Suzuki RGR 150, Sportbike Idaman Kawula Muda Era ’90an

Kita sedikit bernostalgia ke era ’90an. Pada saat itu, Suzuki memiliki sportbike yang sangat populer dan kondang di Indonesia, RGR 150.

Motor yang kerap disebut “Suzy Er Ji (RG)” ini hadir pertamakali di Indonesia pada Februari 1990 dengan model Sprinter. Motor sport dengan mesin 2-tak ini diimpor dari Thailand secara CBU oleh PT Suzuki Indomobil Sales selaku APM Suzuki di Indonesia.

Sementara di negara asalnya yakni Thailand, motor ini dipasarkan dengan label RG-V 150 SS. Lalu di Malaysia dikenal dengan nama Suzuki TXR 150.

Desainnya yang ramping dan sporty terinspirasi dari sportbike Suzuki GSX 1100 S Katana yang populer pada era ’80an. Kedatangan RGR 150 menjadi kegembiraan bagi para penggemar sportbike, yang sebelumnya hanya dapat mengagumi motor Katana lewat majalah atau poster di dinding kamar mereka.

Ada tiga generasi yang dipasarkan di Indonesia mulai tahun 1990 hingga 1997.

Suzuki RGR 150 Spinter (1990-1992)

RGR 150 generasi pertama dikenal dengan julukan RG (er ji) Sprinter dengan lampu rem dan sein belakang terpisah. Seperti pada motor bebek Suzuki Sprinter.

Body ramping dengan half-fairing plus cover mesin alias under cowl membuat tampilannya terlihat sporty dan keren. Spidometernya pun keren. Tak heran jika Er Ji begitu digandrungi oleh anak muda. 

Dibanding kompetitor seangkatannya yang masih bermesin 125 cc-135 cc, mesin 150 cc yang diusung RGR jelas lebih besar. Swing arm belakangnya pun sudah menggunakan monoshock.

Teknologi yang dibekalkan juga terbilang paling canggih di zamannya. Mulai dari SIPC (Suzuki Intake Pulse Control) yang mengontrol pasokan bensin sesuai kebutuhan mesin. Lalu ada SSS (Suzuki Super Scavenging System) yang berfungsi memberi asupan udara ekstra saat mesin berada di rpm tinggi.

Mesin 2-tak berkapasitas 147 cc (dibulatkan jadi 150 cc) tanpa radiator yang diusung memiliki rasio kompresi lumayan tinggi, 7,0:1. Pengabutan bensin dan udara menggunakan karburator Mikuni VM26SS. Pengapian telah menggunakan CDI, namun sistem kelistrikan hanya 6V.

Output tenaga maksimumnya 24,2 hp di putaran mesin 10.000 rpm, dengan torsi maksimun 17,2 Nm pada 8.500 rpm.

Produksinya berakhir pada tahun 1992. Tahun berikutnya, muncul generasi kedua.

Suzuki RGR 150 Crystal (1993-1995)

Pada generasi kedua, body RGR 150 telah memakai full fairing yang ramping. Lampu rem dan sein belakang sudah jadi satu, modelnya persis seperti pada bebek Suzuki Crystal. Dari sinilah muncul julukan RGR 150 Crystal.

Pada Er Ji gen-2 ini ada dua generasi variant body. Versi pertama (1993) panel body belakangnya masih terpisah seperti pada gen-1. Versi kedua (1994-1995) panel body mulai dari bawah tangki sampai belakang sudah tanpa sambungan.

Dua generasi awal, Er Ji tak hanya populer di kalangan anak nongkrong kota-kota besar di Indonesia. Er Ji pun sangat disegani di berbagai ajang kejuaraan road race. Tak hanya di Indonesia, namun juga di Malaysia dan Thailand.

 

Usia produksi gen-2 ini hanya sampai akhir tahun 1995.

Suzuki RGR 150 Tornado/Jumbo (1996-1997)

Pada generasi ketiga, RGR 150 mengalami perubahan besar. Body, frame dan fairingnya lebih besar, mirip Suzuki RG-V 250. Karena bodynya yang bongsor inilah maka muncul julukan “Jumbo”. Nah, soal kenapa disebut Tornado, karena lampu belakangnya sudah model semi oval seperti bebek 2-tak Suzuki Tornado GS 110.

Mesin pun mengalami perubahan teknologi. Tak hanya dilengkapi radiator, namun juga dibekali perangkat AETC (Automatic Exhaust Timing Control) seperti pada Suzuki RG-V 250.

Pada rpm rendah, katup otomatis lubang saluran keluar akan menjaga aliran gas buang tidak loss agar torsi mesin tetap terjaga. Pada putaran mesin di atas 7.000 rpm, katup akan membuka penuh dan membebaskan aliran gas buang.

Hanya saja, RGR 150 gen-3 untuk Indonesia lebih banyak beredar versi tanpa radiator. Nah, sistem kelistrikan pada gen-3 telah berubah menjadi 12V.

Tabung knalpotnya yang lebih besar dan karbu baru Mikuni TM28SS membuat tenaganya meningkat menjadi 38 hp. Torsi maksimum 24 Nm yang dicapai pada 10.000 rpm. Dengan transmisi manual 6-speed close ratio dan limiter di 12.500 rpm, top speednya dibatasi hanya 180 km/jam. Edan…!

Konsekuensinya, tak perlu kaget kalau konsumsi BBM-nya kurang dari 10 km/liter.

Er Ji gen-3 masuk ke Indonesia hanya sampai 1997. Krisis ekonomi yang melanda Tanah Air di tahun 1998 membuat pihak APM tak lagi mendatangkannya ke Indonesia.

Tidak bisa dipungkiri, motor 2-tak ini sempat menjadi simbol kejayaan pemiliknya. Kini, harganya pun melambung tinggi, atas nama motor nostalgia. 

Bimota V-Due, Penutup Era Sportbike 2-Tak Yang Layak Dikoleksi

Dari sebuah workshop di kota Rimini, Italia yang berada di pesisir laut Adriatik, lahir sebuah brand sepeda motor bernama Bimota pada tahun 1973 silam. Berawal dari spesialis konversi frame spek balap Grand Prix untuk Honda 750, nama Bimota pun makin mendunia dan tersohor di kancah balap motor.

Bimoti hadir dari tangan tiga serangkai pendiri, yakni Valerio Bianchi, Giuseppe Morri dan Massimo Tamburini. Nama mereka pun tak asing di kancah balap motor Grand Prix.

Kesempatan untuk menggarap proyek prestisius muncul pada awal tahun 1990. Saat itu, Bimota tengah mengembangkan sepeda motor bermesin 2-tak 500 cc berkonfigurasi V-twin.

Mesin rancangan Bimota ini diberi nama V-Due, yang dalam bahasa Italia memiliki arti V-twin. Awalnya mesin V-Due akan digunakan Bimota untuk berlaga di ajang Grand Prix 500 cc, kelas para raja. Akan tetapi karena membutuhkan biaya yang sangat besar, Bimota pun beralih untuk menggunakannya pada motor jalan raya.

Motor 2-Tak Jalan Raya Berteknologi Balap

Desain mesin V-Due merupakan hasil rancangan Pier Luigi Marconi. Dengan bore x stroke 72 x 61.25 mm, mesin tersebut menghasilkan volume 499 cc. Sudut kemiringan 90 derajat, kompresi 12:1 dan sistem pendingin radiator adalah spek yang sebetulnya umum digunakan motor balap.

Mesin 2-silinder berkonfigurasi V ini digadang mampu menghasilkan tenaga maksimum 110 HP pada 9.000 rpm, dengan torsi maksimum 90 Nm di 8.000 rpm. Transmisi manual 6-speed dengan gigi girbox model kaset dan kopling kering multi-plat pun diadopsi dari teknologi motor balap GP500. Performanya sangat beringas membawa V-Due menembus kecepatan 266 km/jam

Saat itu, motor 2-tak masih menjadi raja jalanan di Kawasan Eropa. Namun regulasi emisi yang sangat ketat di Amerika Serikat mulai mengarah pada ‘pemusnahan’ era motor 2-tak yang kerap dijuluki lokomotif beroda dua. Datanglah teknologi direct fuel injection yang tengah dikembangkan oleh perusahaan asal Australia, Orbital yang kemudian di ujicoba pada Bimota V-Due.

Throttle body dengan empat lubang intake dilengkapi empat buah injektor. Masing-masing silinder dibekali dua katup kupu-kupu dan katup buang berpengaturan elektronik. Seluruh teknologi modern tersebut diadopsi dari motor balap.

Konstruksi Frame Dan Suspensi Ala GP

Untuk menghasilkan handling sempurna, prototype V-Due mengadopsi frame dan suspensi motor balap GP. Teknologi rancang bangun yang bukan lagi hal baru bagi mereka. Frame alloy khas Bimota dipadukan dengan pipa oval berbahan Peraluman 440. Suspensi depan dilengkapi dengan garpu teleskopik adjustable 46 mm lansiran Piaoli, dengan pipa selubung serat karbon.

Sementara swing arm cast alloy di bagian belakang diperkuat dengan arm penyangga berbahan alloy yang dilas. Swing arm dipadukan dengan adjustable monoshock Öhlins yang dipasang horizontal.

Sistem remnya pun sangat mewah. Mengandalkan Brembo Goldlines, yang umum digunakan pada motor balap Grand Prix. Sepasang cakram rem 320 mm dicengkeram kaliper rem 4-piston terpasang pada roda depan. Roda belakang dilengkapi sebuah cakram 230 mm dengan kaliper 2-piston.

Material Ringan

Tak hanya sepakbor, tangki dan panel body, fairing Bimota V-Due hasil rancangan Sergio Robbiano menggunakan bahan serat karbon yang saat itu hanya digunakan pada motor GP500. Desain body dan fairing Bimota V-Due pun menjadi inspirasi desain Ducati 916 dan MV Agusta F4 yang merupakan rancangan Tamburini.

Velg aluminium alloy Antera 17-inci yang digunakan Bimota V-Due dibalut ban 120/70-17 (depan) dan 180/55- 17 (belakang). Velg Antera pun umum digunakan pada motor balap seperti halnya velg Marchesini. Dengan livery ‘Tricolore’ Merah-Putih-Hijau khas bendera Italia, total bobot V-Due seringan motor balap GP500…hanya 160 kg! 

Bimota pun memamerkan V-Due perdana pada event Cologne Show di Jerman pada tahun 1996. Bahkan tiga unit prototype Bimota V-Due, diuji touring jarak jauh sebagai ajang unjuk gigi. Ketiganya menempuh jarak 3.000 km dari Sisilia menuju Isle of Man bertepatan dengan perayaan 90 tahun kejuaraan balap motor Tourist Trophy.

Teknologi Fuel Injection Yang Belum Sempurna Atau Salah Era?

Sebenarnya tak ada yang salah dengan proyek ambisius Bimota V-Due yang menjadi pelopor sportbike 2-tak jalan raya berteknologi electronic direct fuel injection. Hanya saja teknologi tersebut, saat itu masih terbilang prematur dan belum sempurna. Bahkan motor balap GP 500 cc Honda NSR500 besutan Mick Doohan di tahun 1993, teknologi fuel injectionnya pun mengalami banyak masalah.

Dari 500 unit yang direncanakan, sejak tahun 1997 hingga 2000 Bimota hanya berhasil memproduksi sebanyak 388 unit V-Due. Akibat adanya masalah pada mesin dan sistem injeksi bahan bakar, sebagian besar unit pun diretur oleh para konsumen.

Walhasil, Bimota mengalami kerugian sebesar $10.200.000 plus biaya pengembangan dan operasional produksi. Bimota pun dinyatakan pailit tahun 2001. Meski tengah mengalami masa sulit, Piero Caronni tetap bertanggung jawab memproduksi V-Due. Sebanyak 141 unit V-Due Evoluzione dan Evoluzione Corsa diproduksi pada rentang tahun 2001 – 2003.

Sistem injeksi bahan bakar elektronik yang bermasalah pun diganti. Versi Evoluzione dengan sepasang karburator Dell’Orto 39 mm memiliki output 122 HP. Sedangkan versi Evoluzione Corsa yang dilengkapi karburator racing Dell’Orto VHSB 39 mm Trofeo Corsa output tenaganya 135 HP.

Edizione Finale, Berakhirnya Era 2-Tak

Sebanyak 30 unit versi Racing E.F. (Edizione Finale atau Final Edition) diluncurkan pada tahun 2005. Edisi pamungkas dari V-Due ini dilengkapi mesin spek balap 2000 Trofeo Corsa dan karbu Dell’Orto VHSB 39 mm Trofeo Corsa yang memiliki output tenaga di rentang 122-130 HP. Knalpot balap lansiran Jolly Moto, velg aluminium alloy Antera berkelir hitam dan rem cakram berukuran besar dari Brembo dibekalkan pada V-Due.

Namun dengan statusnya yang kini ber-spek balap, maka V-Due rakitan pabrik Bimota di Meda, Milan ini pun diharamkan berkeliaran di jalan raya. Bimota V-Due Racing E.F menjadi generasi terakhir sportbike 2-tak Italia.

Pada saat diluncurkan pertamakali, V-Due dibanderol seharga $30.000. Harga yang amat sangat mahal pada saat itu bila dibandingkan dengan produk sejenis dari brand yang jauh lebih mentereng seperti Ducati atau MV Agusta.

Harga pasarannya saat ini? Untuk versi jalan raya dengan kondisi ala kadarnya masih beredar di kisaran $23.000 – $35.000 atau nilai kursnya kurang lebih setara Rp 347 juta – Rp 528 jutaan. Namun untuk versi spek balap 2000 Trofeo Corsa dan Racing Edizione Finale, harga pasaran termurahnya saat ini telah menembus €69.000-an atau sekitar Rp 1,12 miliar! Ya…yang termurah.

Populasinya yang sangat langka membuat Bimota V-Due menjadi salah satu incaran kolektor hingga sekarang.

 

Yamaha Champ

Tren Motor Bebek Tua Bikin Pusing Kepala

Motor bebek tua bukan lagi jadi rongsokan. Sekarang sudah banyak diincar kolektor dengan harga fantastis!

Dunia TERBALIK! Ya, konotasi yang pas untuk membahas hal satu ini. Bagaimana bisa motor 2-tak berumur 30 tahunan dijual seharga sebuah mobil LCGC? Motor Bebek tua pula. Nyatanya motor-motor Retro Cub  dengan harga tinggi ini sukses mengisi ruang dunia sosial media Tanah Air.

Bukan hanya musiman semata, kini motor-motor bebek tua tersebut menjadi “priceless” bagi para kolektor maupun para pencari rupiah yang memiliki motor ini. Tak jarang komentar pro dan kontra warga net menjadi penentu dan pemilih saat melihatnya.

Mungkin hal baik yang bisa diangkat dari fenomena ini adalah mimpi yang tertunda. Biasanya pemilik motor ‘jarang’ seperti ini mempunyai keinginan besar untuk memilikinya di masa muda, lalu mulai mengoleksinya kala kehidupannya telah mapan. Tak heran, motor bebek tua 2-langkah ini dibangun dengan niat dan detail sempurna di hasil akhirnya.

Nah, seluruh pilihan motor retro cub di bawah ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang tentu menjadi pertimbangan konsumen dalam membelinya. Semua berkarakter dan memiliki nilai estetika tinggi. Bisa dipastikan jika motor-motor ini bukan tidak laku, namun syarat regulasi emisi bahan bakarlah yang mengharuskan seluruh motor 2-tak pensiun dini. Sekarang, hampir semua motor ini bangun dari tidur panjang dan menjadi koleksi spesial bagi para pemiliknya. Harganya? Jangan ditanya!

Penasaran? Inilah motor-motor bebek tua ajaib yang kini kian dicari dan diminati dengan animo tinggi. Dan ya, ini artikelnya panjang. 

Yamaha Alfa


Yamaha Alfa pertama kali meluncur sekitar 1988, meneruskan jabatan Yamaha V Series. Tampilan sporty menjadi andalan bebek 2-tak ini cepat diterima pasar, terutama oleh anak muda. Desainnya modern dan terbilang khas lewat gaya mengotak dan lampu belakang yang dinamis.

Yamaha juga menyematkan rangka model pipa dengan paduan body berbahan plastik agar motor ini lebih ringan, efisien dan memudahkan bongkar pasang dalam proses maintenance maupun perbaikan. Bebek ini ditenagai mesin 2-langkah 102cc bertenaga 7,79 hp dan torsi 8,82 Nm dengan teknologi Power Scoop, cukup agresif untuk saat itu.

Generasi penerusnya berlanjut memasuki tahun 90an, menelurkan model Alfa II, Alfa II R, Alfa II Z hingga stop produksi di tahun 1997 dan digantikan oleh Yamaha Sigma.

Yamaha Champ


Yamaha terus mengejutkan pasar Indonesia dengan meluncurkan Yamaha Champ, versi ‘ayam jago’ berbasis Alfa sekitar tahun 1991. Penampilannya berubah ganteng dengan hilangnya sayap depan, stang jepit berkelir emas, dan shock depan khas motor batangan. Selain itu, headlamp berada dalam batok lampu yang terpisah dari speedometer dan spakbor dan knalpot bergaya racing. Harganya masih masuk akal, Rp 20 jutaan dalam kondisi biasa saja. Meski ini sebetulnya mahal untuk motor tua. 

Yamaha Force 1

Nah ini harganya masih bersahaja. Kecuali kalau Anda menemukan dalam kondisi mulus full orisinil ala pabrik. Kami melihat, yang paling mahal di pasar jual beli motor bekas daring adalah Rp 12 jutaan. Yamaha FORCE 1, hadir direntang pertengahan tahun 1992, masih mengusung desain bodi mengotak namun tampak lebih modern dari versi Alfa.

Pilihan velg jari-jari dan sistem pengereman tetap menggunakan perangkat tromol depan dan belakang. Yamaha FORCE 1 dibekali mesin dua tak 110 cc berpendingin udara didukung oleh teknologi Yamaha Performance Cooling System (YPCS).

Yamaha F1Z


Memasuki tahun 1994 Yamaha FORCE 1 facelift hadir dengan pengereman cakram di depan, dan knalpot racing dengan merubah panggilannya menjadi F1Z. Secara visual, bentuk bodi tetap identik dengan versi FORCE 1 hanya jauh lebih sporty berkat striping grafis yang menarik.

Harga di pasar motor bekas sekitar Rp 7-10 jutaan dalam kondisi biasa saja. 

Yamaha F1ZR


Seluruh jajaran F1Z mulai dibenahi kembali di tahun 1997. Yamaha resmi meluncurkan model F1ZR ke pasaran. Pengembangan semakin sempurna berkat perubahan lekukan bodi dengan garis tajam. Makin menarik dengan pilihan warna livery yang atraktif.

Motor ini makin dilirik dan dipuja konsumen saat Yamaha mulai menanamkan sistem kopling semi manual yang membuat pemiliknya merasa istimewa. Pada tahun 1999, Yamaha mengeluarkan edisi limited memperoleh sentuhan warna two-tone. Selain itu ornamen baru mulai bertebaran dari velg Casting Wheel (CW) dengan penambahan sentuhan kopling full clutch. Kopling ini menjadi fenomenal, karena sebutan ‘kopling banci’ perlahan hilang.

Yamaha F1ZR tetap mengusung mesin dua tak 110 cc, meski begitu motor ini terus menjadi juara di beragam ajang balap hingga memiliki edisi special livery, F1ZR Caltex. Livery Caltex ini yang konon harganya selangit karena langka. Satu lagi yang memakai warna dan logo Marlboro. Kisaran harganya agak buram. Tapi kami tidak menemukan yang harganya diatas Rp 30 jutaan. Mungkin karena F1ZR Caltex dan Marlboro lebih banyak disimpan. 

Yamaha 125 Z


Inilah motor balap ikonik Yamaha di akhir tahun 90an. Harga motor dua tak kompetisi tertua, yang tetap mahal hingga sekarang. Kala itu, Yamaha sangat serius dalam memasarkan produk satu ini, meskipun masih diimport dari Thailand.

Sangat disayangkan, jumlah stok unit dan penampakannya masih jauh dari kata ramai dibandingkan dengan seri Yamaha FORCE 1. Dan ini juga yang membuat Yamaha 125 Z akan terus menjadi pilihan favorit di kalangan komunitas dan kolektor motor 2-tak. Makanya 125 Z dibanderol tak masuk akal. ada yang sampai Rp 100 juta!

Yamaha Tiara S


Nah, saat pasar otomotif Indonesia baru bangkit melewati masa krisis moneter 1998, Yamaha mendatangkan Yamaha Tiara S di awal 2000-an. Dengan gaya ayam jago modern, bentuk bodinya makin race look dari mulai spakbor depan hingga buritan. Daya tariknya tinggi dengan paduan warna bodi merah putih merona. Yamaha Tiara juga disukai karena memiliki posisi duduk ergonomis yang nyaman. Hingga sekarang banyak yang bilang Tiara merupakan salah satu motor bebek ayam jago terbaik.

Tiara S hadir  secara completely build up (CBU) dari Malaysia dengan suspensi belakang monoshock, disc brake ganda dan transmisi enam percepatan. Untuk jantungnya, Yamaha menyematkan mesin 2 tak berkapasitas 119cc, dengan tenaga 16,7 hp /7500 rpm dan torsi 15,5 Nm/7000 rpm. Ini pun harganya masih lumayan masuk akal, sekitar Rp 20 jutaan. 

Honda Nova
Honda Nova memang telah disuntik mati jaman sekarang. Diteruskan oleh Sonic kalau sekarang. Namun justru harga motor 2-tak Honda Nova makin mengerikan. Meroket tanpa masuk akal, namun begitulah kenyataannya. Coba bayangkan, motor ini harganya Rp 165 juta. 

Melalui jalur impor, motor ini masuk dalam dua varian, Nova R dan Nova S dibekali mesin 2-tak berkapasitas 110cc. Meskipun saat ini populasi unit Honda Nova sudah tidak banyak, namun para pemburu motor retro berduit tentu tak akan pernah lelah untuk memilikinya.

Honda Tena


Menggantikan generasi Nova series, Honda Tena pun hadir dengan meluncurkan ragam varian seperti Nova Tena S (kopling otomatis), Nova Tena R (kopling full), dan yang paling canggih Nova Tena RS (kopling manual dan transmisi close ratio). Seri Nova Tena RS pun dibagi menjadi dua berdasarkan kapasitas mesinnya, yaitu Tena RS 105cc dan Tena RS 110cc. Sementara, Tena RS 110 terbagi menjadi dua varian, Tena RS 110cc dan Tena RS 110cc Super. Selain di Thailand, bebek ayago ini juga sempat melegenda di ajang balap underbone Asia Tenggara era 90-an dan dikendarai oleh Ahmad Jayadi.

Honda Nova Dash RS 125


Honda Nova Dash RS 125 merupakan penerus dari generasi Honda Nova Tena RS. Menduduki singasana tertinggi di kelasnya, tak heran jika penampakan Nova Dash RS layak bersanding dengan motor legendaris seperti Honda NSR FSX dan Honda NSR SP. Honda Nova Dash hadir menggantikan Tena dengan kapasitas mesin yang didongkrak menjadi 125cc.

Langkah ini terbukti ampuh membuat tenaganya meningkat hingga 21,6 hp. Lepas mendapatkan facelift, Nova Dash pun mengakhiri nama besarnya di medio 2000 an. Untuk harga motor ini sekarang, mungkin bisa dibandingkan dengan harga sebuah mobil mewah. Penelusuran kami, harganya menyentuh Rp 550 jutaan. Ini antara yang jual asal pasang harga, atau memang sebegitu bernilainya?

Suzuki Satria

Perang motor retro 2-tak di tahun 1998 tentu terasa kurang seru tanpa perlawanan dari Suzuki. Nama Satria pun menjadi legenda sejak kemunculannya di tahun 1997 dalam menggantikan generasi Suzuki Tornado dengan nama jual Satria 120S. Motor 2-tak yang diproduksi dengan platform sport underbone atau yang dikenal dengan sebutan motor bebek sport ini memiliki akselerasi yang bagus, dan cepat dalam menggapai top speed.

Suzuki menanamkan mesin tegak bertenaga 13 hp dengan torsi 12.7 Nm tertinggi di kelasnya dibanding kompetitor era 90an saat itu. Mesin ini dipadukan dengan transmisi 5-speed otomatis tanpa kopling manual. Sistem suspensi belakang lahir dengan teknologi monoshock dan rangkanya mengandalkan Suzuki Computer Analyzed Frame. Masih mengandalkan sistem pendingin Jetcooled yang legendaris, generasi pertama Satria mengambil Basic Suzuki RG Sport 110 Malaysia lalu membengkak menjadi 120 cc saat masuk ke pasar Indonesia.

Suzuki Satria RU 120 R

Setahun kemudian, Suzuki kembali melepas jajaran terbaru Satria dengan meluncurkan Satria 120 R dengan Kopling manual 6-Speed layaknya motor Sport. Rasionya lebih padat dengan ukuran karburator lebih besar Satria sport ini memiliki daya 13,5 hp dan torsi 13,2 Nm. Minus Electric Starter, bobotnya hanya 100 Kg. Meskipun begitu, model ini pun harus stop produksi di tahun 2003. Menariknya, bebek sport ini mendapat julukan ‘lumba-lumba’ karena bentuknya. Livery yang menghiasi sekujur badannya pun sangat menarik dengan paduan warna two-tone dengan velg CW.

Suzuki Satria 120 R


Memasuki tahun 2003, Generasi Satria kembali meluncur secara CBU utuh dari Malaysia dan didapuk sebagai penerus generasi ‘lumba-lumba. Mendapat ubahan total pada desainnya, semua serba proporsional dan modern. Satria versi sport ini memiliki mesin bertenaga 15,28 hp serta torsi 1,50kgmf yang disalurkan melalui transmisi manual 6-speed.

Dua tahun kemudian, munculah regulasi emisi gas buang yang menyuramkan masa depan bagi jajaran Satria 120R series karena harus stop penjualan dan merelakan keinginan setiap orang untuk membelinya. Fakta menariknya, generasi Satria versi 2-tak ini pun Kembali mendapat julukan ‘Hiu’ karena bentuk garis menajam yang ada di setiap bodinya. Harga jualnya pun saat ini terkerek naik dan menjadi langka untuk mencari yang murah.

Suzuki RK Cool


Sama seperti Satria, Suzuki RK COOL menjadi pilihan bebek sport 2-tak berstatus CBU (Complete Buit Up) lainnya yang diimpor langsung dari Thailand oleh Suzuki. Mengusung desain ayam jago, gaya Racy look kental dihadirkan oleh penampilannya. Sama seperti Yamaha Tiara yang populasinya terbatas banget, karena memang bukan diproduksi dalam negeri seperti F1ZR, Tornado dan Satria 120R. Bisa dimaklumi jika harga bekasnya dipasaran tergolong tinggi untuk motor dengan kondisi normal, CBU yang langka .

Suzuki RK Cool dibekali mesin dengan karburator tegak, 2-tak 1-Silinder berkapasitas 110 cc sistem dengan trasnmisi 5-speed. Dengan Bore x Stroke 52,5 x 50,5 mm dalam kondisi standar diklaim mampu mencapai kecepatan 120 kilometer per jam. Motor ini menjadi model kedua yang beredar di Indonesia setelah Suzuki meluncurkan model RC Sprinter ditahun 90an. Namun sangat sayang jika kehadirannya cukup singkat dan tak terlalu banyak dipasaran, sehingga menjadikan motor ini langka dan banyak dicari saat.

Rizki Vox

Foto: Berbagai sumber