Mobil bermesin BMW

5 Mobil Yang Ternyata Pakai Mesin BMW

Iya, BMW bukan cuma bikin mobil. Mereka juga terkadang ‘berbaik hati’ menyediakan mesin untuk pabrikan lain. Dan terpasang bukan di mobil sembarangan. Di bawah ini mobil-mobil yang ternyata menggunakan jasa BMW untuk melaju di jalanan. Baik aspal ataupun off road.

McLaren F1

Tahun 1994 saat McLaren mendesain sendiri mobilnya, dengan bantuan desainer Gordon Murray, mereka tidak punya mesin yang pas. Diliriklah BMW. Gayung bersambut, pabrikan Jerman ini menyediakan penggerak V12 6,1 liter. Sukses besar karena performanya juara. Tenaga 618 hp mendorong mobil ini untuk berakselerasi 0-100 km/jam dalam waktu tiga detik saja.

Mesin ini tercatat sebagai penggerak paling cepat tanpa bantuan turbo. McLaren F1 sendiri didaulat sebagai mobil paling kencang di dunia selama satu dekade. Sekarang, mungking banyak yang lebih kencang. Tapi tanpa McLaren F1 dan BMW V12, dunia otomotif sekarang pasti berbeda.

Land Rover Defender 2.8i

Ini mobil langka. Di Indonesia Land Rover Defender biasanya bermesin turbodiesel yang sangat bisa diandalkan. Defender 2.8i dibuat antara 1997 hingga 2001 dan kebanyakan untuk pasar Afrika Selatan. Mesin BMW M52 2,8 liter terpasang di moncongnya. Jantung mekanis yang sama bisa Anda temukan di BMW 528i E39.

Tersedia dalam bentuk Defender 90 dan 110, tenaga yang dihasilkan 192 hp dengan torsi puncak 280 Nm. Dipadukan dengan gerak 4×4, kami hanya bisa membayangkan rasanya seperti apa. Kenapa bisa ada mesin BMW di mobil Inggris ini? Jawabannya adalah, karena BMW di masa itu memegang saham Land Rover. Ya mudah saja kalau sudah begitu. Dan engineer di balik ‘kawin silang’ ini adalah Frank Isenberg. Anda mungkin tahu pak Frank sebagai pimpinan proyek BMW M2.

Bertone Freeclimber

Bentuknya familiar, kan? Ini adalah mobil yang komplit. Dibuat oleh pabrikan Jepang, didesain orang Italia dan mesinnya bikinan Jerman. Kurang apa lagi? Aslinya ini Daihatsu Rocky yang didesain ulang oleh perancang mobil Bertone, menggunakan mesin BMW. Pilihan mesinnya ada tiga: 2,0 dan 2,7 liter bensin. Tersedia juga versi 2,4 liter turbodiesel yang hanya dijual di Perancis.

Freeclimber hadir dari 1989 hingga 1992 dalam dua generasi. Dan lumayan laris. Tercatat lebih dari 2.500 unit terjual selama tiga tahun tersebut.Konon, mobil ini yang membuat BMW berpikir untuk terjun ke ranah SUV dengan X5.

Range Rover P38A

Lagi-lagi saat BMW masih memegang Land Rover. Range Rover P38A di Indonesia memang cukup populer sebagai mobil yang nyaman, mewah sekaligus punya mesin bensin V8 yang kurang bisa diandalkan. Mungkin ceritanya beda kalau masuk juga versi dieselnya.

Mesin turbodiesel ini yang dibuat oleh BMW. Tepatnya BMW M51 berkapasitas 2,5 liter dengan konfigurasi enam silinder segaris. Daya yang dihasilkan 136 hp dengan torsi 270 Nm.

Rolls Royce Phantom

Merek Rolls Royce mungkin bukan yang paling sukses. Itu sebelum BMW mengambil hak asuh merek Inggris ini. Hasilnya, lahir Phantom yang fenomenal. Segala yang ada di mobil ini ada campur tangan BMW-nya.

Mesin V12 yang digunakan memiliki kapasitas 6,7 liter dengan daya 460 hp. Inilah mobil yang membuat Rolls Royce kembali melambung dan terus naik pamornya hingga sekarang.

Bonus: Toyota Supra

Ya, ini pasti Anda sudah tahu. Tapi kenapa harus pakai mesin BMW B58? Kalau Anda mengikuti sepak terjang Toyota Supra, mobil sport ini selalu pakai mesin enam silinder. Seolah jadi pakem yang harus diikuti.

Nah, Toyota tidak punya waktu untuk mengembangkan mesin enam silinder segaris baru, setelah JZ tidak lagi dibuat. Mereka perlu partner untuk proyek Supra yang kehadirannya didesak dan dinanti penyukanya. Ya sudah, BMW mereka dekati untuk kerjasama. Hasilnya, mesin memakai B58, tapi platform digarap bersama.

BMW melahirkan Z4 generasi baru, Toyota jadi Supra. Pusat perakitannya sekalian. Toyota Supra dan BMW Z4 dibuat di pabrik yang sama di pusat perakitan Magna Styer di Austria.

Lamborghini Miura P400 SV

Lamborghini Miura, Didesain Oleh Bocah Jadi Supercar Pertama

Lamborgini Miura adalah cerita nyata bagaimana kebebasan berkreasi menghasilkan sebuah kesuksesan.

Pasti penyuka mobil paham, Lamborghini Miura adalah mobil dengan desain indah, yang didaulat sebagai mobil pertama yang bertitel supercar. Tidak salah, memang. Namun yang lebih penting dari itu adalah, Miura lahir dari tangan para jenius yang, pada saat mengerjakan proyek ini umurnya tidak ada yang lebih dari 29 tahun!

Ditambah lagi dengan Ferruccio Lamborghini yang seolah lepas lepas tangan dan hanya memberikan instruksi spesifik di awal. Lamborghini Miura adalah kreasi yang memadukan imajinasi, waktu dan yang paling penting, kebebasan.

Diawali Engineer Bajakan

Empat engineer dan desainer yang ditunjuk oleh Lamborghini adalah anak kemarin sore yang punya pengetahuan teknis dan desain jempolan. Mereka beruntung karena Lambo sangat memberi kebebasan untuk menghasilkan mobil. Sebetulnya ada lima, tapi satu dipecat. 

Terinspirasi oleh Ford GT dan pertarungannya di balap ketahanan Le Mans bersama Ferrari, Ferruccio Lamborghini merasa perlu punya produk macam itu. Masalahnya, mobil tersebut akan bertolak belakang dengan filosofi mobil yang (pada waktu itu) fokus pada kemampuan untuk punya tenaga besar dan nyaman dibawa jarak jauh dan tahan banting. Istilahnya, mobil Grand Touring (GT). Jadi, keinginan seadanya untuk bikin mobil macam Ford GT dipendam dulu. Tapi produk baru harus ada.

Ferruccio mulai dari mesin. Harus V12 dan bertenaga besar. Daripada pusing cari engineer jagoan, ia bajak Giotto Bizzarrini dari Ferrari. Bizzarrini adalah orang yang bertanggung jawab membuat penggerak mobil legendaris macam Ferrari 250 GTO. Iming-imingnya tidak tanggung. Giotto akan dapat bonus besar kalau mesinnya bisa punya tenaga lebih besar dari mesin Ferrari.

Itu instruksi spesifik Lamborghini untuknya. Merasa diberi kebebasan, Bizzarrini keluar dengan mesin V12 kapasitas 3,5 liter. Teknologi barunya adalah quadcam (empat camshaft) dan menghasilkan 358 hp. Pada 9.800 RPM! Putaran mesin setinggi itu ranahnya mobil pacuan. Lamborghini tidak suka. Ingat, Lamborghini adalah pembuat mobil GT, bukan mobil balap. Bizzarrini diberhentikan.

Kiprah Insinyur Muda

Lantas, ia memerintahkan dua insinyur muda bernama Paolo Stanzani (29 tahun) dan Giampaolo Dallara (29 tahun) untuk merekayasa ulang mesin V12 itu untuk mobil turing. Selesai, kemudian dipasang pada 350 GT. Sayang, mobil kencang dan nyaman ini tidak berhasil di pasaran. Penerusnya, 400 GT juga senasib.

Sementara itu, Stanzani dan Dallara yang gatal untuk membuat mobil kencang mulai berangan-angan. Bersama insinyur muda lainnya, Bob Wallace yang berusia 27 tahun yang dipekerjakan sebagai engineer sekaligus Chief Test Driver untuk memastikan kualitas produk Lambo. Mereka kemudian coba mengutarakan ide untuk bikin mobil balap kepada bosnya. Di luar dugaan, Ferruccio tidak menolak, tapi juga tidak mau ikut campur dalam proses desainnya. Dan ini harus dikerjakan sebagai proyek sampingan. Bagaimanapun, Ia menyadari ketiga insinyur ‘bau kencur’ ini punya talenta dan minat yang luar biasa.

Chassis Bolong

Wallace, Stanzani dan Dallara kemudian berjalan dengan proyek sampingan ini. Inspirasinya seperti disebutkan, datang dari Ford GT40 dengan posisi mesin di tengah. Dallara yang punya gelar aeronautical engineering, keluar dengan chassis berukuran compact, bolong-bolong untuk menghemat bobot. Berat chassis ini hanya 70 kg! Persis seperti yang digunakan untuk rangka pesawat.

Mesin V12 diatas harus dibawa. Potensinya besar untuk jadi jantung mobil ‘balap’ mereka. Problem pertama yang mereka temui adalah, mesin ini ukurannya masif. Dengan panjang 1.092 mm, tidak bisa masuk di sasis Dallara kecil. Bertiga kemudian keluar dengan ide, “Ya sudah, putar saja mesinnya.” Dari posisi membujur, jadi melintang. Dan muat. Meskipun benar-benar mepet dengan chassis Dallara.

Hasilnya adalah rolling chassis (chassis yang sudah dipasangi mesin dan sistem penggerak, termasuk roda) tanpa body yang terlihat menakjubkan. Mereka pamerkan di Turin Auto Show 1965. Ferruccio tetap bersikap masa bodoh. “Ok, lah. Benda ini bisa jadi alat marketing agar Lamborghini bisa menjual mobil-mobil GT,” mungkin begitu pikirannya saat melihat pertama kali. Dan Ferrucio benar. Ada sepuluh order masuk. Masalahnya bukan untuk mobil GT yang sudah ada. Tapi untuk chassis yang belum berbentuk mobil itu.

Kreasi Desainer Kemarin Sore

Terpaksa ia bergerak cepat. Masih di Turin Auto Show yang sama, ia mencari coach builder (perusahaan karoseri), dan yang ‘nyangkut’ Bertone. Desainer muda bernama Marcello Gandini ditugaskan untuk mengakomodir keinginan Lamborghini. Yang menarik, Gandini adalah anak kemarin sore. Turin Auto Show itu adalah hari kedua Gandini bekerja di Bertone. Umurnya baru 27 tahun. Dua hari setelah ditugaskan, ia sudah keluar dengan sketsa. Gila.

Sesi desain berjalan singkat saja. Dalam satu bulan, sudah ada prototype yang bisa jalan. Coba tanya Toyota, berapa lama mereka mendesain mobil sekarang sampai pada masa prototype begitu. Seminggu kemudian, prototype bernama Miura P400 ini ditampilkan di booth Bertone di Geneva Auto Show. Dan di tempat itu juga Ferruccio Lamborghini pertama kali melihat mobilnya. Ini perusahaan apa, sih? Yang order baru lihat setelah mobilnya tampil ke publik.

Masih pesimis, pengusaha traktor ini berpikir, “Paling 10 sampai 20 unit setahun bisa terjual.” Tapi seperti sebelumnya, pesanannya banjir. 30 unit dipesan langsung hanya di Geneva! Sampai akhir tahun itu, 75 SPK diterima. Hasil yang luar biasa untuk sebuah mobil yang didesain oleh anak-anak. Belum sempurna pula.

Anak-anak itu bekerja siang malam menyempurnakan kreasi mereka agar siap untuk masuk lini produksi. Baru setahun kemudian Lamborghini bisa delivery Miura ke konsumennya. Setelah itu, semua seperti tidak tertahankan. Meski ada saja kekurangannya, seperti gampang terbakar, tapi mereka sukses meraih hati penggemar otomotif dunia. Berbagai versi digelontorkan. Miura dengan mesin V12, chassis bolong-bolong dan desain indah dari Gandini jadi tolok ukur mobil kencang. Gelar supercar pun disematkan.

Foto: Car Revs Daily