Toyota Indonesia Bukukan Rekor Ekspor Sebanyak 3 Juta Unit

Selama beberapa dekade Indonesia telah menjadi salah satu basis produksi kendaraan Toyota di kawasan Asia-Pasifik.

Setelah membukukan akumulasi ekspor kendaraan yang ke 2 juta unit di tahun 2022, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) kini kembali membukukan angka akumulasi ekspor mobil yakni sebesar 3 juta unit per Kamis (9/10).

Seremoni pelepasan ekspor tiga juta unit mobil Toyota berlangsung di pabrik Plan 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMIIN), Karawang, Jawa Barat. Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto serta sejumlah tokoh, di antaranya Wakil Presiden (Wapres) RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK), Menteri Luar Negeri Sugiono, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi; dan Presiden Toyota Motor Corporation Koji Sato.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menegaskan pencapaian tersebut menjadi simbol kemandirian industri otomotif nasional yang berkontribusi langsung pada perekonomian Indonesia.

“Ekspor hari ini juga diapresiasi karena sudah menggunakan 80 persen daripada lokal content (tingkat kandungan dalam negeri/TKDN),” ujar Airlangga,

Selain menjadi penopang ekonomi nasional, Toyota juga berkontribusi melalui investasi dengan nilai Rp100 triliun dan menyerap lebih dari 360 ribu tenaga kerja di berbagai sektor. Prestasi yang luar biasa sejak Toyota Indonesia mulai mengekspor mobil yang diproduksi di Tanah Air pada tahun 1987.

Dari sekian banyak kendaraan yang dieskpor kali ini, Avanza menjadi model terbanyak dan berhasil menembus pasar global dengan volume lebih dari 40 ribu unit per tahun. Mobil harga terjangkau dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) seperti Agya turut andil dengan capaian ekspor lebih dari 30 ribu unit per tahun.

Model mobil elektrifikasi Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross Hybrid yang juga diekspor ke sejumlah negara berhasil membukukan angka ekspor gabungan lebih dari 39 ribu unit. Pertumbuhan angka ekspor ini diraih berkat kerjasama Toyota dengan mitranya yang memiliki pabrik terbesar di Indonesia yaitu Daihatsu. Kolaborasi tersebut berhasil mendorong perluasan target pasar yang kini telah mencapai 100 negara tujuan ekspor.

Sejarah Ekspor Toyota Indonesia

Toyota Indonesia telah mulai melakukan ekspor kendaraan sejak tahun 1987 dengan pengapalan perdana Kijang generasi ketiga (Kijang Super) ke Brunei Darussalam.

Meskipun volume ekspor perdana saat itu hanya 50 unit per bulan, namun hal tersebut jadi pemacu optimisme Toyota Indonesia untuk dapat terus berkembang.

Momentum terbaik kegiatan ekspor Toyota Indonesia yakni pada tahun 2004 saat TMIIN dipercaya dalam proyek Innovative International Multi-purpose Vehicle (IMV).

Sebagai basis utama produksi Kijang Innova, Toyota Indonesia memiliki posisi strategis dan peluang besar untuk lebih memperluas penetrasi ke pasar global. Sebuah tantangan bagi TMIIN untuk membuktikan kapabilitas Indonesia sebagai basis produksi Sejak saat itu volume ekspor Toyota Indonesia terus meningkat menjadi 7.000 unit per tahun.

Pertumbuhan industri otomotif Indonesia yang kian pesat mendorong aktivitas ekspor Toyota yang semakin berkembang, baik untuk volume maupun negara tujuannya.

Saat ini Toyota Indonesia tak sekadar mengekspor model Kijang Innova, Fortuner, Vios, Sienta, Veloz, Avanza, Rush, Lite Ace/Town Ace, Agya, dan Raize dalam bentuk utuh. Tapi juga melakukan ekspor kendaraan terurai (CKD), mesin bensin, komponen, dan alat bantu produksi. Tujuan ekspor pun telah mencapai lebih dari 100 negara di kawasan Asia-Pasifik, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.

Seiring waktu, volume ekspor tahunan terus meningkat tajam menjadi lebih dari 100.000 unit per tahun sejak tahun 2012. Bahkan di tahun 2018 Dan 2019 sempat tembus angka 200.000 unit per tahun.

Pada tahun 2022, Toyota Indonesia berhasil menorehkan akumulasi ekspor kendaraan dengan angka 2 juta unit. Dalam tiga tahun, Toyota Indonesia sukses membukukan angka akumulasi ekspor sebanyak 3 juta unit kendaraan dari total produksi sebanyak 10 juta unit.

Berkat kekuatan industri manufaktur serta komitmen terhadap standar kualitas, Toyota Indonesia siap bersaing di pasar otomotif global.

Pusat R&D Toyota Indonesia

Guna menguatkan posisi Indonesia sebagai basis manufaktur otomotif global, Toyota berencana membangun pusat research and development atau R&D di Indonesia. Potensi generasi muda berbakat di Indonesia perlu diberdayakan. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam.

“Ke depan kita akan mengembangkan R&D di Indonesia karena potensi generasi muda berbakat dan demografi yang dimiliki Indonesia sangat banyak,” ujar Bob Azam di Karawang, Jawa Barat.

Hal tersebut sangat beralasan, mengingat Toyota sudah setengah abad lebih di pasar otomotif Indonesia. Tak sekadar merakit kendaraan, namun Indonesia sudah menjadi basis produksi mobil dan punya industri manufaktur komponen lokal. Tak hanya itu, mobil buatan Indonesia sudah menembus pasar ekspor.

Indonesia tentunya sangat layak menjadi pusat R&D Toyota. Tak hanya fokus ke kendaraan saja, namun Toyota juga sudah menjajaki kerja sama dengan sejumlah institusi pendidikan untuk mengembangkan bahan bakar masa depan (future fuel).

Bahan bakar apa yang akan dikembangkan nantinya? Apakah jenis bioetanol, hidrogen, electric fuel, atau synthetic fuel? Kita tunggu saja perkembangannya.

 

Toyota Corolla

Toyota Produksi 300 Juta Unit, Corolla Jadi Yang Paling Dominan

Toyota Motor Corporation mengumumkan pencapaian baru kemarin (06/11/2023). Mereka menyatakan telah memproduksi 300 juta unit mobil sejak mobil pertama mereka, Toyota Model G1 menggelinding keluar pabrik pada tahun 1935. Ini merupakan angka gabungan produksi di pabrik domestik Jepang dan juga global.

Disebutkan dalam rilis yang kami terima, produksi Toyota di Jepang sebanyak 180,52 juta unit. Sedangkan pabrik yang tersebar di beberapa negara menyumbangkan 119,6 juta unit. Angka tersebut dihitung selama 88 tahun, hingga September 2023 lalu. Model yang paling banyak diproduksi? Jawabannya adalah Toyota Corolla. Sedan ini secara akumulatif dibuat sebanyak 53,399 juta di seluruh dunia.

Corolla WRC

“Saya sampaikan rasa terima kasih kepada konsumen ynag telah memilih Toyota di seluruh dunia,” ujar Koji Sato, President Toyota. “Juga kepada mereka yang telah membuat (merakit) mobil Toyota dengan setulus hati, serta kepada para supplier dan dealer yang telah menghantarkan produk Toyota. Juga kepada para stakeholder.”

Koji menambahkan, “Saya yakin, angka 300 juta ini hanya bisa dicapai dengan usaha dari para kolega di semua bagian perusahaan. Mulai dari perencanaan komponen dan produk, produksi, sales hingga service. Bersama juga dengan mereka yang membantu mendukung setiap langkah (kami).” Diakui Sato, tantangan yang telah mereka lewati benar-benar tidak mudah. Gempa bumi besar, Covid-19 dan kelangkaan micro chip adalah sebagian dari contoh pengganjal produksi Toyota. “Setiap kali kami terancam tidak bisa memproduksi, semua bekerjasama untuk memulihkan atau menyesuaikan produksi,” kata mantan bos Lexus ini.

Toyota Camry JDM

Sementara itu, Akio Toyoda yang sekarang menjabat sebagai Chairman tidak menutupi rasa bangganya. “Kiichiro Toyoda pernah mengatakan, membuat mobil adalah sebuah kerjasama. Saya rasa, angka 300 juta ini adalah bukti kerja keras tim setiap hari di Toyota, supplier, dealer dan mereka yang ada sebelum kami.” Akio juga tidak melepaskan penghargaannya kepada para pendiri Toyota yang sudah jatuh bangun membuat nama dan citra Toyota seperti sekarang.

Akio toyoda

Akio Toyoda Lepas Jabatan Sebagai CEO Toyota

Berita mengejutkan hadir dari Toyota. Akio Toyoda dikabarkan melepas jabatan sebagai President dan Chief Executive Officer pada 1 April 2023 nanti. Posisinya akan digantikan oleh Koji Sato yang saat ini menjabat sebagai Chief Branding Officer.

Koji Sato telah memimpin Lexus sejak tahun 2020. Alasan adanya perubahan jajaran eksekutif Toyota ini berdasarkan diperlukannya tim baru yang dipimpin oleh sosok lebih muda. Dan dirasa mampu menghadapi tantangan di masa depan.

Akio Toyoda akan menggantikan Takeshi Uchiyamada dalam posisi Chairman. “Saya akan selalu menjadi pembuat mobil. Saya rasa bahwa saya mampu membawa Toyota menuju sejumlah pencapaian dan perubahan. Namun, saya tidak bisa berbuat lebih lagi. Inilah keterbatasan saya,” jelas Akio Toyoda.

Ia mengungkapkan bahwa Koji Sato ialah sosok pria yang menyukai mobil dan mampu mengerahkan timnya untuk terus membangun dan memperkuat kelangsungan bisnis Toyota. “Tim baru nanti akan melakukan banyak hal yang kemungkinan tidak dapat saya lakukan selama ini. Karena generasi penerus akan menciptakan hal baru di masa depan,” imbuhnya.

Akio Toyoda GR

 

Buka babak baru

Akio Toyoda menganggap bahwa dirinya merupakan sosok yang ‘jadul’, sehingga ia merasa bahwa dengan mengambil posisi Chairman akan membuka babak baru bagi Toyota dalam menghadapi tren digitalisasi, elektrifikasi, serta konektivitas. “Misi yang akan diemban oleh tim yang dipimpin Koji Sato sebagai President ialah bagaimana membawa Toyota sebagai perusahaan mobilitas,” kata cucu dari Kiichiro Toyoda itu.

Sekilas tentang Koji Sato, pria ini bergabung di Toyota pada tahun 1992 setelah menyelesaikan studinya di Universitas Waseda. Karirnya melesat pada tahun 2020, saat ditunjuk sebagai President Lexus International dan satu tahun kemudian menjabat sebagai Chief Branding Officer di Toyota.

Sedangkan Akio Toyoda yang kini berusia 66 tahun ini, sudah memimpin Toyota selama nyaris 14 tahun. Setelah menjadi President pada bulan Juni 2009, pria ini telah sukses membawa Toyota dalam menjalin kemitraan strategis dengan sejumlah pabrikan otomotif lain. Sejak tahun 2017, Toyota memiliki hubungan dengan Mazda, Subaru, BMW dan Suzuki melalui aliansi bisnis yang erat.