Kenapa Insulator Busi Bisa Retak?

Menjelang musim libur Lebaran, banyak calon pemudik sedang menyiapkan kendaraannya untuk menempu perjalanan. Salah satu komponen yang harus diperhatikan, terutama pada kendaraan bermotor, ialah busi. Ya, komponen yang terkait dengan sistem pengapian ini memang punya peran penting dalam kinerja sebuah mesin. Tak jarang saat melakukan servis kendaraan dan mengecek busi, terkadang menemui bagian keramik busi yang retak.

Keramik busi retak menjadi indikasi supaya busi harus segera diganti baru. Karena bisa berdampak negatif pada kinerja mesin kendaraan. Namun, apa yang menyebabkan keramik pada busi bisa retak?

Keramik busi yang retak bisa diakibatkan oleh beberapa hal. Mungkin saja karena pernah terjatuh sebelum dipasang pada mesin. Atau mungkin terjadi akibat dari proses pemasangan busi dengan kunci busi yang tidak tepat. Retakan pada keramik busi ini bisa mengakibatkan kebocoran listrik pada busi.

Nah, kebocoran listrik busi akan berefek kepada masalah teknis. Salah satunya seperti ruang bakar akan menjadi lebih banyak kerak atau deposit, karena tidak lancarnya aliran listrik pada busi, sehingga hasil pembakaran tidak sempurna. Efek lain akibat keramik retak pada busi secara jangka panjang, performa mesin terasa berat. Akhirnya konsumsi bahan bakar menjadi tidak efisien.

Untuk menghindari hal tersebut, maka proses pemasangan busi perlu dilakukan dengan tepat. Seperti menggunakan ukuran kunci busi yang sesuai, atau menggunakan kunci busi bermagnet bila posisi busi sulit dijangkau. Termasuk pemasangannya harus dengan torsi yang sesuai spesifikasi pabrik.

Namun, jika Anda sudah melihat busi retak pada kendaraan kesayangan, maka segera ganti dengan busi yang baru, agar performa kendaraan tetap maksimal dan menjaga keselamatan dalam berkendara. Terutama saat berkendara jarak jauh bersama keluarga.

Mercedes-Benz A 32K, Dijamin Bukan Rekayasa Foto

Wujud yang Anda lihat di sini, bukan hasil rekayasa foto. Tapi Mercedes-Benz A-Class ini terlihat tidak rasional. Mobil berukuran ringkas, tapi menggunakan mesin mobil sport. Sepertinya orang Jerman memang suka memodifikasi kendaraan dengan gaya ‘out-of-the-box’. Salah satunya ialah Mercedes-Benz A 32K AMG ini.

Saat debutnya di tahun 2001, Mercedes-Benz A-Class diciptakan sebagai produk entry-level. Ukurannya lebih kecil dari produk Mercedes-Benz pada umumnya, bobotnya dibuat ringan guna menghasilkan efisiensi bahan bakar yang baik. Varian tertinggi dari A-Class dengan kode bodi W168 ini ialah A 170 yang mesinnya bertenaga 95 hp.

Penampilan menipu

Mercedes-Benz A 32K AMG lahir karena ada seorang kolektor mobil yang berkocek tebal. Ia menginginkan sebuah mobil super yang ‘tak terlihat’ oleh mata awam. Akhirnya diputuskan untuk berbasis Mercedes-Benz A-Class, namun harus menggunakan perabotan berperforma tinggi buatan AMG.

Perusahaan yang ‘ketiban’ tanggung jawab untuk membuat mobil pesanan khusus ini ialah HWA. Perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1967 tersebut sudah sering menggarap aneka produk Mercedes-Benz yang tergolong istimewa. Selain itu, HWA juga punya sejarah hubungan baik bersama AMG. Sebagai buktinya ialah mobil balap CLK DTM dan supercar CLK GTR.

Nyaris menggunakan mesin V8

Ide awalnya adalah mau menjejalkan mesin AMG V8 bertenaga 500 hp pada bodi A-Class. Namun rencana tersebut harus diurungkan, setelah diketahui ruang mesin W168 tidak akan mampu dimuati mesin V8. Solusinya, pasang mesin V6 milik SLK 32 AMG dan diposisikan secara longitudinal. Supaya bisa mengimbangi output mesin itu, maka chassis, suspensi, dan sistem pengereman ikut kena oprekan.

Penampilan fisiknya tidak terlalu memperlihatkan kalau mobil ini punya output 370 hp dan torsi 450 Nm. HWA juga memberi sentuhan sporty pada interior A 32K, dengan material kulit yang berkualitas tinggi, termasuk untuk membalut jok AMG.

Selanjutnya, kabin mobil ini disertai dengan speedometer 300 km/jam pada panel instrumen, sabuk pengaman lima titik, dan lingkar setir buatan AMG. Performanya luar biasa, akselerasi 0-100 km/jam hanya 5 detik, dan top speed mencapai 250 km/jam.

Lamborghini 350 GT Balik ke Jenewa, 60 Tahun Setelah Debutnya

Pada bulan Maret 1964, Automobili Lamborghini masih dalam ‘masa pertumbuhan’, karena baru didirikan beberapa bulan sebelumnya. Lamborghini telah memperlihatkan prototipe pertamanya pada bulan Oktober 1963, yakni 350 GTV. Mobil ini dirancang oleh Franco Scaglione dan dibuat oleh Carrozzeria Sargiotto di kota Turin, Italia.

Mobil produksi yang dibuat berdasarkan dari prototipe pertama adalah 350 GT. Lamborghini 350 GT diperkenalkan di pameran Geneva Motor Show pada bulan Maret 1964. Enam dekade setelah debutnya, Automobili Lamborghini kembali hadir di jalanan Jenewa dengan 350 GT dengan chassis nomor dua.

Unit ini merupakan 350 GT tertua yang berhasil Lamborghini temukan untuk momen spesial tersebut. Sekaligus merayakan kisah mobil produksi pertamanya dan sebagai DNA murni dari produsen mobil asal kota Sant’Agata Bolognese ini.

Perjalanan bisnis Automobili Lamborghini dimulai pada pameran Geneva Motor Show 1964, dengan debut 350 GT. Sejak saat itu, siapa saja (yang berduit) dapat membeli mobil dengan logo banteng mengamuk tersebut. Semenjak ide awal, Lamborghini 350 GT diciptakan untuk menjadi mobil yang kencang, sekaligus berpenampilan luar biasa.

Pakai mesin balap

Chassis dan rangkanya merupakan hasil karya Giampaolo Dallara, yang hingga kini masih dianggap sebagai perancang chassis terbaik di dunia. Mesin bensin V12 3.5 liter dengan empat camshaft yang dipakai merupakan desain dari Giotto Bizzarrini. Awalnya, mesin ini sejatinya untuk kebutuhan motorsport, tapi sukses disesuaikan untuk penggunaan jalan raya oleh Paolo Stanzani. Ia merupakan salah satu tokoh kunci dalam sejarah Automobili Lamborghini.

Desain bodi aluminium dan produksinya dilakukan oleh Carrozzeria Touring di kota Milan. Perusahaan karoseri ini dianggap yang terbaik pada era awal 1960an, karena mampu menghadirkan mobil sport dengan sentuhan akhir yang elegan. Sehingga 350 GT langsung menjadi sorotan dan menarik perhatian banyak media yang hadir di Geneva Motor Show saat itu.

Interior 350 GT berada pada level tertinggi, dengan banyak penggunaan material kulit dan aksen chrome. Konfirgurasi tempat duduknya pun unik, yaitu 2 + 1, dengan dua jok depan dan satu jok belakang tengah. Heran…

Urusan mekanikal juga luar biasa saat itu, dengan suspensi independen di keempat roda dan mesin V12 bertenaga 320 hp. Beberapa bulan setelah debutnya, Lamborghini meningkatkan kapasitas mesin V12 tersebut menjadi 4.0 liter. Dan mobil ini juga berubah menjadi Lamborghini 400 GT.

Selama 40 tahun ke depan, geometri yang sama digunakan dalam berbagai posisi dan variasi, sehingga menjadi salah satu simbol kunci DNA mesin V12 Lamborghini. Mulai dari Islero, Jarama, Espada, dan LM 002. Termasuk Miura, Countach, serta Diablo.

Unit 350 GT tertua yang masih utuh

Unit 350 GT pertama dikirimkan kepada drummer kelahiran kota Livorno, Giampiero Giusti, yang berada di puncak kesuksesannya dengan band I 5 di Lucca, yang kemudian menjadi Quartetto di Lucca. Hal ini menandai dimulainya hubungan erat antara Lamborghini dan dunia hiburan, karena banyak aktor dan Musisi yang menjadi pelanggan setia Lamborghini.

Mobil yang dipamerkan di stand Lamborghini di Jenewa 1964 adalah chassis 350 GT #101, berwarna Metallic Geneva Green dengan interior putih. Mobil tersebut, yang kemudian digunakan sebagai model uji untuk pengembangan dan uji ketahanan, sayangnya hancur akibat tabrakan dari belakang saat berhenti di lampu lalu lintas.

Unit 350 GT berikutnya, dengan nomor sasis kedua, tetap bertahan hingga kini. Ya, yang ada di depan mata Anda ini. Berwarna abu-abu metalik dengan interior merah, dikirim dari Sant’Agata Bolognese pada tanggal 15 Agustus 1964, dan dikirim dalam keadaan baru ke Jenewa.

Mobil ini menjadi unit produksi Lamborghini yang tertua saat ini, dan direstorasi sempurna dan disertifikasi oleh Lamborghini Polo Storico. Kini, produsen mobil Sant’Agata Bolognese ingin merayakan kisahnya, menghidupkannya kembali, dan berada di jalanan Jenewa.

Martil Kencang Buatan AMG, Bikin Risau Pengguna Supercar

AMG menjadi sebuah brand global yang dikenal sebagai pencipta produk otomotif berperforma tinggi. Seiring dengan tren pengguna station wagon berkarakter sport yang semakin meningkat pula. Namun, jauh sebelum Audi merilis RS2 Avant, atau BMW menciptakan M5 Touring, ternyata AMG pernah melahirkan mobil station wagon dengan performa yang mencengangkan di era 1980an.  

Di tahun 1977, AMG ‘hanya’ berupa bengkel modifikasi di pinggiran kota Stuttgart, Jerman. Namun ketika itu, pasar masih belum melirik segmen mobil station wagon yang berkarakter layaknya mobil sport. AMG sempat melakukan konversi pada Mercedes-Benz S123 station wagon di akhir 1970an, tapi tetap saja respons publik terkesan ‘adem ayem’.

Selama nyaris 12 tahun, AMG tidak menawarkan paket konversi pada Mercedes-Benz station wagon. Namun, perjalanan bisnis AMG berhasil melesat di pasar global, melalui bertumbuhnya jaringan dealer, importir, hingga speed shop yang menjual komponen aftermarket. Salah satu dealer yang kondang ialah AMG of North America, milik Richard Buxbaum, yang berlokasi di Chicago, Amerika.

Bisa dikatakan bahwa AMG ngetop di Amerika berkat peran Richard Buxbaum. Sebab koleganya terdiri dari kalangan selebriti, bintang film, konglomerat, pembalap, atlet terkenal, hingga koki papan atas. “Jika AMG bisa mengguncang Eropa, maka AMG mampu menjadi sensasi di Amerika,” ujarnya.

Hammer Wagon dan Mallet

Setelah belasan tahun AMG di Jerman tidak membuat station wagon berperforma tinggi, maka Richard Buxbaum pun tergoda untuk membuatnya. Ada dua unit Mercedes-Benz S124 yang diproduksi oleh tim AMG of North America. Pertama adalah ‘Hammer Wagon’ dengan mesin V8 6.0 liter DOHC di tahun 1987, dan yang kedua ialah ‘Mallet’ bermesin V8 6.0 liter SOHC, yang Anda lihat fotonya ini.

Menjelang bulan Januari 1988, tim AMG of North America menyelesaikan proyek Hammer Wagon. Richard Buxbaum mengundang Jean Lindamood, salah satu seorang jurnalis otomotif Amerika terbaik saat itu, untuk menguji mobil oprekannya di seputaran kota Chicago. Ulasan dalam artikel Jean Lindamood seolah memberi ganjaran setimpal. Klien baru pun banyak berdatangan ke showroom AMG of North America.

Hammer Wagon pun laku dan pemilik barunya begitu gembira dengan mobilnya yang telah dimodifikasi itu. Richard Buxbaum memiliki ide untuk membuat satu unit station wagon lagi, namun dengan racikan mesin yang lebih ‘enteng’. Cukup menggunakan cylinder head SOHC, namun mendapat sentuhan modifikasi. Sisanya, dibuat sama dengan apa yang ada pada Hammer Wagon.

Setidaknya ada tiga alasan utama untuk membuat proyek Mallet (bahasa Inggris dari martil). Pertama, tidak perlu menunggu unit cylinder head DOHC dari kantor pusat AMG di Jerman. Kedua, modifikasi dan pengujian cylinder head SOHC bisa dilakukan di bengkel AMG of North America. Ketiga, harga jual kendaraan bisa lebih rasional.

Mesin V8 bore up menggantikan mesin asli

Tanggal 6 Januari 1988, satu unit Mercedes-Benz 300 TE berwarna hitam dikirim oleh Shepherd Mercedes-Benz, dari kota Oak Park, Illinois, menuju AMG of North America. Langsung saja mesin enam silinder M103 3.0 liter dilepas, dan digantikan oleh mesin V8 M117 yang sudah di-bore up hingga 6.0 liter. Cylinder head sudah dimodifikasi, sedangkan sisanya dibiarkan standar. Bahkan dengan formula ini saja, output yang dihasilkan mencapai 310 hp.

Struktur bodi S124 pun diperkuat, terutama pada bagian subframe belakang. Per keong asli dilengser, digantikan dengan yang lebih rendah, stabilizer juga diganti dengan yang lebih kokoh. Supaya tampilan lebih sangar, semua komponen yang berlapis chrome pun dicat sewarna bodi, dan dipasang velg AMG Aero berukuran 16 inci.

Pengguna supercar perlu kuatir

Formula yang serupa dengan Hammer Wagon pun dilakukan pada Mallet. Penggunaan komponen internal transmisi yang lebih kuat, sistem knalpot stainless steel, serta gardan dari W126 dengan fitur limited-slip differential. Interior juga terkena modifikasi, jok depan diganti dan panel instrumen menggunakan milik AMG Hammer.

Selama satu tahun, Mallet ini menjadi kendaraan pribadi Richard Buxbaum dan istrinya, Robin. Seusai odometernya mencapai sekitar 12 ribu km, akhirnya mobil ini berpindah tangan pada tangga 19 Januari 1989. Di penghujung tahun 1989, Mallet sempat dicoba oleh John Phillips, seorang jurnalis dari majalah Car and Driver. Ia mengatakan bahwa perfoma dan pengendalian station wagon ini setara dengan Porsche 911 Carrera, Chevrolet Corvette, BMW M5, Ferrari 412, serta Lamborghini Jalpa.

Di tahun 2002, Mallet mendapat penyegaran, baik secara mekanikal maupun kosmetik. Untuk sektor mekanikal, mesin dan transmisi dibangun ulang, suspensi kini didukung dengan sokbreker serta per milik W124 500 E. Lampu depan versi Eropa turut disematkan, termasuk penggunaan velg AMG Hammer 17 inci.  

Tiga belas tahun kemudian, eksterior dan interior kena giliran. Bodi dicat ulang secara menyeluruh, termasuk penggantian kaca, seal karet, molding, dan sepasang panel spakbor depan. Setir aslinya pun ikut diganti dengan milik W124 tahun terakhir.

Statusnya sebagai mobil yang unik dan dipakai langsung oleh keluarga Buxbaum, Mallet juga dilengkapi dengan Certificate of Authenticity dari Richard Buxbaum secara pribadi. Bisa dikatakan bahwa S124 Mallet ini menjadi salah satu produk penting dari sejarah perjalanan bisnis AMG, apalagi sebelum adanya merger antara Mercedes-Benz dengan AMG.

Enam Varian Spesial Mobil Kencang Era 90an di Indonesia

Ekonomi Indonesia pada akhir 80an dan awal 90an yang semakin baik mendekati era ‘Tinggal Landas’, membuat semakin banyak penduduk yang mampu membeli mobil dan bahkan memiliki kemampuan untuk membeli mobil hobi. Karena itu para pabrikan mobil mulai menawarkan versi performa tinggi alias yang lebih kencang, utamanya untuk memuaskan permintaan pasar. 

Meski saat itu aturan Indonesia yang masih melarang mobil built-up, ‘memaksa’ lini model mobil di Indonesia terbatas. Hal ini tidak membuat para pabrikan kesulitan untuk menghadirkan mobil spesial. Berikut ini adalah beberapa pilihan mobil 90an yang memiliki varian kencang di Indonesia. Kira-kira mobil mana yang menjadi favorit Anda? 

Toyota Corolla GTI 

Penggemar Toyota pasti tahu akan mesin legendaris 4A-GE yang tertanam pada Corolla Levin atau Sprinter Trueno. Nah, ada satu mobil bermesin 4A-GE yang pernah dijual di Indonesia secara resmi. Ya, Toyota Corolla Twincam GTI yang diluncurkan pada tahun 1990. 

Perbedaan utama Corolla Twincam GTI dengan Corolla biasa adalah mesin 4A-GE empat silinder 1.6 liter 16 katup DOHC EFI yang mampu menghasilkan tenaga 140 hp pada 7.200 rpm dan torsi 149 Nm pada 4.800 rpm alias naik 46 hp dibanding Corolla 1.6 SE Limited dengan mesin 4A-F karburator. 

Kemudian terdapat strut bar yang membantu mobil agar tetap kokoh dan rem cakram menjadi standar di depan. Secara tampilan hanya ada sedikit perbedaan seperti grille yang berbeda, emblem, side decal, dan velg berukuran 14 inci. Untuk bagian dalam, terdapat indikator tambahan, setir palang tiga, tuas transmisi, serta jok dengan desain berbeda. 

Mitsubishi Eterna GTI

Jika pada stage reli ada Galant VR4, maka di jalanan Indonesia ada Eterna GTI. Varian kencang dari Eterna ini mendapatkan mesin empat silinder 2.0 liter 16 valve DOHC EFI dengan kode 4G63 yang mampu menghasilkan tenaga 145 hp pada 6.500 rpm. Konon, untuk menembus 220 km/jam, hal yang sepele buat mobil ini… 

Tampilan luar Eterna GTI pun tidak kalah lantaran memiliki front spoiler serta rear wing yang mirip dengan Galant VR4 sehingga mobil ini pun semakin terlihat sebagai ‘adik’ dari Galant VR4. Jika Eterna GTI masih dianggap kurang langka, maka ada varian LeMans yang bertenaga 170 hp. Jumlahnya hanya 50 unit saja di tahun 1993. Sebagian dari komponen mesinnya menggunakan produk Ralliart, suspensi spek balap dan juga rem buatan Brembo. 

Mitsubishi Lancer GTI 

Tidak hanya Eterna yang mendapat varian GTI, rupanya Lancer juga tersedia dalam varian kencang yang diluncurkan pada tahun 1994. Jika Lancer GLXi memiliki mesin 1.6 liter SOHC, maka pada varian GTI menggunakan mesin berkode 4G93 empat silinder 1.8 liter DOHC EFI yang mampu menghasilkan tenaga 137 hp pada 6.500 rpm dan torsi 167 Nm pada 5.500 rpm.

Mobil yang berkode bodi CB5 ini memiliki beberapa identitas fisik yang membuatnya terlihat ‘agak’ seperti Lancer Evolution. Mulai dari fog lamp di bumper depan, grille sewarna bodi, velg multi spoke serta spoiler belakang. Kemudian di bagian dalam terdapat setir 3 spoke yang sporty. 

Volvo 740 Turbo Intercooler

Berkat keikutsertaannya di ajang balap touring, Volvo bermesin turbo mendapat julukan flying brick. Rupanya Indonesia juga pernah mendapat unit 740 Turbo Intercooler. Sedan asal Swedia ini dilengkapi dengan mesin empat silinder 2.3 liter dengan sistem injeksi bahan bakar Bosch LH-Jetronic yang mampu menghasilkan tenaga 168 hp dan torsi 265 Nm. Transmisi yang digunakan ialah otomatis 4-speed buatan Aisin-Warner. 

Eksteriornya memiliki ciri khas dengan grille bermotif kotak (egg-crate), kaca samping belakang dengan aksen bergaris, serta velg Draco 5-spoke. Pada kap bagasi, terdapat emblem Turbo Intercooler pada bagian kanan, menandakan kalau mobil lebih ‘kencang’ dari Volvo 740 GLE. 

Citroën BX 19 GTI

Meski identik sebagai sedan nyaman, Citroën juga bisa ‘dibeset’ ialah model BX 19 GTI. Di balik kap depan, ada mesin XU9J2 empat silinder 1.9 liter SOHC dengan sistem injeksi bahan bakar Bosch LE-Jetronic. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga 121 hp dan dipasangkan dengan transmisi manual 5 percepatan menuju roda depan. 

Versi GTI tetap mempertahankan suspensi hydropneumatic yang menjadi andalan Citroën. Pada eksterior terdapat perbedaan dengan penambahan spoiler depan. Sedangkan di kap bagasi, bertengger spoiler yang ukurannya lebih besar. Tak ketinggalan velg alloy buatan Speedline. Interiornya pun berbeda dengan BX 16 TRS, karena BX 19 GTI punya aksen warna lebih gelap.

Fiat Uno Turbo 1.4 i.e.

Ungkapan ‘kecil-kecil cabe rawit’ mungkin tepat untuk Fiat Uno Turbo 1.4 i.e., apalagi jika warnanya merah. Fiat Uno Turbo pertama kali diluncurkan di Indonesia pada tahun 1994. Jumlahnya amat terbatas, yaitu hanya 48 unit saja. Si kecil asal Italia ini menggunakan mesin empat silinder 1.4 liter dengan sistem injeksi bahan bakar elektronis. Karena ada ‘perabotan’ turbocharger dan intercooler, maka hot-hatch ini punya tenaga 118 hp pada 5.750 rpm dan torsi 172 Nm pada 3.500 rpm. 

Fiat Uno Turbo sendiri mudah dibedakan, karena hanya tersedia dalam format bodi tiga pintu saja. Sedangkan Uno 1.4 dan Uno 1.4 Selecta i.e. berbodi lima pintu. Velg alloy yang digunakannya juga punya dengan desain unik. Masuk ke dalam kabinnya, terdapat jok bucket serta setir dari Momo.

Tren Daihatsu Feroza Nengeng, Seolah Mau Take Off

Segala sesuatu yang terkait dengan Bali memang selalu memiliki keunikan tersendiri. Jika Anda mengaitkannya dengan kesenian, hal itu tentu saja benar. Kreativitas masyarakat Bali pun tak hanya identik dengan keseniannya saja, namun juga ke dalam selera modifikasi kendaraan mereka. Beberapa tahun terakhir, dunia modifikasi kendaraan, terutama kendaraan roda empat di Bali, diramaikan dengan banyaknya Daihatsu Feroza dengan gaya mendongak.

Ya, mendongak! Biasanya, pengguna Daihatsu Feroza memodifikasi penampilannya dengan meninggikan bodi layaknya mobil off-road atau membuat ceper hingga seperti mobil balap. Ternyata para pengguna Daihatsu Feroza di Bali punya gaya tersendiri, dengan meninggikan bagian depan bodinya, setinggi mungkin. Sedangkan posisi bagian belakangnya jauh lebih rendah.

Aliran modifikasi khas Bali ini lazim disebut Nengeng atau NengHa (Nengeng Habis). Kalau diartikan ke bahasa Indonesia, istilah ‘Nengeng’ dalam bahasa Bali itu adalah memandang ke atas. Jadi, posisi bodi mendongak tersebut seperti orang yang sedang memandang ke atas.

Tentu saja yang namanya modifikasi kendaraan, pasti ada hal yang harus mendapat kompromi. Sehingga pengguna Daihatsu Feroza Nengeng ini perlu perhatian ekstra saat berkendara. Sebab visibilitas menuju depan tentu saja terganggu. Belum lagi rasa pengendalian kendaraan yang kurang tajam, karena suspensi depan sudah dimodifikasi total.

Menurut kami, memodifikasi kendaraan memang menjadi personifikasi diri pengguna kendaraan. Kreativitas setiap orang pun saling berbeda dan tidak boleh dibendung. Lagipula, modifikasi kendaraan tidak akan pernah ada batasnya.

Satu hal yang pasti, modifikasi kendaraan sah saja dilakukan, asalkan tidak membahayakan diri sendiri maupun pengguna jalan yang lain. Kami yakin sekali, setelah tren Daihatsu Feroza Nengeng ini, di masa depan pasti ada kreativitas masyarakat Bali terhadap dunia modifikasi kendaraan yang lebih unik lagi.