Ketahui Waktu Tepat Ganti Ban Mobil

Ban mobil merupakan salah satu komponen kendaraan yang harus dijaga kondisinya. Memastikan ban mobil yang dimiliki masih layak sangat penting untuk menjaga keamanan, kenyamanan, dan performa optimal kendaraan.

Seringkali ban yang sudah tidak layak pakai menjadi penyebab kecelakaan serius di jalan raya. Karena itu, penting untuk mengetahui kapan waktu tepat mengganti ban mobil.

Ban yang sudah tidak layak pakai akan mengurangi performa kendaraan, dan bisa membahayakan keselamatan saat berkendara di jalan. Karena itu, setiap pengendara wajib untuk mengetahui kapan ban mobil harus diganti.

Ada beberapa tanda yang bisa diperhatikan untuk mengetahui apakah ban mobil sudah waktunya diganti. Berikut ini adalah ciri-cirinya:

Kedalaman alur ban menipis, menjadi salah satu tanda paling jelas saat ban mobil harus diganti adalah kedalaman alur ban yang mulai menipis. Ban dengan alur yang sudah tipis tidak lagi mampu mencengkeram jalan dengan baik, terutama saat jalanan basah. Idealnya, kedalaman alur ban harus minimal 1,6 mm.

Terdapat retakan pada sisi ban, menjadi tanda bahwa ban sudah mulai rapuh, dan tidak lagi aman untuk digunakan. Retakan ini bisa disebabkan oleh usia ban yang sudah terlalu tua atau sering terkena paparan sinar matahari, dan panas berlebih.

Jika ban sering kehilangan tekanan udara, hal ini bisa menjadi tanda bahwa ada kebocoran yang tidak terlihat atau kondisi ban sudah mulai aus. Ban yang kehilangan tekanan udara dengan cepat akan membuat cengkeraman ban yang menurun drastis.

Ban terasa bergetar, menjadi tanda bahwa ban sudah tidak seimbang, atau ada bagian yang aus secara tidak merata. Getaran ini bisa menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada suspensi dan komponen lainnya di mobil.

Kenapa Insulator Busi Bisa Retak?

Menjelang musim libur Lebaran, banyak calon pemudik sedang menyiapkan kendaraannya untuk menempu perjalanan. Salah satu komponen yang harus diperhatikan, terutama pada kendaraan bermotor, ialah busi. Ya, komponen yang terkait dengan sistem pengapian ini memang punya peran penting dalam kinerja sebuah mesin. Tak jarang saat melakukan servis kendaraan dan mengecek busi, terkadang menemui bagian keramik busi yang retak.

Keramik busi retak menjadi indikasi supaya busi harus segera diganti baru. Karena bisa berdampak negatif pada kinerja mesin kendaraan. Namun, apa yang menyebabkan keramik pada busi bisa retak?

Keramik busi yang retak bisa diakibatkan oleh beberapa hal. Mungkin saja karena pernah terjatuh sebelum dipasang pada mesin. Atau mungkin terjadi akibat dari proses pemasangan busi dengan kunci busi yang tidak tepat. Retakan pada keramik busi ini bisa mengakibatkan kebocoran listrik pada busi.

Nah, kebocoran listrik busi akan berefek kepada masalah teknis. Salah satunya seperti ruang bakar akan menjadi lebih banyak kerak atau deposit, karena tidak lancarnya aliran listrik pada busi, sehingga hasil pembakaran tidak sempurna. Efek lain akibat keramik retak pada busi secara jangka panjang, performa mesin terasa berat. Akhirnya konsumsi bahan bakar menjadi tidak efisien.

Untuk menghindari hal tersebut, maka proses pemasangan busi perlu dilakukan dengan tepat. Seperti menggunakan ukuran kunci busi yang sesuai, atau menggunakan kunci busi bermagnet bila posisi busi sulit dijangkau. Termasuk pemasangannya harus dengan torsi yang sesuai spesifikasi pabrik.

Namun, jika Anda sudah melihat busi retak pada kendaraan kesayangan, maka segera ganti dengan busi yang baru, agar performa kendaraan tetap maksimal dan menjaga keselamatan dalam berkendara. Terutama saat berkendara jarak jauh bersama keluarga.

BMW XM

BMW: Masalah Semiconductor Masih Menggantung Sampai Tahun Depan

Kelangkaan keping semikonduktor pintar masih jadi masalah di industri otomotif. Kami tanya BMW apa solusinya.

Saat menghadiri perkenalan BMW XM di California, Amerika Serikat (31/10/2022), kami sempat berbincang dengan Joachim Post, Member of the Board of Management of BMW AG untuk urusan Purchasing dan Supplier Network. Salah satu pertanyaan adalah, bagaimana cara BMW menghadapi masalah kelangkaan pasokan chip semikonduktor yang masih melanda.

Tentunya bukan cuma dihadapi oleh BMW, tapi semua manufaktur kendaraan bermotor di dunia. Khusus BMW, Herr Post mengatakan bahwa masalah pasokan chip ini masih akan jadi tantangan paling tidak hingga akhir tahun depan. “Kalau diperhatikan, kebutuhan semikonduktor untuk satu mobil naik sekitar 30 persen,” ujarnya. Kalikan itu dengan kebutuhan puluhan juta mobil untuk pasar global.

Kenaikan ini disebabkan makin banyaknya teknologi yang dijejalkan dalam satu mobil. “Dan bukan hanya mobil premium (yang membutuhkan chip semikonduktor). Ada hal lain yang mewajibkan kehadiran chip itu,” tambahnya.

Langkah BMW

Joachim mencontohkan, regulasi keselamatan. Tentu, airbag, rem ABS, EBA dan sebagainya itu diatur melalui modul elektronik yang kecerdasannya diatur oleh kepingan mikro itu. Belum lagi fitur bantu berkendara macam adaptive cruise control, lane keeping assist dan sebagainya. Makin mewah mobil Anda, makin banyak perlu chip semikonduktor.

Dan untuk memproduksi sendiri, ini berada di luar kemampuan para manufaktur mobil. Teknologinya sangat berbeda. Selain itu setiap fitur memerlukan chip yang berbeda. Terlalu banyak yang harus diriset dan dikembangkan untuk membuat benda ini. Investasinya akan tidak masuk akal kalau harus membuat sendiri.

Itulah kenapa industri penyedia chip pintar akan terus berada dalam tekanan. “Makanya, sampai kapasitas produksi penyedia semikonduktor meningkat, ini akan selalu jadi masalah,” kata mantan kepala bagian produksi BMW ini.

Lantas apa yang dilakukan oleh BMW? “Ke depannya, kami akan memutuskan, bersama dengan para supplier semikonduktor, seperti apa teknologi yang akan hadir, dan semikonduktor apa yang diperlukan. Kami akan melakukan kontrak kerjasama jangka panjang untuk menentukan keperluannya seperti apa dan siapa yang akan menyediakan. Ini untuk memastikan pasokan untuk kami selalu cukup.” Dikatakan juga, para penyedia akan melakukan pengadaan keping semikonduktor secara bundling untuk keperluan setiap produk BMW.

Langkah ini pertama kalinya dilakukan oleh BMW, karena menurut DR. Joachim, biasanya yang mengurus perjanjian seperti ini adalah supplier tier 1, atau supplier utama mereka. Nah, jadi kalau pesanan BMW atau mobil lain terasa lama, jangan terlalu menyalahkan yang jual. Semoga saja BMW dan pabrikan otomotif lainnya bisa segera menyelesaikan masalah ini. 

Om Mobi