Yamaha Tracer

Setelah YECVT, Yamaha Beberkan Transmisi Otomatis Y-AMT

Setelah memperkenalkan CVT yang bisa ‘pindah gigi’ dan menamakannya YECVT, kini pabrikan motor Jepang tersebut mengumumkan transmisi Yamaha Automated manual Transmission (Y-AMT).

Perseneling ini mirip dengan DCT yang digunakan oleh beberapa motor besar Honda. Misinya pun sama, memungkinkan rider untuk pindah gigi tanpa harus menarik kopling.

Transmisi otomatis Y-AMT

Seperti DCT Honda, transmisi ini bisa juga dioperasikan secara manual. Sekali lagi, tanpa menarik kopling. Cukup mengoperasikan tuas + dan – di bagian kiri setang. Plus untuk naik gigi, minus untuk kebalikannya.

Secara default, saat motor menyala transmisinya akan beroperasi otomatis sepenuhnya. Untuk mengubah ke perpindahan manual, tinggal tekan switch.

Switch transmisi Y-AMT

Mode berkendara transmisi otomatis, secara default akan ada di D (Drive). Yamaha mengatakan di mode ini, perpindahan giginya akan halus dan cocok buat di dalam kota atau touring santai jarak jauh.

Untuk perpindahan otomatis yang lebih agresif, ada mode D+. Perpindahan akan terjadi pada putaran mesin yang lebih tinggi.

Dengan transmisi Y-AMT ini, masih menurut Yamaha, pengendaranya bisa lebih fokus menikmati performa yang disuguhkan. Perpindahan gigi akan tetap linear sesuai dengan yang diminta oleh rider-nya.

Lalu, mau dipasang di motor yang mana? Yamaha belum bilang. Tapi sepertinya, motor-motor besar untuk jarak jauh seperti Yamaha Tenere atau Tracer yang akan kebagian lebih dulu.

Semoga saja mereka juga mau memberikan transmisi ini untuk motor kelas menengah ke bawah, terutama yang lebih sering ada di dalam kota. Semoga.

Oli Transmisi Otomatis dengan CVT Punya Beda Karakter

Saat ini transmisi CVT (Continous Variable Transmission) sudah jamak dipakai oleh banyak kendaraan roda empat di Indonesia. Konstruksi transmisi CVT yang mengandalkan sabuk baja yang diputar oleh sepasang puli untuk meneruskan daya dari mesin ke roda terbilang ringkas dan ringan karena sudah tidak ada lagi deretan rasio gigi ala matik konvensional.

Di awal kemunculannya memang pernah dikeluhkan masalah respons daya sabuk baja yang seringkali terasa ada delay atau ‘lemot’ di putaran rendah. Namun seiring waktu, pengembangan di sektor komputer mesin dan material, maka transmisi CVT mampu semkain gesit mengikuti kemauan pengemudi, sehingga mobil terasa semakin responsif.

Perlu paham karakter

Jika terjadi performa yang ‘lemot’ tersebut, tentu berimbas pada borosnya konsumsi bahan bakar. Oleh karenanya, pemilik kendaraan perlu memahami perbedaan karakter dari transmisi otomatis dengan CVT. Agar berkendara tetap terasa menyenangkan dan performa kendaraan tetap terjaga dengan baik. Termasuk juga kinerja setiap komponen mesin dan transmisi pun jadi optimal.

Selain memahami cara berkendara, pemilik mobil juga patut mengetahui karakter dan langkah perawatan antara kedua transmisi tersebut. Jika transmisi otomatis konvensional itu masih memiliki gigi (gear) yag wajib dilumasi secara menyeluruh, maka pada CVT tidak membutuhkan pelumasan yang banyak.

Oleh karenanya, pelumas transmisi otomatis atau automatic transmission fluid (ATF) memiliki spesifikasi yang lebih ‘berbobot’ ketimbang oli CVT. Perbedaan utama terletak pada komposisinya. ATF terdiri dari campuran pelumas dasar dengan aditif khusus yang dirancang untuk transmisi otomatis konvensional.

Oli CVT lebih ‘ringan’ dibanding ATF

Sedangkan, CVT menggunakan bahan dasar yang berbeda, seperti minyak sintetis dan pelarut untuk menjaga kekentalannya pada suhu rendah. CVT memiliki aditif yang khusus dirancang untuk mengurangi keausan pada sabuk atau rantai. Hal ini memastikan bahwa CVT dapat mempertahankan efisiensi yang lebih tinggi daripada ATF. Selain itu, CVT juga lebih ramah lingkungan karena komposisinya yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan ATF.

Nilai viskositas juga menjadi satu poin perbedaan oli CVT dan ATF. Oli ATF lebih tebal dibandingkan dengan oli CVT, karena digunakan untuk menahan panas yang dihasilkan dari gesekan bagian dalam transmisi. Oli CVT memiliki viskositas yang lebih tipis dan lebih stabil pada suhu rendah. Selain itu, viskositas yang lebih tipis pada oli CVT, untuk membantu memperpanjang masa pakai komponen internal.

Jika sudah mengetahui perbedaan antara oli ATF dan oli CVT, Anda jangan sampai salah beli, apalagi salah menggunakannya. Sebab jika salah penggunaan, bisa berakibat fatal terhadap komponen internal transmisi dan berujung pada kerusakan yang bakal menyedot biaya perbaikan yang tidak sedikit pula.

Interior Kijang Innova Zenix

Toyota Kijang Innova Zenix Tetap Tangguh Dengan Transmisi CVT

Toyota Kijang Innova Zenix yang baru saja diluncurkan oleh PT Toyota Astra Motor (TAM) di Indonesia benar-benar berbeda dari Innova generasi terdahulu, bahkan dibandingkan dengan versi Reborn sekalipun.

Perubahan yang paling menonjol selain pemakaian TNGA dan sistem hybrid, adalah transmisi. Toyota Kijang Innova Zenix tak lagi mengusung opsi transmisi manual maupun otomatis biasa. Sebagai gantinya, varian bensin non-hybrid kini dibekali transmisi CVT Direct Shift. Sedangkan pada varian hybrid dibekali dengan transmisi jenis eCVT.

Mungkin masih banyak yang terbilang awam mengenai transmisi CVT. Pada transmisi CVT Direct Shift 10-speed yang diusung oleh Kijang Innova Zenix, sistem komputer akan mengatur rasio torsi dan tenaga mesin sesuai mode berkendara yang dipilih serta mengatur putaran mesin pada perpindahan antar gigi.

Keuntungan dari penggunaan transmisi jenis CVT yakni perpindahan naik-turun gigi dan penyaluran output tenaga maupun torsi mesin jauh lebih halus dibandingkan dengan transmisi otomatis konvensional.

Pengoperasiannya pun tak jauh berbeda dari transmisi otomatis biasa. Pada kolom transmisi Kijang Innova Zenix terdapat pilihan posisi tuas yang hampir mirip dengan transmisi otomatis yakni P (Parking), R (Reverse), N (Neutral), dan D (Drive).

Perbedaannya, pada kolom transmisi CVT yang kini diusung terdapat kolom tambahan dengan tanda (+) dan (-) di bagian paling bawah sebelah kanan yang akan mengubah kinerja transmisi CVT dari Direct-Shift ke mode Sequential Shiftmatic.

Meski tanpa pedal kopling, namun para pecinta tiga pedal tetap dapat melakukan aksi oper stik persneling untuk naik-turun gigi ala transmisi manual dengan sentuhan halus jemari pada shift knob ke posisi (+) maupun (-). Pada mode ini, perpindahan gigi pun dapat dilakukan via tuas paddle-shift yang terdapat pada setir. Hmm… jauh lebih praktis dan keren kan?

Sejumlah pilihan mode berkendara pun dibekalkan pada mobil ini. Hanya saja mode berkendara pada masing-masing varian baik hybrid maupun non-hybrid terdapat sedikit perbedaan. Pada varian bermesin bensin non-hybrid dilengkapi pilihan mode berkendara Eco, Normal, dan Power. Sedangkan untuk varian hybrid terdapat tambahan mode EV.

Pada saat berada di kondisi lalu lintas yang padat dan stop and go atau sedang berkendara santai, mode berkendara Eco merupakan pilihan paling tepat. Sistem komputer akan mengatur kinerja mesin pada putaran mesin rendah dengan pengaturan suplai BBM yang lebih ekonomis.

Pada varian hybrid, mode Eco memadukan kinerja mesin dan motor listrik hybrid. Dengan asupan suplemen performa dari motor listrik hybrid, kinerja mesin bensin pun menjadi lebih ringan dan konsumsi BBM menjadi jauh lebih efisien alias lebih irit. Untuk output performa yang lebih optimal dan responsif serta akselerasi kendaraan yang jauh lebih cepat, Anda dapat mengaktifkan mode berkendara Power.

Jika Anda mengaktifkan mode EV yang terdapat pada varian hybrid, maka sistem komputer manajemen kendaraan akan menonaktifkan mesin bensin dan beralih sepenuhnya pada kinerja motor listrik penggerak sistem hybrid yang memiliki output daya 111 hp dan torsi 206 Nm. Pasokan daya listrik penggerak hybrid bersumber dari baterai Ni-MH yang berada di bawah jok depan. Tentunya kapasitas daya baterai yang terpakai bergantung pada berapa lama dan seberapa jauh jarak yang ditempuh dengan mode EV.

Meskipun mengusung transmisi CVT, namun Kijang Innova Zenix digadang tetap kuat melintasi tanjakan. Selain menggunakan sabuk baja CVT yang lebih lebar dan rasio final gear yang lebih besar, terdapat fitur uphill/downhill shift control yang terintegrasi dengan sensor kemiringan kendaraan. Fitur ini akan menjaga output performa dan rpm mesin agar tidak ngempos saat melintasi tanjakan.