Williams F1 Punya Bos Baru, Mercedes-AMG F1 Kehilangan Ahli Strategi

Kesuksesan Lewis Hamilton bersama Mercedes-AMG Petronas F1 tidak lepas dari campur tangan seorang bernama James Vowles. Ia adalah ahli strategi yang menentukan apa saja yang harus dilakukan timnya. Vowles pindah ke Williams F1 dan naik pangkat jadi team principal.

Tentu untuk kemajuan karir sesorang, ini langkah yang sangat manusiawi. Tapi bagi Mercedes-AMG F1, mereka kehilangan sosok brilian. Apalagi musim balap 2023 akan mulai kurang dari dua bulan lagi. Kalau Anda ingat balapan di Hungaria 2019 dan keseruan balapan F1 Spanyol 2021, dimana Mercedes sukses dengan kemenangan, itu adalah hasil pemikiran Vowles dan kehebatan bakat pembalapnya.

Siapa James Vowles?

Tapi Vowles juga tidak sempurna. Tahun 2021, blunder strategi terlihat jelas di balapan Hungaria, dimana sesi restart di grid hanya diisi oleh Hamilton, tim lain start dari pit setelah ganti dari ban basah ke kering. Hamilton akhirnya harus berjuang karena ia masuk pit belakangan.

James Vowles & Lewis Hamilton

Foto: Skysports

James Vowles juga bukan orang baru di dunia F1. 13 tahun sudah ia mengabdi di Mercedes-AMG. Karirnya diawali sebagai engineer di tim British American Racing (BAR). Lalu mengabdi di Honda F1 Racing. Saat Honda undur diri, timnya berubah jadi Brawn GP. Tim ajaib yang langsung sukses di debut perdana dan menyabet gelar juara dunia 2009 bersama pembalap Jenson Button dan Rubens Barichello.

Brawn GP ini kiprahnya hanya setahun. Vowles naik jabatan jadi Race Strategist di tim bentukan Ross Brawn tersebut, dan disebut sebagai salah satu orang penting yang memungkinkan Brawn GP juara. Tim tersebut kemudian diambil alih oleh Mercedes tahun 2010.

Ada Alasan Politis?

Williams F1 awal tahun ini mengumumkan restrukturisasi besar-besaran di jajaran manajemen tingkat atas. Jost Capito, prinsipal tim sebelumnya, diberhentikan oleh Dorilton Ventures, perusahaan pemegang saham Williams F1.

Mereka lantas meminta Vowles untuk menggantikan. Penunjukan ini membuka satu pertanyaan bagi kami. Williams adalah tim yang menggunakan mesin Mercedes-AMG F1 sejak 2014. Lebih dari itu, Toto Wolf, pucuk pimpinan Mercedes-AMG F1 pernah jadi direktur di Williams F1. George Russel, pembalap kedua Mercedes-AMG F1 juga pernah mengabdi di tim legendaris Inggris itu.

James Vowles of Williams F1

Foto: Williams F1

Lalu, apakah kehadiran Vowles akan memberikan akses untuk Mercedes mengendalikan Williams F1? James Vowles membantah hal tersebut. “Saya tidak menganggap Williams F1 sebagai ‘mini Mercedes’. Williams adalah tim yang benar-benar independen, punya sejarah kesuksesan yang panjang,” Ujar Vowles yang sekarang memegang rekor sebagai team principal termuda dalam sejarah F1. Umurnya baru 43 tahun.

“Kesuksesan Williams sepenuhnya jadi tanggung jawab saya. Dan harus terlepas dari Mercedes,” tambah pria asal Sussex, Inggris ini. “Tapi bukan berarti kami menutup diri untuk kolaborasi dengan Mercedes. Kerjasama sudah ada sejak sebelum saya gabung. Tapi mulai sekarang saya harus melakukan yang terbaik untuk Williams.

Williams F1

Foto: Williams F1

Hal ini juga diamini oleh Toto Wolff. “Satu hal yang ada benang merahnya adalah, kami sama-sama team principal (sekarang). Masing-masing punya cara untuk mempertahankan dan mendukung kesuksesan timnya. Kalau saya mau membuat Williams F1 sebagai ‘mini Mercedes F1’, saya pasti diusir oleh Vowles,” ujar Wolff seperti dikutip dari Skysports.

Keahlian Vowles mungkin akan menaikan posisi Williams F1 di balapan. Tapi sumber daya manusia tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan untuk kemajuan bersama. Saat ini, Williams F1 adalah tim papan bawah yang berjuang untuk punya mobil yang kompetitif. Kita tunggu saja kiprahnya. 

Balap W Series

Formula 1 Sponsori Balap F1 Academy Tahun Depan

Tak banyak yang tahu jika terdapat kejuaraan balap mobil Formula tersendiri bagi pembalap perempuan yakni W Series. Balap ini pertama kali dihelat pada tahun 2019 lalu dan jadi sesi pendamping pada gelaran seri balap F1. Sayangnya, penyelenggara W Series terpaksa membatalkan tiga seri terakhirnya pada musim balap tahun ini akibat mengalami krisis keuangan.

Populasi pembalap putri di kancah kejuaraan dunia balap Formula, mulai dari F3 hingga F2 sangat minim. Bahkan laga F1 sudah lama tak memiliki pembalap wanita.

Sepanjang 72 tahun sejarah balap Formula 1, hanya tercatat lima wanita–dan hanya satu yang berhasil meraih poin yakni Maria Grazia’ Lella’ Lombardi yang finish di posisi 6 pada seri Grand Prix Formula 1 di Spanyol tahun 1975.

Pembalap wanita yang terakhir kali terlibat dalam balap Formula 1 adalah Susie Wolff yang menjadi pilot uji tim Williams F1 pada tahun 2012 hingga pensiun pada akhir musim balap tahun 2015.

Kondisi yang memprihatinkan tersebut membuat para petinggi di organisasi Formula 1 serta F2 dan F3, berinisiatif menggelar kejuaraan F1 Academy. Kejuaraan akan dimulai tahun 2023. Balap ini dikhususkan bagi para pembalap junior putri dengan usia 16 tahun yang pesertanya berasal dari balap go-kart atau kejuaran balap junior lainnya.

Ini bukanlah aksi feminis atau bahkan untuk menandingi kejuaraan W Series. Event ini justru bertujuan untuk memupus perbedaan gender di dunia balap. Sekaligus memberi kesempatan yang sama kepada bibit pembalap putri usia remaja yang bertalenta. Formula 1 bahkan akan mensponsori W Series agar dapat segera kembali dihelat paling cepat pada tahun depan.

Biaya yang harus dikeluarkan selama menjalani kompetisi F1 Academy ini tidaklah sedikit. Oleh sebab itu para peserta cukup membayar separuhnya dan €150.000 sisanya disubsidi oleh Formula 1. Sementara untuk biaya operasional balap ditanggung oleh tim yang akan menaungi masing-masing peserta.

Prosesi Seri F1 Academy

Sebanyak 15 orang peserta kompetisi F1 Academy nantinya akan dibagi ke dalam lima tim balap papan atas yang berasal dari liga F3 dan F2. F1 Academy akan terdiri dari tujuh seri yang dihelat pada akhir pekan di luar jadwal seri F1.

Setiap seri terdiri dari 2 sesi latihan masing-masing selama 40 menit, sesi kualifikasi, 2 sesi balap reguler dan 1 sesi balap dengan urutan grid pole position terbalik. Selama satu musim nantinya akan terdapat 21 sesi balap plus 15 hari uji resmi.

Hal tersebut ditujukan untuk memberi kesempatan yang sama bagi seluruh peserta sekaligus memberi pengalaman serta waktu yang lebih banyak bagi mereka di sirkuit balap.

Sebanyak 15 unit mobil yang akan digunakan seluruh peserta memiliki spek yang seragam, yakni mobil balap Formula 4 Tatuus T421 bermesin Abarth T-Jet 4-silinder 1.4-liter (1.370 cc) turbocharged bertenaga 165 hp yang dituning oleh Autotecnica Motori. Spek ban balap Pirelli yang digunakan pun sama. Mobil ini pun dilengkapi perangkat pelindung HALO sesuai regulasi FIA.

CEO F1, Stefano Domenicali dan CEO F2 & F3, Bruno Michel memiliki kesamaan visi dan harapan dengan adanya F1 Academy ini yakni muncul lebih banyak pembalap putri bertalenta di jenjang balap F3 dan F2 dalam beberapa tahun mendatang. Bahkan mungkin kelak di antara mereka akan mencapai kasta tertinggi, yakni Grand Prix Formula 1.