New Mazda3 Sedan: Tidak Menyebalkan Dan Bikin Penasaran
Sudah lama rasanya tidak menguji mobil bermesin biasa, tanpa ada imbuhan hibrida atau listrik. Inilah Mazda3 Sedan, salah satu mobil dengan desain terbaik menurut kami, tapi jarang terlihat di jalan karena sedan memang susah dijual.
Kali ini, pengujiannya mencapai lebih dari 600 km dalam rentang lima hari. Melewati jalan bebas, jalan antar kota non-tol yang sudah lama tidak kami sambangi, hingga kota Jakarta dan Bandung yang lalu lintasnya menyebalkan.
Hasilnya, memang tidak ada yang sempurna. Tapi Mazda3 Sedan mampu membuat kami tersenyum karena sadar, betapa perjalanan lebih bisa dinikmati, asal mobilnya bisa mengakomodir apa yang kita cari.
Pengedaraan dan Pengendalian
Mazda dikenal sebagai mobil yang tidak bisa dibilang empuk. Terutama yang generasi belakangan ini, sejak mereka menerapkan filosofi Zoom-zoom.
Makanya kami tidak terkejut saat keluar dari markas Eurokars Motor Indonesia (EMI, APM Mazda) karakter tersebut langsung terasa di Mazda3 Sedan. Tapi bukannya sebal, malah makin penasaran.
CX-60 yang bongsor itu juga rasanya ‘firm’ kalau dikendarai. Tapi rasa itu menghasilkan raksasa yang bergerak lincah di jalanan berliku. Ditambah mesin besar, yang menjanjikan performa. Setidaknya itu yang kami harapkan, minus tenaga berlebihan karena ini mesinnya empat silinder 2,0 liter.
Dan tidak terlalu meleset. Berbekal MacPherson strut di depan dan (surprisingly) torsion beam di buritan, rasanya memang tidak empuk. Apalagi dikendarai sendiri. Suspensinya terlalu reaktif di kecepatan rendah, melewati jalanan bergelmobang.
Tapi bantingan keras itu diterjemahkan jadi kestabilan saat kecepatan lebih dari 60 km/jam. Ini ranahnya jalan tol? Tidak juga. Betul, di tol mobil seperti terpatri ke aspal dan tidak mudah goyang. Kami rasakan itu di kecepatan yang tidak pantas untuk disebutkan di sini.
Masuk ke jalan antar kota dari Purwakarta menuju Subang. Mazda3 memberikan apa yang kami harapkan dari karakter kaki-kakinya. Fokus pengujian kami adalah rute selepas kota Subang menuju kecamatan Lembang, Bandung Utara. Jalannya mulus dan berliku.
Tidak Grogi
Respon dan pergerakan kemudi yang linear memberikan rasa percaya diri. Kami mengantisipasi betul efek understeer sebuah sedan gerak depan. Tapi itu tidak terjadi. Pergerakan kemudi yang tidak menentu juga tidak membuat mobil ‘grogi’. Yang berkeringat malah pengujinya.
Lalu penasaran tahap dua melanda. Kenapa ini enak sekali dibawa meliuk dengan dinaiki satu orang. Konstruksi suspensi belakang juga tidak terlalu istimewa.
Salah satu jawabannya, GVC, atau G Vectoring Control. Ditanam di dalam komputer adalah kemampuan Mazda3 untuk mengatur torsi saat bermanuver. Ada masanya GVC akan meredam torsi, supaya gaya sentrifugal terlempar ke depan. Dengan begitu, bobot akan menekan as roda depan supaya ban bisa mencengkram aspal lebih baik.
Sensor-sensor lalu mendeteksi sudut setir yang konsisten. Menandakan mobil sedang melewati tikungan, torsinya disesuaikan kembali, sehingga gaya sentrifugal bisa lebih merata. Saat keluar tikungan, GVC akan memberikan sedikit tekanan rem pada roda sisi luar untuk menjaga pengendalian.
Dan tidak perlu khawatir, proses ini tidak akan Anda rasakan.
Performa Menengah
Seperti dikatakan di atas, jangan harap performanya seperti CX-60. Pesaing Toyota Corolla Altis Dan Honda Civic ini bermesin SKYACTIV-G empat silinder dengan kapasitas 2,0 liter.
Mesin ini menghasilkan 152 hp dengan torsi 200 Nm. Tenaganya lebih besar 12 hp ketimbang Corolla. Tapi dibanding Honda Civic RS, lebih kecil 26 hp dan torsinya lebih rendah 40 Nm. Untuk performa, andalan Honda itu tidak ada yang menandingi di kelasnya.
Terlepas perbandingan tersebut, memang terasa mobil ini punya performa yang cukup baik untuk di dalam kota, apalagi luar kota.
Rute menanjak dari Subang hingga kawasan Wisata Gunung Tangkuban Parahu kami rasakan sebagai perjalanan yang penuh adrenalin. Mazda3 ini seperti memancing kami untuk terus memacu.
Respon mesin sangat baik di berbagai tingkat gigi transmisi. Hanya saja, kick down yang cukup dalam awalnya agak perlu penyesuaian. Setelah itu, dikombinasikan dengan karakter suspensinya, mobil ini seperti penurut yang siap meladeni.
Perpindahan transmisi juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Meski di kemacetan kota, kadang terasa kalau sang SKYACTIV Drive (itu nama transmisinya) kebingungan. Apalagi kalau kaki menginjak gas dengan tanggung. Tapi itu jarang terjadi.
Jendela Mengganggu
Interiornya dibuat ergonomis dan presisi, sehingga posisi duduk yang pas mudah didapat. Audio racikan Mazda dan Bose siap menemani perjalanan. Tentunya sudah bisa berbagai koneksi, kecuali Android Auto. Sayang sekali. Untung masih ada Bluetooth.
Soal kualitas material kami tidak akan mengeluhkan. Tipikal Mazda yang memposisikan dirinya sebagai merek Jepang premium, Jok kulit, lapisan padded (empuk) di trim dan dashboard juga berkualitas. Ada sunroof juga. Tidak ada yang perlu dikeluhkan. Termasuk ruang kaki di belakang dan bagasinya. Untuk ukuran manusia setinggi 165 cm, ini cukup.
Yang kami keluhkan, dan selalu kami keluhkan di Mazda adalah jendela samping yang kecil. Coba perhatikan mulai dari Mazda2, CX-3, CX-30, hingga Mazda3 ini. Jujur, ini berpengaruh pada bidang pandang. Termasuk posisi pilar A yang agak mengganggu.
Fitur bantu berupa paket i-Activsense cukup memberikan nilai tambah. Isinya ada adaptive cruise control, lane keeping, lane departure warning rear cross traffic alert dan sebagainya.
Kendarai Sendiri
Overall, kami puas dengan apa yang ditawarkan Mazda3 Sedan. Mobil tanpa basa-basi, fiturnya lengkap, mudah dikendalikan. Di jalanan luar kota, performanya macam atlet lari cross country yang tidak mudah kehabisan nafas. Kalau Anda mencari sedan untuk dikendarai sendiri, ini salah satu jawabannya.
Di Jakarta, harga Mazda3 Sedan adalah Rp 523.700.000. Lebih murah ketimbang Toyota Corolla Altis (Rp 566.700.000) atau Honda Civic RS yang Rp 616.800.000.
Konsumsi bahan bakar? Dengan jarak tempuh 550 km, sedan ini menghabiskan 14,5 km/liter bensin RON 92.