hingga menuju Gqeberha (Port Elizabeth) dan Addo Elephant Park merupakan bagian dari kampanye global Super Hybrid Marathon yang digaungkan oleh Jaecoo.

Ini adalah ajang pembuktian teknologi Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) yang dimiliki Jaecoo kepada dunia.

Fitur Menarik

Salah satu keunggulan yang dimiliki Jaecoo J7 SHS adalah kabinnya yang super lapang. Bukan jok saja yang besar dan nyaman, tapi ruang bagasi di belakang pun cukup besar.

Volume kargo di balik jok belakang mencapai 500 liter, dan bisa dimekarkan menjadi 1.265 liter dengan melipat jok belakang hingga rebah.

Karena baterai pack yang ada di kolong dek sasis mobil ini ukurannya sangat besar, maka Jaecoo J7 SHS tak memiliki ban serep. Hanya tersedia cairan penambal ban. Hmm…mungkin perlu jadi pertimbangan bagi Jaecoo untuk menempatkan ban serep kedepannya.

Salah satu fitur unik yang dimiliki mobil ini adalah selimut selubung mobil bisa disulap jadi layar proyektor! Fitur yang satu ini mungkin tak banyak yang mengetahuinya.

Baterai yang dimiliki Jaecoo J7 SHS pun dapat digunakan untuk perangkat kelistrikan eksternal. Fitur vehicle to load (VHL) yang dimiliki Jaecoo J7 SHS punya output daya 3.3 kW.

Yang paling kami suka adalah sistem audio lansiran Sony dengan 8 speaker. Alunan suaranya benar-benar bikin jantung berdebar… Kami suka…!

Perjalanan Menyenangkan

Hari pertama masih sebatas adaptasi. Dari Cape Town kami berkerkendara menuju Cape of Good Hope melintasi pesisir barat.

Panorama yang sangat indah dengan siluet gunung Table Mountain dan Devil’s Peak di sisi timur serta pemandangan Samudera Atlantik di sisi barat. Jarak tempuh 130 km hanya bagian dari orientasi untuk mendapat gambaran seperti apa situasi lalu lintas di seputar Cape Town.

Tantangan utama Safari Drive dimulai pada hari kedua. Kami menempuh jarak sekitar 500 km dari Cape Town menuju Mossel Bay. Kami sempat mampir ke beberapa tempat untuk berhenti sejenak hingga akhirnya sampai di Pearly Beach yang indah.

Jalan Tol Tsitsikama

Dalam perjalanan Safari Drive dengan Jaecoo J7 SHS, kami melewati ruas tol di rute N2 (jalan nasional rute nomor 2). Jalan tol Tsitsikama yang kami lewati merupakan jalur lintas penghubung dari Cape Town Metropole di wilayah barat Afrika Selatan menuju Gqeberha (Port Elizabeth) yang ada di wilayah timur.

Ruas tol Tsitsikama terbagi menjadi beberapa seksi. Tak hanya menghubungkan hingga ke perbatasan Lesotho di wilayah timur. Ruas tol ini juga menghubungkan wilayah pesisir selatan dengan kawasan daratan tengah di wilayah utara seperti Johanesburg, Bloemfountain dan Pretoria.

Untuk kendaraan pribadi ringan (kelas 1) seperti Jaecoo J7 SHS, tarifnya 67,5 Rand. Jika dikonversi ke Rupiah sekira hampir Rp 60 Ribuan (Rp 59.867). Tak terlalu mahal ternyata tarif tol di Afrika Selatan.

Harga BBM Cukup Mahal

Sepanjang perjalanan kami dari Cape Town di kawasan Western Cape menuju Gqberha (Port Elizabeth) dan Addo Elephant Park yang masuk wilayah Eastern Cape, kami hanya sekali mampir SPBU untuk beristirahat.

Yang kami sambangi adalah salah satu dari jaringan SPBU ENGEN yang mendominasi di Afrika Selatan. SPBU merek lain tentu saja ada, tapi jumlahnya tak sebanyak ENGEN.

BBM jenis bensin yang tersedia di SPBU ENGEN Gas Station hanya ada satu macam yakni Engen Primax Unleaded (bensin tanpa timbal). Nah, jenis oktan yang disediakan disesuaikan dengan letak geografis wilayah operasionalnya:

– Oktan 95, seperti yang kami isi ke tangki Jaecoo J7 SHS di awal hanya tersedia di kawasan dengan elevasi kurang dari 1.200 meter di atas permukaan laut (MDPL). BBM jenis ini banyak tersedia di kawasan pesisir barat hingga timur dan juga di daratan tengah Afrika Selatan.

– Oktan 93, hanya tersedia di SPBU yang berlokasi di kawasan dengan elevasi lebih dari 1.200 mdpl, terutama di kawasan pegunungan. Sejumlah SPBU di kawasan pesisir selatan juga ada BBM jenis ini, namun jumlahnya terbatas.

Harga BBM pun dibedakan antara wilayah pesisir seperti Cape Town dan Durban dengan wilayah daratan tengah seperti Johanesburg, Bloemfountain maupun Pretoria.

Untuk wilayah pesisir seperti Cape Town maupun Mossel Bay, Engen Primax 95 Unleaded harga perliternya 21.62 Rand (Rp 19.181). sedangkan di wilayah daratan tengah dibanderol 22.16 Rand (Rp 19.661).

Untuk BBM jenis Engen Primax 93 Unleaded, harga wilayah pesisir di angka 21.37 Rand (Rp 18.963) dan 22.41 Rand (Rp 19.883) untuk wilayah Inland (daratan tengah).

Harga BBM dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti fluktuasi harga minyak mentah dunia.

Selalu Di Posisi Teratas

Kami yang mewakili Indonesia selalu ada di peringkat pertama berturut-turut. Sebuah kebanggaan bagi kami, namun tak menjadi beban pikiran. Karena misi kami adalah bisa mencapai finish di etape terakhir. Kalau perlu hingga tetes bensin terakhir…

Saat mencapai titik singgah terakhir di Fynbos, total jarak yang telah kami tempuh sesuai trip meter adalah 1.228 km. Konsumsi BBM rata-rata selama perjalanaan etape terakhir yakni 4,2 Liter/100 km atau setara 23,8 km/liter. Sedangkan cadangan BBM dan baterai diperkirakan masih cukup untuk menempuh 168 km lagi! Yesss…!

Jika dirata-rata, selama berkendara dengan Jaeco J7 SHS konsumsi BBM mencapai sekira 4,88 liter bensin untuk jarak 100 km selama menempuh tantangan Super Hybrid Marathon di Afrika Selatan. Konsumsi BBM yang sangat ekonomis tentu saja ditunjang oleh teknologi Super Hybrid System (SHS).

Tips Berkendara Tepat Guna

Bisa berkendara mencapai 1.228 km hanya bermodalkan setangki BBM berisi 60 liter bensin adalah suatu hil yang mustahal jika bukan dengan mobil hybrid.

Selain ditunjang kemampuan yang ada pada kendaraan, teknik berkendara tepat guna juga jadi poin penting.

Karena sistem hybrid SHS pada Jaecoo J7 mengandalkan energi listrik dari baterai, maka konsumsi daya listrik harus bisa diminimalkan. Tentu saja agar bisa dialihkan untuk menambah daya jelajah.

Cukup banyak trik yang kami lakukan untuk menghemat daya listrik baterai. Perangkat kelistrikan pada kendaraan hanya kami gunakan seperlunya. Hampir tak jauh beda dengan menghemat energi listrik pada ponsel.

Mulai dari mengurangi level brightness layar head unit, wireless charging dinonaktifkan. Fungsi lampu depan otomatis dan sistem audio Sony yang merdu namun cukup banyak menyedot daya listrik baterai pun terpaksa harus kami istirahatkan dulu. Kecuali saat pemandangan membentang indah di depan kami yang membuat kami harus memadukannya dengan alunan musik yang pas di hati.

Semilir Angin Samudera Atlantik

Fungsi AC diminimalkan penggunaannya. Temperatur AC kami setel di 22°-23° C saat cuaca agak terik. Terpaan angin Samudera Hindia cukup menyegarkan saat melintasi rute pesisir selatan menuju Mossel Bay.

Sama seperti di pesisir barat nan teduh saat perjalanan dari Cape Town menuju Cape of Good Hope yang dialiri semilir angin dari Samudera Atlantik. Cukup fungsikan blower sirkulasi udara. Energi listrik baterai bisa dihemat secara maksimal.

Hanya saja, perjalanan kami tak melulu melewati jalan tol atau jalan aspal antar kota yang mulus. Beberapa lokasi kejutan yang disuguhkan merupakan trek off-road alami khas Benua Afrika. Mulai dari padang rumput savannah, trek gravel terjal, jalan tanah bercampur batu karst hingga trek tanah lempung becek yang cukup liat akibat hujan badai. Ditambah lagi hujan deras saat beroffroad ria yang menambah keserian.

Sistem Suspensi Aktif CDC

Ketangguhan kinerja suspensi adaptif CDC yang dimiliki Jaecoo J7 SHS tak hanya mampu memberi kenyamanan saat melintasi jalan aspal mulus.

Tapi justru benar-benar diuji saat melintasi trek off-road Afrika Selatan yang khas dan menakjubkan. Walau jalan yang kami lintasi berantakan (dalam artian sebenarnya), sistem suspensi aktif CDC tetap mampu meredam guncangan dengan sangat baik.

Kejadian tak terduga juga kami alami saat melintasi kawasan suaka alam (hutan) di malam hari nan gelap gulita. Mobil kami diterjang Pumba (Babi Hutan) berukuran besar yang muncul mendadak. Kaget? Tentu saja! Mungkin si Pumba juga kaget terkena sorotan lampu LED depan yang terang.

Tapi akhirnya kami tertawa sambil melihat si Pumba lari terbirit-birit. Kami benar-benar mengalami sendiri seperti yang diceritakan oleh para pemandu. Untungnya mobil ini cukup kokoh, tak ada kerusakan berarti pada bemper depan yang tertubruk si Pumba. Bemper depan Jaecoo J7 SHS tak penyok atau ‘somplak’ walau benturannya sangat keras. Hanya sedikit lecet. Semoga si Pumba tidak mengalami cidera berat.

Setidaknya kinerja sistem pengereman dan fitur ADAS terkait rem pada Jaecoo J7 SHS benar-benar terbukti. Mobil pun langsung berhenti seketika saat kami menginjak pedal rem hingga rebah. Jika rem kurang pakem, mungkin si Pumba akan terlindas.

Bersafari di Afrika Selatan benar-benar pengalaman tak terlupakan. Terlebih lagi dengan Jaecoo J7 SHS yang memang bukan mobil hybrid biasa. Kebanggaan tiada terkira bagi kami bisa membawa nama Indonesia dan selalu di posisi pertama melampaui peserta dari negara lainnya.

Jaecoo J7

JAECOO J7 PHEV  Bersiap Uji Ketahanan Menjelajah Jakarta-Bali 

JAECOO, merek otomotif premium dari Chery, membuktikan keunggulan J7 Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) mereka.

Oktober lalu, JAECOO J7 PHEV sanggup menjelajah 1.353 kilometer hanya dengan satu tangki bahan bakar dalam tantangan jarak jauh global. Tujuh negara ikut berpartisipasi seperti Italia, Malaysia, Meksiko, Arab Saudi, Spanyol, Turki, dan Inggris.

Puncaknya, perjalanan spektakuler dari Guangzhou ke Wuhu, Tiongkok. Prestasi ini dikatakan membawa posisi JAECOO diakui dunia dengan efisiensi bahan bakar dan performa yang maksimal.

“Pencapaian ini menunjukkan teknologi canggih yang ada dalam JAECOO J7 PHEV,” ujar Max Zhou, Direktur JAECOO Indonesia.

Selama tantangan global, JAECOO J7 PHEV mencatatkan konsumsi bahan bakar rata-rata hanya 3,3 liter per 100 kilometer. Mobil ini berhasil mencapai jarak tempuh listrik murni sejauh 125,2 kilometer, dengan tingkat pencapaian 139 persen.

Berdasarkan kesuksesan ini, JAECOO akan mempersiapkan J7 PHEV mengikuti Uji Ketahanan Super Hybrid Long Range sejauh 1.200 kilometer dari Jakarta ke Bali.

Jika tantangan global menguji di berbagai medan dan iklim, rute Jakarta-Bali akan menyoroti kemampuan adaptasinya terhadap jalan dan cuaca lokal. Pengujian inj akan dikatakan bisa memberikan demonstrasi nyata bagi konsumen Indonesia.

Kita tunggu saja pembuktiannya. SUV plug-in hybrid ini rencananya diperkenalkan di Indonesia pada saat acara IIMS 2025 yang akan berlangsung Februari 2025 mendatang di Jakarta. 

Selain J7, Jaecoo juga berencana membawa J5 dan J8.